Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tiga Hari Berkuliner di Makassar

13 Mei 2018   00:01 Diperbarui: 13 Mei 2018   07:10 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lho bakso di Jakarta beda dengan di Makassar, kuahnya juga beda."

Eh, dia malah pesan oleh-oleh bakso lebih banyak dari saya plus dua botol sambal.   Dasar tidak mau kalah!

Dokpri
Dokpri
Sebenarnya sudah kenyang, tapi sebagian teman masih penasaran ingin mencoba Saraba. Apaan tuh saraba?  Saraba ini sejenis minuman penghangat badan ini mirip dengan STMJ alias susu madu telur jahe. Bedanya, Saraba - nama minuman ini- diberi tambahan santan tanpa menggunakan madu. 

Sedangkan rasa manisnya berasal dari gula merah yang digerus halus.  Banyak dijumpai di Sulawesi Selatan, khususnya di kota Makassar. Biasanya orang Makasar menikmati sarba dengan pisang epe atau gorengan macam ubi kayu, pisang goreng, atau bakwan.

Kami memilih menikmati saraba di warung tenda yang banyak berjajar di daerah Sungai Cerekang Kota Makassar sambil mengobrol ngalor-ngidul sambil mencomot pisang goreng yang dicocol ke sambal. Sedap nian. Semakin malam daerah ini bukannya tambah sepi, justru bertambah ramai.

Banyak pegawai dan mahasiswa bergerombolan nongkrong.  Suasananya ramai obrolan dan gelak tawa.  Enough is enough, kali ini perut kami sudah overload alias kekenyangan. Wah, jangan sampai sakit perut karena besok harus balik Jakarta.

Memang sejak awal tiba, saya perhatikan pengemudi motor di kota angin mamiri ini agak ugal-ugalan.  Kalau motor diklakson mobil biar memberi ruang, justru balik mengklason dan tak mau memberi jalan. Kalau disalip, eh malah marah-marah. Hal yang sama juga menimpa kami.

Mobil online yang kami gunakan bonyok bagian depannya dihantam sepeda motor yang melaju kencang dari arah berlawanan.   Sudah ngebut tak pakai lampu depan pula. Ternyat pengemudinya  seorang anak tanggung usia 14 tahun. Untung saja ia tak apa-apa, hanya lecet-lecet. Padahal tabrakan cukup keras. Buktinya pintu penumpang di samping supir sampai penyok tak bisa dibuka.   Supir taksi  online minta ganti rugi dan si anak hanya bisa menangis.

"Kenapa kamu menangis? Kamu yang salah."

"Temanku pasti marah, karena motor yang aku pake punyanya," katanya sambil terisak.

Wah, berabe nih.  Mobil taksi online rusak, motor temannya tak kalah rusak berat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun