"Tenang saja. Â Ada di saku celana Mas."
Iyus merogoh-rogoh kantung celananya.  Loh,  kok tidak ada?  Sekali lagi...... juga tidak ada.  Coba sekali lagi.  Ia merongoh lagi secara perlahan, takut kertas itu terjepit di ujung kantung.  Juga  tidak ada.
Iyus mulai panik.
"O iya Dik, ada di celana yang ada di dalam kantong plastik merah."
Dicarinya kantong plastik merah bekas dari sebuah swalayan itu. Kantong plastik itu tidak ada. Â
"Dik, mana kantong plastik merah yang tadi kamu bawa?"
"Yang isinya celana dan baju-baju bekas itu, Mas?"
"Iya, Dik. Â Celana yang aku pakai kemarin ada di kantong plastik itu."
"Aku tinggal di gubuk, Mas. Â Tadi kata Mas Iyus tidak usah dibawa. Â Dibakar saja sama yang lainnya biar buang sial."
"Oalah, Dik."
Iyus memandang gubuknya yang sudah jadi arang dan masih terlihat bara api. Â Membayangkan kupon loterenya ikut terbakar. Â Ia lupa mengambil kupon itu dari celana bututnya tadi pagi. Â Celana butut yang ada di kantong plastik merah.Â