Sore hari, suasana padat dan ramai khas terminal bus tidak menyulitkan bagi Bintang untuk segera mancari bus jurusan Bandung -- Solo. Â Cukup banyak juga pilihan armada bus rute Bandung-Solo lewat jalur selatan, seperti Pahala Kencana, Bandung Express, PO Harum Prima dan Sugeng Rahayu. Ia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan istri dan anak yang selama ini hanya dapat dipandanginya lewat ponsel.
Setelah menimbang-nimbang sebentar, Bintang pun segera membeli tiket eksekutive (2+1), bus Pahala Kencana  jurusan Bandung -Surabaya.  Kemudia memilih tempat duduk yang kebetulan tersisa 1 kursi hot seat persis dibelakang supir, Bintang membayar Rp210 ribu. Setelah membeli bekal perjalanan secukupnya, ia pun segera menaiki bus tersebut, yang sebentar lagi akan segera berangkat sesuai jadwalnya.
Sembari menunggu diberangkatkan, Bintang pun mengamati bus yang masih tamapk baru dan bersih ini. Tampil dengan karoseri bikinan Adi Putro yang terkenal kegagahannya, Legacy SR 2 HD Prime ini bersuspensi udara. Menggunakan chassis Hino RK8-R260 (J08E-UF) 260 PS dengan Diesel 4 Stroke-nya, ditambah 6 silinder inline turbocharger intercooler lengkap denga  balutan body Jetbus 2+ SHD. Membuat bus ini tampil istimewa, bak raksasa yang menguasai jalanan.
Tepat pukul 13.57 WIB, bus yang ia naiki mulai bergerak menuju Solo yang jaraknya sekitar 466.8 km jika lewat jalur selatan ini. Tiba-tiba ponsel Bintang bergetar, tanda panggilan video call masuk dari Melati Wijaya, istrinya. Dengan cepat ia  pun menggeser tombol hijau di ponselnya.
"Hallo, ayah dah sampe mana? ayah naik apa ke Solo-nya? Maafin bunda ya, barusan aja baca pesan ayah, tadi bunda pergi posyandu nimbangin sama  imunisasi buat Yudha." kata Melati yang merasa senang sekali mengetahui akan bertemu suaminya kembali. 9 bulan tidak bertemu hampir membuatnya menangis, mengingat Yudha Perkasa putra pertama sekaligus buah cinta mereka lahir tanpa ditungguin sang ayah yang sedang menjalani pedidikan di SESKO TNI.
"Iya bunda, ayah baru aja keluar dari terminal bus Cicaheum. Â perkiraan sih 12 jam perjalanan, jadi sampai Solo sekitar jam 2 pagi. kita chatingan aja bunda, nggak enak ama penumpang lainnya!" sambil tersenyum, Bintang pun menjawab pertanyaan istrinya sambil mempelihatkan keadaan di sekitar bus yang dinaikinya.
Istana yang palladian architecture ini luasnya mencapai 2.400 m dikenal sebagai Istana Merdeka. Dibangun pada tahun 1873, istana ini di arsiteki oleh Jacobus Bartholomeus Drossaers. Â pada 27 Desember 1949, istana ini pernah menjadi saksi bisu sejarah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Pemerintah kerajaan Belanda. Â Waktu itu penandatanganan naskah oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, mewakili RI dan A.H.J. Lovink, wakil tinggi mahkota kerajaan Belanda
Di dalam Istana Merdeka presiden Bagus Wicaksana sedang menerima laporan dari Kepala BIN LetJend TNI (Purn) Sandhi Notonagoro. Semakin beraninya kelompok kriminal bersenjata di beberapa wilayah perbatasan, cukup merepotkan dan meresahkan penduduk di wiayah tapal batas. Yang saat dikejar aparat terkait mereka lari masuk ke dalam wilayah negara tetangga. Diindikasikan beberapa kasus pencurian dan perampokan pun juga melibatkan kelompok criminal bersenjata tersebut.
Raut wajah Presiden Bagus Wicaksana pun menjadi keruh menahan kemarahannya akan peristiwa yang terjadi di wilayah perbatasan tersebut. Laporon dari Kepala Bin ini sudah cukup baginya untuk segera menindak lanjuti rencana dan strateginya berkaitan dengan segala permasalaha di tapal batas NKRI. Ia pun memerintahkan Kepala BIN segera mengerahkan kemampuannya yang ada untuk lebih memaksimalkan kontra  intelejen di wilayah perbatasan.
Setelah lebih dari 2 jam memberikan laporan khususnya, maka Kepala BIN LetJend TNI (Purn) Sandhi Notonagoro pun segera undur diri untuk melaksanakan perintah sang Presiden. Ia sadar sepenuhnya akan ketajaman strategi Presiden Bagus Wicaksana. Maka, ia pun segera kembali ke kantornya untuk menterjemahkan secara terperinci materi dan perintah presiden.
15.00 WIB, situasi perarian laut Natuna tampak normal, tiba-tiba berubah cepat. Kapal Patroli milik Mabes Polri, (KP) Yudistira 8003  yang memiliki panjang 73,67 meter dan lebar 11,35 meter ini melaju dengan kecepatan maksumum 18 knot. Tak berapa lama Kapal dengan bobot 1.110 ton ini berhasil mengejar dan menangkap 2 kapal nelayan asing berbendera Vietnam, yang tertangkap tangan sedang mencuri ikan di perairan Natuna. Dan dengan cukup sigap 10 personil Polairud langsung mengambil alih kedua kapal asing tersebut untuk digiring menuju  Pangkalan laut dan Pantai  Tanjung Uban, Kepulauan Riau untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Sementara itu, tidak jauh dari tertangkapnya 2 kapal nelayan asing  berbendera Vietnam BD 978 dan BD 678, tampak melaju dengan cepat 2 buah kapal pengawas perikanan Vietnam dengan nomor lambung KN 264 dan KN 231. Mendapati situasi yang kurang baik, kapten kapal Yudistira 8003, AKP Setyo Nugroho yang terus mengawasi maneuver kedua kapal tersebut melalui teropongnya. Dengan cepet ia pun memerintahkan ABK-nya untuk segera meminta dukungan dan bantuan, "Hubungi markas segera kirim bantuan 2 kapal asing masuk wilayah kita."
"Di sini Yudistira 8003 posisi 05-06-20 U 109-15-80 T, mohon dukungan, ada 2 kapal asing menerobos perairan Natuna" Panggil ABK Yudistira 8003 melalui radio komunikasinya.
Yang langsung direspon cepat oleh KRI Teuku Umar 385 dan KRI Tjiptadi 381. kapal perang jenis korvet milik angkatan laut Indonesia ini langsung mendekat dan melaju dengan kecepatan penuh  24,7 knot. Kapal dengan panjang 75,2 m dan lebar 9,78 m ini sudah dipersenjatai 2x SA-N-5 SAM,  2x 57 mm gun (1x2),  2x 30mm gun (1x2) atau 1x AK-630, 2x RBU-6000-peluncur roket anti kapal selam, 4x 400 mm tabung torpedo dan 60x ranjau.
Dan kedatangan kedua KRI Teuku Umar 385 dan KRI Tjiptadi 381 yang langsung membentuk formasi tempur, cukup mengagetkan KN 264 dan KN 231, yang ternyata merupaka kapal coast guard Vietnam. Melalui radio Letkol Laut (P) Fajarudin Rachmat, kapten KRI Tjiptadi 381 meminta kedua kapal coast guard Vietnam tersebut untuk mundur dan keluar dari wilayah perarian Natuna. "Here Tenggo 381, you are in the Indonesian sea area. get out of our territory immediately!.. Repeat... Here Tenggo 381, you are in the Indonesian sea area. get out of our territory immediately!" ucap Letkol Laut (P) Fajarudin Rachmat.
Sementara Letkol Laut (P) Agustinus Nugraha, kapten KRI Teuku Umar 385 langsung menghubungi Koarmada 1 Tanjung Priuk. Untuk meminta ijin menembak kepada panglima Koarmada I Laksamana Muda TNI Yoga Samudra. "Lapor Panglima, situasi dan posisi aman, tetapi mereka belum mau keluar. Ijin melakukan tembakan!" ucap Letkol Laut (P) Agustinus Nugraha.
"Hati-hati jangan terprovokasi, lajutkan pengawasan, tembakan peringatan seperlunya! Waspadai ada 2 kapal asing lain diluar perairan kita!" perintah Panglima Koarmada I Laksamana Muda TNI Yoga Samudra kepada kedua KRI yang berada di laut Natuna.
"Siap Panglima!" jawab Letkol Laut (P) Agustinus Nugraha. Yang langsung menyampaikan  perintah Panglima Koarmada I Laksamana Muda TNI Yoga Samudra kepada Letkol Laut (P) Fajarudin Rachmat, kapten KRI Tjiptadi 381. Selanjutnya mereka pun melakukan koordinasi.
"TUM 385 kepada Yudistira 8003, segera tinggalkan lokasi! Ulangi! TUM 385 kepada Yudistira 8003, segera tinggalkan lokasi!" perintah Letkol Laut (P) Agustinus Nugraha, kapten KRI Teuku Umar 385 kepada KP Yudistira 8003.
 "Silahkan ambil alih kami menuju PKP Tanjung Uban." Yang langsung dijawab AKP Setyo Nugroho. KP Yudistira 8003. pun berangkat bersama 2 kapal nelayan asing  berbendera Vietnam BD 978 dan BD 678 yang tertangkap.
Secara perlahan dan pasti KRI Tjiptadi 381 bergerak mendekati kedua kapal coast guard Vietnam, KN 264 dan KN 231. Sementara KRI Teuku Umar 385 pun mengawasi dengan posisi siaga tempur. Â Tanpa di duga sebelumnya, salah satu kapal coast guard KN 264 melakukan gerakan kejutan dengan menabrakan kapalnya hingga mengenai lambung KRI Tjiptadi 381. Dan akibat dari benturan kedua kapal tersebut mengalami kerusakan. Meskipun demikian KRI Tjiptadi 381 tetap tenang dan sabar menghalau kedua kapal coast guard Vietnam tersebut.
Tiba-tiba dari langit menukik 5 pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dari Skuadron Udara 3, Lanud Iswayudi Madiun. Dengan formasi tempur kelima pesawat tersebut mulai mendekati KRI Teuku Umar 385 dan KRI Tjiptadi 381 untuk memberikan dukungan udara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H