Jauh dari nuansa keramaian kota, letaknya berada di Desa Tiris dan satu wilayah dengan Danau Ranu Segaran. Pemandian alami ini memiliki dua mata air yang berbeda yang mengalir pada satu sungai. Konon, panas yang dihasilkan merupakan satu muara dengan aktifitas Gunung Bromo. Sumber mata air masih alami dan belum tersentuh modernisasi alam.
Usai dari Taman Nasional Gunung Bromo, aku dan Yen menuju homestay terlebih dahulu dengan menggunakan sepeda motor sewaan dari terminal Probolinggo. Berjarak 8 kilometer, kami tiba di homestay untuk check in terlebih dahulu lalu menaruh ransel dan beristirahat sejenak. Sekelumit rasa lelah melumat sekujur tubuh.
Dan sekitar pukul 13.00 WIB, Yen mengajakku untuk mengunjungi pemandian air panas alami yang terletak di Desa Tiris. Berjarak 43 kilometer dari kota dengan titik kordinat Danau Ranu segaran yang terdeteksi di Google Map. Kami berangkat menuju ke lokasi menggunakan sepeda motor.
untuk menghemat waktu kulajukan sepeda motor dengan kecepatan tinggi berpacu dengan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang di ruas jalan besar. Sementara Yen menjadi navigator perjalanan mengikuti petunjuk rute yang tertera pada Google Map. Melewati hamparan sawah yang berada di kanan-kiri ruas jalan besar lalu melintasi perkebunan pohon jati yang terbelah oleh jalan beton dengan beberapa titik yang masih dalam perbaikan, penuh dengan kelokan-kelokan tajam.
Dan saat memasuki Desa Segaran, kondisi jalan berbatu sehingga aku harus menurunkan kecepatan sepeda motor. Suasana yang sepi dari kendaraan-kendaraan yang melintas membuatku leluasa saat berkendara. Setelah itu memasuki Desa Tiris dengan jalan yang juga berbatu. Dan 500 meter di depan terlihat banner yang menempel di tembok sebagai penanda pintu masuk.
Kubelokkan sepeda motor memasuki gang sempit yang hanya berukuran satu mobil sedan. Terlihat pos loket yang tutup, serta beberapa anak kecil yang sedang bermain, perlahan-lahan kulajukan sepeda motor mengikuti jalan dan melewati Danau Ranu Segaran hingga sampai di ujung pertigaan tempat parkiran mobil.
Lalu kubelokkan sepeda motor ke kiri menurun tajam ke bawah lurus terus hingga sampai di parkiran sepeda motor. Kemudian kami melanjutkan dengan berjalan kaki 200 meter ke depan. Saat itu, kami tidak dikenakan tiket masuk sementara di lokasi terdapat warung yang sedang tutup, 2 kamar mandi umum dan beberapa bangku yang memanjang.
Kutaruh dry bag di salah satu bangku dan beristirahat sejenak setelah perjalanan panjang. Di dalam kolam terlihat 2 pria paruh baya yang sedang duduk berendam tanpa sehelai pakaian. Sementara dari dalam warung keluar bapak tua dengan senyum ramahnya menyambut kehadiran kami.
Sementara itu, kami tidak menghiraukan dengan keadaan yang seperti itu. Kami hanya berendam menikmati sensasi air panas di dalam kolam yang berada di tepi sungai dengan kedalaman air yang hanya setinggi betis orang dewasa dengan suhu air panas yang mencapai 5 derajat. Sementara gelembung-gelembung kecil layaknya minuman bersoda menyembul keluar dari dalam tanah. Dan di sisi kolam di sekat dengan batu-batu kali yang terbungkus kawat.
Hal itu dilakukan oleh warga setempat agar lumpur-lumpur yang berasal dari sungai tidak bercampur ke dalam kolam air panas. Sebenarnya di lokasi sekitar terdapat 6 titik air panas lagi hanya saja tempat-tempat yang lainnya sudah bercampur dengan lumpur yang terhempas oleh aliran air sungai.
Dan menurut kedua pria paruh baya yang berendam tersebut, air panasnya dipercaya sebagai terapi pengobatan seperti gatal-gatal, panu dan penyakit kulit lainnya. Sementara di sekeliling air panas ditumbuhi rimbunnya pepohonan yang sangat asri. Cukup lama kami berendam di kolam air panas dengan aroma belerang yang tidak terlalu kuat.
Saat aku sedang bercengkarama dengan kedua pria paruh baya itu, Yen beranjak dari dalam kolam dan berpindah ke sungai dengan aliran airnya yang sangat dingin dengan kedalaman sebetis orang dewasa. Lalu Yen memanggilku untuk merasakan sensasi dingin air sungai tersebut. Aku pun tergoda dan beranjak dari kolam air panas berpindah ke sungai berendam bersamanya.
Berhubung waktu sudah semakin sore, sekitar pukul 16.30 WIB, aku mengajak Yen untuk menyudahi aktifitas berendam. Setelah itu, kami berjalan menuju kamar mandi umum untuk mengganti pakaian dan kemudian berjalan menuju parkiran sepeda motor, lalu membayar parkiran kepada bapak tua yang menjaga sepeda motor. Setelah itu, kulajukan sepeda motor untuk kembali ke homestay dengan menggunakan Google Map sebagai petunjuk jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H