Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Liburan Murah Meriah di Gedung Sate

14 Januari 2020   16:41 Diperbarui: 14 Januari 2020   17:40 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung Sate berada di pusat kota Bandung dan menjadi salah satu landmark kota ini.   Gedung Sate berada di jalan Diponegoro no 22, Kota Bandung.  Berdekatan dengan Museum Pos.  Dirancang oleh arsitek Belanda Ir. J Berger dan dibangun mulai tahun 1920.   

Bangunan megah ini mencampurkan kekayaan arstitektur Barat dan Nusantara. Salah satu kemegahan Nusantara terlihat dari penggunaan batu-batu andesit pada dinding bangunan, material ini banyak digunakan dalam pembangunan candi-candi besar di Indonesia.  Selainitu pilar-pilarnya yang besar melambangkan kemegahan Eropa.

Museum yang dikelola Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini buka untuk umum dari jam 9 pagi hingga 4 sore. Tiket masuknya murah meriah, hanya 5.000 rupiah.   

Di tempat pembelian tiket sebenarnya ada beberapa souvenir. Tapi jumlahnya sangat sedikit  dan ditata kurang menarik. Hanya ada beberapa lembar baju dengan gambar gedung sate, gantungan kunci yang tak sampai 10 buah, dan kartu pos.

Dengan pembelian karcis ada kedai kopi buat kongkow dengan teman-teman. Jam bukanya sama dengan jam operasional Museum Gedung Sate.

Pintu masuk (foto : museumgedungsate.org)
Pintu masuk (foto : museumgedungsate.org)
Ada beberapa etalase yang bisa kita lihat. Pengunjung bisa melihat sejarah pembangunan Gedung Sate. Mengapa di pucuknya ada tusuk sate dengan enam ornamen berbentuk jambu air? Karena pembangunan Gedung Sate sendiri memakan biaya 6 juta gulden.  Satu ornamen jambu air menggambarkan 1 juta gulden. 

Lalu ada wajah dari 7  pemuda (sebenarnya tidak 7 wajah, ada dua wajah yang tak ada fotonya dan hanya berupa siluet) yang gugur pada tanggal 3 Desember 1945 saat mempertahankan Gedung Sate dari pasukan Gurkha.

Pasukan Gurkha adalah orang-orang uang berasal dari Nepal dan menjadi bagian angkatan darat Inggris yang terkenal handal.  Tanggal 3 Desember menjadi cikal bakal hari bakti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Lampu gantung di atas ballroom (dok pri)
Lampu gantung di atas ballroom (dok pri)
Lalu ada wahana balon udara dimana terdapat alat virtual reality seolah-olah pengunjung bisa melihat Gedung Sate dari atas balon udara.  Wahana ini tidak dianjurkan untuk mereka yang menderita jantung, epilepsi, atau takut ketinggian.  Saya saja agak pusing memakai alat virtul reality ini terlalu lama. Faktor U kali ya...

Ada pula ruang audio visual mirip bioskop mini yang memutar sejarah Gedung Sate. Durasi film hanya 10 menit tetapi memuat banyak sekali informasi.  Seolah merangkum informasi yang ada di dalam Museum Gedung Sate. Mulai dari tujuan pembangunan, penggunaan gedung sate sebagai perkantoran PPT (Pos, Telepon,dan Telegraf), lalu menjadi Jawatan Pekerjaan Umum, hingga akhirnya menjadi kantor Gubernur Jawa Barat sekarang.

Kalau ada kesempatan, kita bisa naik ke menara yang tidak dapat dilihat langsung dari bawah.   Menara ini merupakan lantai paling atas dari Gedung Sate.  Untuk menuju ke menara ini ada dua cara. Bisa melalui tangga atau menggunakan lift.

Karena tidak setiap waktu area ini dibuka untuk umum.   Kita bisa melihat pemandangan Gunung Tangkuban Perahu, Lapangan Gasibu, Monumen Perjuangan Jawa Barat, dan suasana Kota Bandung.  Pengunjung juga bisa memanfaatkan aula (ball room) Gedung Sate sebagai tema buat pre-wedding. Kesannya mewah dan megah dengan lampu kristal menggantung di atas aula.  Kesan kemegahan masa lalu semakin terasa di masa kini.

Ruang dalam Gedung Sate (dok pri)
Ruang dalam Gedung Sate (dok pri)
Dulu suara sirine bisa didengar hingg 20 km hingga wilayah Cianjur, sekarang melorot hanya tinggal 2 km. Karena sekarang banyak bangunan tinggi dan bercampur baur dengan suara kendaraan.  Sirine ini dalam setahun hanya akan dibunyikan 2 kali.  Yaitu pada hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus dan hari bakti Kementerian Pekerjaan Umum pada tanggal 3 Desember.

Di halaman Gedung Sate, dekat dengan pintu masuk museum, ada penyewaan otoped listrik. Otoped yang terparkir ada 4 unit dan berwarna hijau cerah. Sayang kendaraan otoped listrik sedang tak ada tenaga alias baterainya habis. Terpaksa menunda keinginan untuk mencobanya di halaman Gedung Sate.  "Besok lagi ya, Pak," pesan penjaga musuem.  Wah, besok sudah harus balik ke Jakarta.

Otoped listrik (dok pri)
Otoped listrik (dok pri)
Kalau perut lapar tak perlu khawatir.  Banyak tempat makan enak di sekitar Gedung Sate.  Mulai dari rumah makan padang, bakso, fast food, dan banyak lagi.  Tak bakal kelaparan kalau ada di dekat Gedung Sate.

Kami memilih Pasar Cisangkuy sebagai pilihan. Sebenarnya Cisangkuy bukan nama pasar tapi tempat makan dekat dengan Taman Lansia. Terdiri dari banyak kios/kedai sehingga mirip dengan pasar.  

Banyak makanan khas nusantara di sini.   Ada nasi goreng, siomay, kerak telor, lumpia basah, kue balok, dan lainnya.  Bahkan di waktu-waktu tertentu ada live music-nya.  Lain waktu akan saya ceritakan pengalaman makan di tempat ini.   Cerita tentang Bandung memang tidak ada habisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun