Mohon tunggu...
badruddin
badruddin Mohon Tunggu... -

analis, aktivisme, penulis, pemerhati sosial-ekonomi & politik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menuju Pilpres Damai

29 Oktober 2018   23:11 Diperbarui: 30 Oktober 2018   00:22 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asian Games 2018 baru saja usai. Kesuksesan penyelenggaraan event tersebut tak lepas dari peran Indonesia sebagai  tuan rumah sekaligus fasilitator bagi keberlangsungan event olah raga paling bergengsi di tingkat Asia itu secara penuh. Pantas kiranya jika dikatakan bahwa kesuksesan penyelenggaraan pesta olah raga tersebut juga kesuksesan Indonesia.

Kesuksesan Indonesia mementasi perhelatan Asian Games disertai keberhasilan mencetak sejarah lewat prestasi yang ditorehkan atlet-atlet terbaiknya, dengan finis di lima besar dari jumlah total 45 negara kontestan. Raihan ini melebihi sepuluh besar yang sebelumnya ditargetkan pemerintah.  Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk event ini pun tidak sia-sia, meski menelan anggaran sebesar Rp. 3 trilyun.

Di saat yang sama, perhelatan Asian Games kali ini menghadirkan signifikansi yang tak terbatas pada kemeriahan dan euforianya saja. Khusus bagi publik tanah air, Asian Games 2018 memberikan dampak positif secara luas, di tengah situasi dan kondisi internal yang kian rentan akibat memanasnya suhu politik. Terlebih Indonesia sedang memasuki tahun politik 2019.

 

Momentum Persatuan

Persaingan politik yang tak kunjung reda telah mengantarkan komunitas nasional kepada

situasi penuh kebuntuan.  Semangat enminitas pun lahir mendorong masyarakat pada garis demarkasi yang membelahnya pada dua kubu saling berseberangan. Pro dan kontrapun terus bergulir seperti bola liar, sebelum pada saatnya membenturkan satu kelompok dengan yang lain.

Di tengah suasana seperti itu, masyarakat terutama kalangan akar rumput terjebak di dalam ruang enminitas yang pengap. Akan tetapi, sejenak kadar suhu politik menurun sejak pembukaan hingga penutupan Asian Games 2018, dimana perubahan ini merupakan efek dari daya tarik perhelatan olah raga yang sedang dilangsungkan. 

Ada sejumlah catatan menarik dari sekian dampak positif yang ditimbulkan event yang terkonsentrasi di Jakarta dan Palembang tersebut.

Pertama, Asian Games mampu menetralisir rivalitas para elit politik yang ditampilkan di atas panggung nasional dimana selama ini menyedot perhatian masyarakat luas, sebagai sebuah tontonan yang dikonsumsi secara massal lewat media massa. Selanjutnya persaingan perebutan kekuasaan itu menciptakan semacam atmosfir politik penuh aroma kebencian. 

Hal ini merupakan preseden buruk bagi situasi bangsa, sebagai imbas buruk dari segelintir elit yang cenderung memaksakan kehendaknya.

Hingga memasuki masa-masa pendaftaran Pilpres 2018, belum ditemukan solusi yang efektif untuk mencairkan suasana dari nuansa emosional dan kebuntuan yang melanda masyarakat umum.  Perhelatan Asian Games pun hadir di saat yang tepat di tengah carut-marut politik, dengan menampilkan wajah Indonesia yang jauh dari kesan buram, sebagaimana realitas sosial yang sedang terjadi.

Sejenak ketegangan mencair dari puncaknya, disertai memudarnya memori publik yang sebelumnya menyimpan file-file sampah, tergantikan oleh panggilan  dan solidaritas nasionalisme yang lahir secara alamiah untuk mendukung kontingen merah-putih. Praktis perhelatan Asian Games menjadi semacam jeda politik yang merajut kembali hubungan masyarakat yang sempat berserakan.

Kedua, kontingen merah-putih mampu bersaing dengan 15.000 atlet dengan mendulang 98 total medali dari 40 cabang olah raga, dimana raihan ini menempatkan nama Indonesia di peringkat ke-4 Asian Games. Prestasi ini juga menjadi persembahan terbaik putra-putri "jaman now", sebagai kado istimewa persis ketika bangsa ini merayakan ulang tahunnya yang ke-73th. Sebuah capaian paling fantastis sepanjang sejarah keikutsertaan Indonesia di ajang Asian Games.

Capaian prestisius kontingen merah-putih menjadi simbol kebangkitan Indonesia di sektor olahraga, layaknya energi baru yang dapat dialirkan  ke sektor lain guna kebangkitan nasional secara menyeluruh. Walhasil torehan prestasi tersebut memantik kembali tumbuhnya kesadaran cinta tanah air, sekaligus jawaban terhadap ragam polemik yang selama ini membebani bangsa, bahwa Indonesia jauh lebih bisa untuk berdaya dan mengukir berprestasi.

Ketiga, Asian Games 2018 sejatinya memuat banyak sisi yang nyaris sulit untuk diangkat ke permukaan. Namun setidaknya dari sisi kombinasi timing (waktu) dan place (tempat), sudah cukup mewakili untuk diasumsikan bahwa Asian Games merupakan sebuah momentum yang tepat untuk mempersatukan apa yang terserak dari bangsa ini.

Ya! Asian Games, sekali lagi mampu menciptakan momentum itu. Tepatnya ketika Jokowi saling berangkulan dengan Prabowo, sesaat setelah Indonesia berhak mengantongi medali emas di cabang pencak silat melalui wakilnya, Yudani Kusumah Hanifan.

Pemandangan tersebut memiliki sinyalemen penting berupa persatuan elit yang secara efektif akan meredakan ketegangan, sebab kesan baik yang diperlihatkan dua tokoh terhadap masyarakat umum. Hal ini mengingat Jokowi dan Prabowo merepresentasikan figur yang akan bersaing di Pilpres mendatang.

Sentuhan Asian Games kali ini mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, merajut kembali hubungan sosial dan menciptakan suasana kebangsaan yang kondusif. Terutama  saat Indonesia tengah menuju tahun politik yang kian menjelang. Spirit dan sportifitas Asian Games menjadi modal utama guna mengantarkan bangsa ini menuju Pilpres yang damai di tahun 2019 nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun