Setelah memasuki areal penambangan, situasi terlihat gersang dan tak ada rumah penduduk, namun ada beberapa penduduk setempat yang sedang bekerja menambang.
“Maaf pak...mau tanya kalau ke curug ciorok lewat mana ya ?”, tanyaku ke salah satu dari mereka.
“Ada di bawah, motornya diparkirkan saja disini”, ucap orang tersebut sambil menunjuk ke sebuah pos.
“Jalannya ke arah mana ya pak untuk ke curug ?”, tanyaku lagi.
“Nanti adek jalan lurus lalu belok kanan dan ikuti saja jalan tersebut”, ucap orang tersebut.
“Baik pak...terima kasih ya”, ujarku.
Saya segera memarkirkan sepeda motor di sebuah posko tempat para pekerja tambang beristirahat, kemudian melanjutkan jalan kaki dengan berbekal info yang kami dapat dari salah satu pekerja tersebut. Suasana gersang dan hujaman sinar matahari menyambut kedatangan kami, dengan mengikuti jalan setapak ukuran mobil, tampak bukit yang terpahat karena penambangan dan beberapa pekerja tambang yang sedang bekerja dengan semangat ataupun yang sedang istirahat menyambut kedatangan kami dengan senyuman ramahnya.
Setelah memperhatikan dengan seksama di areal bukit tersebut, Lokasi ini hampir mirip dengan Brown Canyon yang terdapat di Semarang, namun pahatan-pahatan di areal ini jelas berbeda dengan Brown Canyon yang terdapat di Semarang, rencananya kami ingin langsung ke Curug Ciorok, namun kami menikmati areal Brown Canyon terlebih dahulu.
Dari kejauhan tampak para pekerja yang sedang beristirahat ataupun yang sedang bekerja memperhatikan keberadaan kami yang sedang mendokumentasikan lokasi tersebut dalam bentuk photo. Lokasi ini tampaknya terisolasi dari keramaian, tak banyak orang yang mengunjungi areal ini, suasana yang gersang dan tertutup oleh perkebunan membuat lokasi ini cukup tersembunyi.