Pengalaman macet berikutnya adalah saat Idul Fitri 1436 H (Tahun 2015) lalu. Saya sengaja mudik di malam takbiran biar nggak macet. Berangkat dari Depok jam lima sore. Seperti biasa naik Bus Sinar Jaya. Selain biar nggak macet, saya juga sudah lama tidak solat Idul Fitri di kampung halaman. Jika kondisi jalanan normal sampai di kampung sekitar jam tiga atau empat pagi.
Namun selepas Brebes menuju Bimiayu, jalanan mulai padat dan macet. Saat waktunya solat Idul Fitri tiba, saya masih di perjalanan di daerah yang saya lupa namanya. Jalur antara Brebes-Bumiayu, tapi itu wilayah kabupaten Tegal, sebelum persimpangan rel kereta, sebelum Prupuk (Kab. Tegal). Bahkan di situ, kendaraan macet total. Tidak bergerak sama sekali.
Saat kendaraan mulai bisa bergerak, saya hanya bisa menyaksikan orang-orang dengan pakaian bersih dan rapi berangkat menuju masjid untuk sholat Idul Fitri. Saya hanya bisa menontong dari balik jendela bus yang saya naiki. Sedih.
Dari pengalaman dua kemacetan itu saya mengamati bahwa salah satu –namun ini faktor utama- adalah semakin banyaknya kendaraan (mobil) pribadi yang ikut mudik. Sebagai pengguna angkutan umum –dan memang saya belum punya mobil pribadi, hehe, jujur dong, kenapa mesti malu- bukan membenci apalagi mengutuk para pemudik yang menggunakan mobil pribadi. Tidak. Tetapi itulah realitas yang saya lihat dan amati bahwa semakin banyaknya mobil pribadi itulah penyebab utama terjadinya kemacetan.
Karena itu saat itu saya memprediksi bahwa ke depan kondisi kemacetan akan semakin parah. Sebabnya terlihat sangat jelas, semakin banyak orang yang punya mobil pribadi yang kemudian diikuti dengan semakin banyaknya orang mudik yang menggunakan kendaraan pribadi.
Ya, terus solusinya apa dong? Jangan cuma bisanya menyindir dan mengkritik doing! Tenang-tenang, sabar dulu Bro, saya sruput kopi dulu biar pikiran lebih jernih. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, ada empat solusi yang saya sarankan untuk mengatasi kemacetan saat arus mudik dan balik lebaran atau hari raya idul fitri.
HARUSKAH PAKAI MOBIL PRIBADI?
Saya teringat kata-kata seorang Filsuf asl Perancis, Rene Des Cartes, “Cogito Ergo Sum,” Aku Berpikir Maka Aku ada. Para Mudiker berkata, “Aku Mudik dengan Mobil Pribadi Maka Aku Ada”. Aktualisasi diri memang pemenuhan kebutuhan tertinggi seorang manusia. Karenanya tidak ada yang salah dengan hal itu.
Namun jika melihat dan mencermati kenyataan bahwa kondisi jalanan yang kian hari kian macet, maka seharusnya kita berpikir lebih dalam. Pertama kita harus tanyakan pada diri sendiri: Apa tujuan utama kita mudik? Silaturahmi bukan? Jika benar itu tujuan utama mudik, maka tidak harus menggunakan mobil pribadi kan?
Banyak bus-bus yang senantiasa setia menunggu para penumpang untuk diantarkan ke kampung halaman masing-masing. Ada bus Kramat Jati dan Lorena ke Surabaya, ada PO Haryanto dan Safari ke Pati dan Semarang, Ada PO Handoyo rute Jakarta – Magelang, Solo, Yogyakarta dan Wonogiri, ada bus Maju Lancar ke Yogyakarta, Ada Rosalia ke Solo.
Ada juga Sumber Alam ke Purworejo, kemudian Sinar Jaya ke Pekalongan, Pemalang, Wonosobo, Purwokerto, Bobotsari dan Cilacap. Dewi Sri dan Dedy Jaya ke Tegal, Pemalang dan Pekalongan. Ada lagi Warga Baru dan Luragung ke Cirebon dan Kuningan. Sementara bagi pemudik yang ke Bandung, Garut dan Tasikmalaya ada Primajasa. Dan masih banyak bus-bus lain yang belum disebutkan.