Mohon tunggu...
ABDUL MUHTADIN M. (amee)
ABDUL MUHTADIN M. (amee) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

aku bukanlah kamu atau mereka aku adalah takdir atas diriku..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Janji Pada Matahari

29 September 2012   13:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:29 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(Jakarta, 28 September 2012)

Harimau jantan melihat tajam bayang-bayang kehidupan di tepi hutan

Kakinya masih lemah selepas seharian berlari mengejar rusa dipadang rumput dekat telaga

Ia jilati cakarnya yang belum kembali tajam untuk sekedar mencabik daging mangsanya

Sesekali kepalanya menengok ke arah lembah berharap sang pujaan datang menghampiri

Namun sayang bukan dia yang ia lihat hanya sepasang burung pipit yang sedang bercanda diatas ranting

Senja tiba dengan iringan suara jangkrik bersahutan

Lembayung jingga berpedar dari timur ke barat lalu turun menyentuh semesta

Sang mentari mulai tenggelam menyisakan kerinduan untuk esok hari

Burung-burung kembali pulang dari pengembaraan menjelajahi langit

Harimau jantan masih diam dalam penantian

Setia pada waktu mencoba percaya pada harapan

Sang pujaan akan datang dengan seikat cinta

Memenuhi janji takdir hari kemarin

Harimau jantan masih bertahan dalam kesendirian

Walau ia tahu ada ingkar dibalik kilaunya samudera janji

Ia bergumam lirih dalam hati

"aku tahu kamu bohong, aku tahu kamu akan ingkari janji..tapi kamu harus tahu aku tidak akan bohong dan tidak akan pernah mengingkari janji bahwa aku akan menantimu sampai matahari itu tenggelam dan aku tidak bohong kalau aku mencintaimu "

Kemudian ia bangkit sambil memandang matahari yang telah hilang ditelan bumi dan berkata

"wahai matahari, kutitipkan cinta ini padamu simpanlah baik-baik, suatu saat aku akan kembali ketempat ini dan mengambilnya darimu"

Harimau jantan itu pergi hilang ditelan kegelapan hutan ditepian kehidupan..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun