Menurut salah seorang pengelola di rest area 88 B, mungkin para pengendara truk minder masuk ke rest area 92 B. Karena terkesan wah dan mahal. Jadi terus saja ke rest area selanjutnya. Di sini, selain lahan untuk kendaraan besar, juga lebih banyak tersedia tempat makan murah meriah. Sesuai untuk kantong mereka.
Ini juga menjadi suatu kendala. Karena kendaraan pribadi rata-rata mampir kurang dari dua jam. Sementara mobil-mobil besar parkir justru lebih dari dua jam bahkan bermalam di rest area. Juga Mandi cuci di rest area.
Kalau mandi sih mungkin tak apa, tapi sampai cuci baju di rest area kan bukan peruntukkannya. Bahkan ada yang nekat cuci truk di rest area. Ini justru tak diperbolehkan.
Selain menjadi kumuh, air bekas cucian juga merusak aspal atau pavement di area parkir. Ini berlaku di rest area 88 B tetapi tidak di 72 B. Mengapa?Karena area 72 B termasuk wilayah miskin air.
Tak ada pompa air tanah di sini karena memang tak ada sumber air. Air harus mereka ambil melalui selang dan saluran pipa yang cukup panjang dari tempat lain. Sebab itu jumlah air di rest area ini lebih terbatas.
Bahkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berniat mengundang investor besar dan aisng untuk mengembangkan rest area premium outlet. Terutama pengembang yang mempunyai lahan sekitar jalan tol seperti Sinar Mas Group, Agung Podomoro, Alam Sutera, dan lain.
Mereka bisa mengembangkan tempat perbelanjaan, hotel untuk menginap jangka pendek, dan outlet premium lainnya. Rest area bisa menjadi tempat titik temu, rapat, atau rekreasi. Jadi siapa bilang rest area hanya tempat untuk buang hajat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H