"Batu pecah, kepala pecah, kepala menjadi batu, kepala batu, kepala batu pecah," ujarnya berulang-ulang hingga dia roboh. Dan dua perempuan itu menguburnya dengan menimbunnya dengan batu-batu dan plastik.
Pertunjukan ini sangat menarik untuk ditonton. Â Berbeda dengan karya-karya Agus Susilo sebelumnya, pementasan sudah terjaga ritme pertunjukannya. Â
Bahkan adegan-adegan realis yang bernuansa segar dan komikal, Â sudah mulai terasa diselipkan di tengah-tengah pertunjukan yang serba "gelap" dan emosi yang serba tegang ini. Â Bravo Teater Rumah Mata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H