Saat ini wilayah Sentul menjadi lirikan baru wisata di wilayah Bogor. Selain terkenal dengan sirkuit arena balap, Air Terjun Bidadari, Air Terjun Leuwi Hejo dan beberapa wisata alam lainnya, ada sebuah goa tersembunyi yang sangat jauh dari keramaian dan belum banyak diketahui oleh orang banyak.
Bermula selalu melihat sebuah plang informasi berbentuk banner yang diikat di beberapa pohon pinggir jalan saat menuju Leuwi Hejo, rasa penasaran menghinggap di benak saya untuk mengetahui goa tersebut. Saya lantas mengajak beberapa teman untuk mengunjungi Goa Agung Garunggang yang terletak di Karang Tengah 2, Babakan Madang, Sentul. Dengan menggunakan sepeda motor sepagi mungkin kami berlima berangkat ke lokasi dengan melewati jalur ke arah Leuwi Hejo.
Sebuah banner besar yang terikat di antara pepohonan yang menjadi gerbang pintu masuk dan hanya bisa dilalui sepeda motor dengan medan trek yang sudah dipaving, kami menelusuri tempat tersebut dengan melewati rumah-rumah penduduk sekitar dengan sajian panorama alam bukit-bukit, pematang sawah dan barisan pepohonan yang berjarak kurang lebih 3 km.
Kemudian berhenti di sebuah rumah pak RT setempat untuk memarkirkan sepeda motor, lalu dilanjutkan dengan trekking yang berjarak 2 km menaiki dan menuruni bukit di bawah hujaman teriknya matahari dengan medan trek tanah yang bercampur pasir dan kerikil-kerikil kecil, terlihat beberapa warga setempat yang berlalu lalang sedang membawa hasil panen kebunnya.
Karena lelahnya perjalanan, kami beristirahat sebentar di sebuah pos sambil menikmati panorama alam sekitar, sementara ada beberapa penduduk setempat yang lain sedang istirahat juga. Setelah mengembalikan energi yang terkuras, kami melanjutkan perjalanan yang ditemani oleh salah satu penduduk setempat yang sedang beistirahat menuju lokasi goa.
Setelah 1,5 jam trekking dengan tubuh yang dibanjiri peluh dan sejuta kelelahan, kami tiba di lokasi goa yang tersembunyi di balik bukit dengan panorama hamparan barisan bebatuan yang bentuknya sangat berbeda dengan batu-batu pada umumnya. Hamparan barisan bebatuan tersebut berdiri kokoh di atas tanah dan layaknya sebuah taman labirin karena banyaknya celah yang bisa kami masuki.
Terlihat dua orang yang merupakan penduduk setempat sedang membersihkan areal goa lalu menanyakan kedatangan kami.
“Mau ngapain, Mas?” tanya salah seorang dari mereka.
“Mau ke goa, Bang,” jawabku.
“Tapi saat ini masih tahap pembersihan, Mas,” ucap orang tersebut.
“Oh gitu, Bang,” ucapku.
“Tapi bisa masuk ke goanya?” tanyaku.
“Bisa kok, Mas,” ucap orang tersebut.
[caption id="attachment_340254" align="aligncenter" width="504" caption="Celah pintu masuk menuju Goa Agung Gundarang"]
Seperti biasa, sebelum kami memulai eksplore goa tersebut, kami mendokumentasikan areal goa sambil beristirahat sejenak di atas hamparan barisan bebatuan di bawah rimbunnya sebuah pohon yang tumbuh di antara barisan bebatuan sambil makan siang yang kami bawa dan beli di jalan yang ditemani oleh penduduk setempat.
Selain hamparan barisan bebatuan yang menghipnotis mata kami yang seakan-akan membawa kami untuk kembali pada kehidupan masa lampau, di lokasi ini terdapat Batu Gantung dan sebuah kolam pemandian yang terbentuk secara alami. Hanya saja waktu kami berkunjung ke sini, areal Batu Gantung belum bisa dikunjungi karena banyaknya tumbuhan liar yang belum dipangkas dan dapat membahayakan nyawa kami jika terperosok jatuh ke jurang karena medan yang sangat licin.
Setelah makan siang, kami meminta penduduk setempat menjadi pemandu kami untuk memasuki salah satu goa. Di areal goa ini terdapat dua pintu masuk dengan letak dan jalur yang berbeda.
“Bisa antarkan kami ke dalam goa, Mas?” tanyaku.
“Boleh Mas, tapi pada bawa senter?” tanya salah seorang dari mereka.
“Bawa kok, Mas,” ucapku.
Untuk memasuki goa ini, kami harus turun ke bawah layaknya menuruni sumur timba meskipun jarak turun tidak terlalu dalam, sebab goa-goa tersebut berada di dalam tanah lalu harus membungkukkan tubuh untuk masuk ke dalamnya, sementara di dalam goa terdapat stalagnit-stalagnit yang menggantung yang disertai alunan gemericik aliran air yang mengalir.
Saya mencoba menatap langit-langit goa yang bentuknya seperti kubah masjid dengan penerangan senter dan tampak kelelawar-kelelawar yang sedang menggantung, lalu kami berjalan menyusuri dalam goa dan ada beberapa spot dengan celah yang menyempit dan hanya bisa dilalui oleh satu orang secara bergantian.
Baru berjalan beberapa meter, kami harus dihadapi dengan spot yang harus tiarap untuk menyusuri dalam goa dengan jarak 50 meter di antara celah sempit yang hanya bisa dilalui dengan satu orang yang berbadan ramping dan harus berbaris ke belakang. Karena kami pikir hal tersebut sangat jauh dan tidak memungkinkan, kami memutuskan untuk kembali dan menyudahi menyusuri dalam goa.
How to Get There?
Jika Anda dari Jakarta menggunakan mobil masuk tol jurusan Bogor lalu keluar di pintu tol Sentul, arahkan mobil anda ke arah Sirkuit Sentul lalu belok kanan lurus terus sampai ketemu pertigaan Gedung SCC, anda belok kiri lurus terus ikutin jalan sampai ketemu Gerbang Depan Jungle Land. Dari Gerbang Jungle Land, anda lurus terus naik menanjak ke wilayah Karang Tengah 2, sampai ketemu pertigaan, kalau ke kanan ke arah Pemandian Air Panas Gunung Pancar, anda belok kiri lurus terus. Perhatikan di sebelah kiri jalan terdapat sebuah banner besar yang menjadi petunjuk ke lokasi goa.
Jika anda menggunakan mobil, parkirkan mobil anda di pinggir jalan utama (rumah warga setempat), lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih 6 km (2 jam trekking, tergantung jalan), jika anda menggunakan motor, masukan motor anda dari gerbang pintu masuk dan parkirkan kendaraan anda di rumah Pak RT lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih 2 km (1,5 jam trekking, tergantung jalan), untuk menuju ke Goa Agung Gundarang situasi jalan sangat bagus dan bisa dilalui dengan mobil. Di lokasi belum ada tiket masuk (gratis), jika ingin menggunakan jasa pemandu yang merupakan warga setempat kasih seikhlasnya, dan untuk parkiran motor atau mobil kasih seikhlasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H