Di KAI Commuter memang tidak disediakan tempat sampah karena penumpang bertanggung jawab dengan sampah masing-masing. Â Termasuk juga larangan untuk makan minum di dalam kereta. Â Ada himbauan dan stiker larangan terkait hal tersebut. Â Â Â
Dahulu tak ada kursi prioritas.  Siapa cepat, dia yang dapat kursi.  Berlaku hukum rimba di sini.   Untung sekarang sudah ada kursi yang  dikhususkan untuk penumpang usia lanjut, ibu hamil, disabilitas, dan ibu yang membawa anak.   Jangan coba-coba duduk di kursi prioritas ini kalau tidak mau menerima tatapan tajam penumpang lain atau teguran dari petugas.
Sewaktu jaman pandemi hukumnya wajib pakai masker.  Penumpang akan ditegur oleh petugas baik yang ada di stasiun atau di dalam kereta.   Dahulu banyak terjadi kasus pelecehan seksual dimana gerbong laki-laki dan perempuan digabung.  Sekarang ada gerbong khusus wanita terletak di gerbong paling depan dan paling belakang dari rangkaian kereta.  Jika ada penumpang yang mengalaminya, jangan ragu untuk melaporkan kepada petugas atau penumpang lain. Â
Satu hal penting lainnya adalah adanya pendingin udara di setiap gerbong. Â Jadi adem dan sejuk. Â Tak lagi berpeluh dan beraroma aneh-aneh kalau turun dari kereta. Â Pintu kereta juga otomatis tertutup ketika berjalan. Â Â Jangan harap kereta akan berangkat kalau pintu masih ada yang berbuka.Â
"Hati-hati pintu kereta akan ditutup kembali," begitu pengumuman terdengar ketika kereta akan berangkat melanjutkan perjalanan.Â
Saya terbiasa naik kereta jam 6.00 pagi. Â Kalau terlambat, saya masih bisa menunggu kereta yang berangkat jam 6.20. Â Â Hanya setengah jam sudah tiba di Stasiun Duri sebagai stasiun transit. Â Dari sini saya pindah kereta untuk menuju Stasiun Sudirman. Â Setelah tiba di Stasiun Sudirman dilanjutkan berjalan kaki sekitar 200 meter menuju Stasiun MRT Dukuh Atas menuju Stasiun MRT Asean. Â Â Sampai kantor sebelum jam 8 pagi dan tukin pun aman dari potongan.
Terus terang, biaya KAI Commuter menolong banyak sekali pekerja di area Jabodetabek. Â Bayangkan dari Tangerang sampai ke Sudirman hanya bayar Rp 4.000 sangat membantu. Â Total pulang pergi baik krl commuter hanya Rp 8.000 saja. Â Hanya seharga secangkir kopi. Â Â Kalau ditotal pengeluaran pulang pergi kantor sebulan (kira-kira 22 hari kerja) hanya Rp. 176.000. Â Murah sekali bukan. Â Sudah begitu tidak ada kemacetan. Â Â Perjalanan berjalan lancar seperti air. Â Memotong waktu perjalanan pulang pergi ke kantor dari sebelumnya hampir 6 jam menjadi kurang dari 4 jam. Â Â Â