(Jakarta, 28 September 2012)
Harimau jantan melihat tajam bayang-bayang kehidupan di tepi hutan
Kakinya masih lemah selepas seharian berlari mengejar rusa dipadang rumput dekat telaga
Ia jilati cakarnya yang belum kembali tajam untuk sekedar mencabik daging mangsanya
Sesekali kepalanya menengok ke arah lembah berharap sang pujaan datang menghampiri
Namun sayang bukan dia yang ia lihat hanya sepasang burung pipit yang sedang bercanda diatas ranting
Senja tiba dengan iringan suara jangkrik bersahutan
Lembayung jingga berpedar dari timur ke barat lalu turun menyentuh semesta
Sang mentari mulai tenggelam menyisakan kerinduan untuk esok hari
Burung-burung kembali pulang dari pengembaraan menjelajahi langit
Harimau jantan masih diam dalam penantian
Setia pada waktu mencoba percaya pada harapan
Sang pujaan akan datang dengan seikat cinta
Memenuhi janji takdir hari kemarin
Harimau jantan masih bertahan dalam kesendirian
Walau ia tahu ada ingkar dibalik kilaunya samudera janji
Ia bergumam lirih dalam hati
"aku tahu kamu bohong, aku tahu kamu akan ingkari janji..tapi kamu harus tahu aku tidak akan bohong dan tidak akan pernah mengingkari janji bahwa aku akan menantimu sampai matahari itu tenggelam dan aku tidak bohong kalau aku mencintaimu "
Kemudian ia bangkit sambil memandang matahari yang telah hilang ditelan bumi dan berkata
"wahai matahari, kutitipkan cinta ini padamu simpanlah baik-baik, suatu saat aku akan kembali ketempat ini dan mengambilnya darimu"
Harimau jantan itu pergi hilang ditelan kegelapan hutan ditepian kehidupan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H