Mohon tunggu...
ABDUL MUHTADIN M. (amee)
ABDUL MUHTADIN M. (amee) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

aku bukanlah kamu atau mereka aku adalah takdir atas diriku..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Amnesia Sejarah dan Pelacuran Idealisme (Refleksi Sumpah Pemuda)

28 Oktober 2012   08:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:18 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini tanggal 28 Oktober 2012 adalah hari dimana selama 84 tahun selalu diperingati sebagai hari SUMPAH PEMUDA,dan juga merupakan peristiwa monumental bagi pergerakan nasional yang dikemudian hari menjadi catatan sejarah dan bukti otentik lahirnya sebuah bangsa yang bernama Indonesia. Proses kelahiran SUMPAH PEMUDA merupakan buah termanis dari rangkaian perjuangan rakyat pribumi dalam melepaskan diri dari cengkraman aneka bentuk penjajahan kolonialis. SUMPAH PEMUDA juga merupakan sebuah komitmen yang wajib di pegang oleh semua lapisan masyarakat Indonesia, sadar ataupun tidak SUMPAH PEMUDA yang dirumuskan bung Muhammad Yamin yang di sodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato dalam kongres Pemuda kedua, yang Bung Yamin katakan sebagai een eleganter formulering voor de resolutie yang serta merta disetujui oleh semua pihak.

Inilah rangkaian kata-kata mutiara yang menjadi barisan-barisan kalimat elegan tersebut :

Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Sungguh sebuah formula yang singkat, sederhana namun dapat menyentuh setiap akar pemikiran yang sangat digandrungi yaitu bersatunya sebuah bangsa yang heterogen, majemuk yang sangat mustahil terjadi apabila semangat untuk bergerak maju tidak ada, inilah sebuah pelajaran penting yang seharusnya kita pelajari dan kita pahami sekarang.

84 tahun berlalu dan 84 tahun pula hiruk pikuk perjalanan sejarah bangsa Indonesia mengalir dengan berbagai fenomena serta berbagai intrik yang menghiasi didalamnya setelah SUMPAH PEMUDA berkumandang. Saya sempat menulis sebuah puisi untuk merefleksikan pikiran saya dan pandangan saya terhadap kondisi kekinian barisan pemuda-pemudi saat ini.

Dibalik semangat api yang membakar realita

Diantara dinginnya es yang membekukan logika

Terselip cerita dari sebuah legenda

Menggores luka sebuah negara yang sedang tersiksa

Sang pemuda yang main wajah bersandiwara

Sang pemudi yang terlena bertopeng sebuah cerita sinema

Lupa sumpah

Lupa janji

Lupa jatidiri

Lupa harga diri

Lupa negeri sendiri

Pena sejarah kini terhenti di ujung waktu

Tidak ada lagi guratan sajak perjuangan mengharu-biru

Tidak ada lagi bait-bait puisi tentang kejayaan mengebu-gebu

Hanya sebaris kata-kata tentang negeri yang sedang pilu

Dibalik sebuah catatan sejarah sebuah sumpah

Para pemuda kini bertutur kisah tanpa rupa

Para Pemudi kini hidup seperti sosok tanpa nyawa

Berkolaborasi melahirkan ribuan cerita tanpa makna

-------------------------------------------------------------------

Dibalik kursi tahta berilmu

Kau buang waktu menjadi debu

Kau padamkan gelora jiwa yang sedang menggebu

Berselimut buku bersampul bisu

Dibalik doa beralas sajadah

Kau panjat pinta tanpa ibadah

Kau harap dunia takjub menatapmu

Terjawablah dengan restu yang kelu

Dibalik dunia yang bergulir

Kau hanya bebal ikut mengalir

Meski neraka telah menjadi musim

Kau mengikutinya dengan lazim

Dibalik limpahan barisan pincang

Negeri ini retak kian tergoncang

Merdeka tak lagi beraroma

Mengisinya hanya sebuah gema

Tak ingatkah kau sumpah pemuda

Kini ditanganmu telah menjadi sampah!!

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

(Refleksi pemuda masa kini dalam catatan cahaya hitam inspirasi negara badjingan)

Dalam 84 tahun perjalanan ini semuanya telah berubah Pemuda-Pemudi Indonesia yang seharusnya bangga terhadap akar budayanya sendiri lebih bangga dengan budaya Korea dengan serta merta meniru dan menjadi plagiator sejati Girlband dan Boyband asal negeri tirai bambu ini, mereka lebih kenal Kyohyun ketimbang W.R Supratman, mereka lebim mengenal Taeyeon ketimbang Cut Nyak Dien dan mereka lebih nyaman mengenakan pakaian rok mini dan hotpant ketimbang memakai kebaya dan batik. Ironis memang dikala sedang dirundung masalah dari berbagai sektor, para pemuda dan pemudinya pun semakin terlena dan cenderung amnesia sejarah serta budaya, dikala Indonesia sedang memerlukan teriakan “MERDEKA” sambil berlari menyongsong masa depan, pemuda dan pemudinya malah mencibir “trus kl Indonesia sedang susah gw mesti bilang WOW dan salto di udara gitcuh??”

Haha..saya secara pribadi bukan berarti tidak setuju dengan prilaku-prilaku yang sekarang sedang menjamur di mana-mana dan digandrungi oleh mereka dan saya sadar itu adalah dunia mereka, dunia yang mereka jalani, dunia dimana mereka bisa berekspresi akan tetapi kemana semangat SUMPAH PEMUDA akan dibawa jika perilaku pemudanya hanya sebagai plagiator beronani ria dengan hedonisme, jika kelakuan pemudinya hanya konsumen vibrator belaka bermasturbasi dengan jaman?? Sebuah pertanyaan yang semestinya dapat dijawab dengan mudah oleh kita semua.

Belum lagi menyoal tentang prilaku orang-orang yang katanya terpelajar yang setiap hari pergi kesekolah ataupun kekampus, semestinya mereka dapat menjadi tulang punggung bangsa yang sedang retak, menjadi agen of change, agen of power karena mereka adalah the rising generation bangsa ini dikala kaum tua sudah tak mampu lagi menjalankan roda peradaban bangsa ini tapi apa yang terjadi?? Tawuran dimana-mana, demonstrasi anarkis, pemerkosaan dimana-mana bahkan (maaf) kampus seringkali dijadikan tempat prostitusi.

Walaupun demikian saya tidak menutup mata terhadap prestasi-prestasi yang telah dicapai pemuda Indonesia dalam kiprahnya baik skup nasional maupun international, bagaimana kita bangganya ketika tim science Indonesia meraik medali emas di berbagai ajang olimpiade ilmu pengetahuan, bagaimana bangganya kita ketika mendengar tim sepak bola junior kita memenangkan kompetisi International dan mengumandangkan Indonesia Raya dengan penuh rasa khidmat, namun dibalik kebanggaan yang menggelora ada semacam keraguan yang mengganjal.

Saya takut sahabat-sahabat saya yang sekarang sedang menimba ilmu nantinya akan terlahir sebagai pengkhianat-pengkhianat intelektual, saya takut generasi-generasi bangsa ini menjadi pelacur-pelacur idealisme dan saya takut pemuda-pemudi bangsa ini hanyalah robot-robot tak bernyawa yang tidak punya hati dan nurani.

Sahabatku sebangsa dan setanah air, mari kita jadikan momentum SUMPAH PEMUDA ini menjadi motivasi pemikiriran kita tentang kelangsungan bangsa Indonesia, mari kita instal ulang kembali paradigma berfikir kita tentang arti sebuah perjuangan.

Waktu akan terus berjalan, kemarin, kini dan esok akan tetap sama jika kita tidak melakukan perubahan hari ini. SALAM PERUBAHAN!!

SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA YANG KE-84

PEMIMPIN BESAR REVOLUSI REPUBLIK BADJINGAN

http.//catatankakilangit.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun