5. Terdapat sarana atau media pelaksanaan demokrasi. Contohnya seperti partai politik, penyelenggara pemilihan umum ataupun pengawas pemilihan umum.
Demokrasi mengutamakan kedaulatan rakyat. Artinya kekuasaan tertinggi atas pemerintahan negara berada di tangan rakyat.Â
Dengan ini, rakyat semakin aktif berperan dan bertanggung jawab bersama terhadap keutuhan negara terlebih sudah di dudukung juga dalam kecanggihan teknologi digital sehingga, negara dapat terhindar dan meminimalisir dari sistem pemerintahan diktator atau kekuasaan yang mutlak.Â
Pada era digital yang serba mudah juga terus berkembang, demokrasi menghadapi tantangan dan peluang baru. Kemajuan teknologi telah merubah cara kita berkomunikasi, berpartisipasi dalam kehidupan politik, dan mengakses informasi.
Sosial media ibarat pedang bermata dua jika digunakan tidak dengan bijak. Terlebih mendekati kontestasi Pilkada serentak 2024 ini. Namun, bersamaan di tengah gemuruh transfornasi globalisasi, demokrasi Indonesia menghadapi ancaman yang tak kalah serius yaitu : Literasi digital dan cakap digital. Nah, dengan pesatnya kemajuan muncul pula risiko disinformasi, polarisasi online, dan ancaman terhadap privasi dan keamanan data.Â
Dalam fenomena politik di era sekarang kemajuan teknologi menjadi ujung tombak dalam kampanye di sosial media terlebih bakal calon (paslon). Sudah tentu, akan terus menginfomasikan seluas-luasnya sebagai peserta yang akan bertarung di kontestasi pilkada nanti.
Pentingnya penguatan literasi dalam landscape demokrasi
Karena kita tinggal di Indonesia, penggunaan teknologi digital sangat masif untuk mengolah data pemilih dan merancang strategi kampanye semakin marak. Teknologi ini memungkinkan para politisi untuk mempersonalisasi pesan kampanye, menjangkau pemilih dengan lebih efektif, dan memprediksi hasil pemilu dengan akurasi yang tinggi.
Dalam momentum pilkada serentak 2024, ketergantungan pada berbagai platform digital bisa menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan regulasi yang ketat dalam pengawasan. Apalagi jika disalah gunakan di tangan yang tak bertanggung jawab, sering kali diramaikan dengan tumbuh suburnya berita bohong (hoaks) maupun kampanye terlarang (black campaign). Sosial media bisa dimanipulasi untuk menyebarkan disinformasi dan menciptakan realitas yang terdistorsi.
Kondisi tersebut akan menjadikan ruang digital sangat bias informasi. Karenanya, diperlukan kemampuan literasi digital bagi warga untuk menyaring berbagai informasi yang berkembang.