Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Money

Rencanakan dan Wujudkan Kesejahteraan Keluarga Bersama Bumiputera

20 November 2016   16:59 Diperbarui: 20 November 2016   17:16 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sih Sejahtera itu?

Mewujudkan kesejahteraan keluarga adalah dambaan semua orang.   Siapa sih di dunia ini yang tidak ingin sejahtera?    Banyak definisi para ahli terkait makna sejahtera.  Paling mudah kita lihat definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia,   sejahtera aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan).

Sedangkan kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera; keamanan, keselamatan, ketenteraman;- jiwa kesehatan jiwa.

Konsep kesejahteraan menurut Dr Nasikun dalam Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga (1993) dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empat indikator yaitu : (1) rasa aman (security), (2) Kesejahteraan (welfare), (3) Kebebasan (freedom),  dan (4) jati diri (identity).

Konsep Nasadikun ini hampir sama dengan apa yang diungkapkan dalam teori hierarki kebutuhan oleh Abraham Maslow.   Ia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi

Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto,  Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya (1989), kesejahteraan dapat diukur dari beberapa aspek kehidupan:

  • Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pangan dan sebagianya;
  • Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya;
  • Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya;
  • Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya

Pendidikan adalah hak dasar setiap orang. Baik buruknya kualitas pendidikan seseorang akan menentukan suskses tidaknya di masa depan. Target utama pendidikan adalah anak-anak karena kepada mereka lah nantinya diberikan estafet sebuah peradaban. Oleh karena itu, pendidikan anak harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah, sekolah dan terutama orang tua.

Menurut Ki Hajar Dewantara, beliau menjelaskan bahwa Pendidikan adalah segala daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Orangtua bertanggung jawab terhadap pendidikan dan kesehatan anak-anak mereka.   Demikian pula orangtua, punya kewajiban untuk menjaga kesehatan mereka demi anak-anak.   Pendidikan dan kesehatan adalah hak semua warga negara.  

Persoalannya adalah sampai sejauh mana para orangtua mampu memenuhinya.  Coba kita baca berita di surat kabar atau menyaksikan di televisi, masih banyak anak-anak yang putus sekolah karena kekurangan biaya.  Data BPS menunjukkan dari jumlah angkatan kerja Indonesia pada 2012-2013, lebih dari 70 persen berlatar belakang pendidikan tidak sampai tamat SMA.  

Sedangkan laporan terbaru Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), Education at Glance 2015,) menyebutkan, persentase masyarakat suatu negara yang menyelesaikan pendidikan menengah, yaitu setara SMA, bervariasi pada berbagai negara.  Sistem pendidikan menengah sendiri dirancang untuk menyiapkan siswa dalam memasuki pendidikan tinggi. Kegagalan menyelesaikan pendidikan menengah ini dapat menyebabkan kesulitan tersendiri dalam mencari pekerjaan.

Merujuk pada laporan tersebut, 17 persen kelompok usia dewasa muda (25-34 tahun) tidak menyelesaikan pendidikan menengah mereka pada 2013.  Angka ini merupakan hasil perbandingan dengan 34 persen kelompok usia dewasa (55-64 tahun) di semua negara OECD. Laporan ini juga menggunakan data UNESCO Institute of Statistics (UIS) untuk menentukan tingkat penyelesaian pendidikan menengah di negara lain.

Hasil perhitungan menunjukkan, 64 persen dari masyarakat kelompok usia 25-34 tahun di China gagal menyelesaikan pendidikan menengah mereka. Indonesia berda di peringkat kedua dengan 60 persen putus sekolah.    Disusul Meksiko (54 persen), Turki (50 persen).   Bandingkan dengan Amerika Serikat yang tingkat putus sekolah menengah ‘hanya’10 persen, atau Korea Selatan yang (7 persen).

Bagaimana dengan anak-anak kita?

Kalau mengacu kembali kepada data BPS, Indonesia saat ini mengalami apa yang disebut dengan bonus demografi.  Artinya, jumlah usia produktif lebih besar dari jumlah non produktif (anak-anak dan orantua).   Usia produktif menanggung beban non produktif lebih kecil.   Bandingkan saja dengan Jepang, dimana mereka surplus jumah manula.  Rasipa antara anak muda jepang dengan orang tua adalah 1 : 1.74, artinya 1 orang anak muda Jepang, terdapat 1.74 orang tua. Di Jepang, mereka yang telah berumur lebih dari 65 tahun telah mencapai 23% dari populasi, dan satu-satunya negara di luar Eropa yang mendapat predikat “an aging nation” atau bangsa yang menua. Sehingga satu usia produktif harus menanggung lebih banyak mereka yang non produktif.  

Di negeri asalanya, fenomena sosial ini disebut “koureika shakai”,yaitu jumlah lapisan kaum lansia yang meningkat pesat dan masalah “shoushika”, yaitu tingkat kelahiran anak yang menurun. Jumlah kaum muda produktif juga semakin menurun.  Masalah ini diperkirakan akan membuat beban negara terhadap biaya kesehatan akan semakin meningkat.  Itulah sebabnya banyak orang Jepang yang menyadari pentingnya ikut dalam program asuransi kesehatan pribadi.

Demikian pula halnya di negara-negara maju, mereka sudah menyadari pentingnya asuransi pendidikan dan kesehatan bagi keluarga.  Bahkan binatang peliharaan mereka pun turut diasuransikan.  Di negeri ini, jangankan hewan peliharaan, diri sendiri pun tidak diasuransikan.    Sehingga perlu strategi jitu untuk mengembangkan pasar asuransi di Indonesia.   

Dalam masyarakat Indonesia modern, kesejahteraan diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

IPM diperkenalkan oleh United Nations Development Programme(UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report(HDR). IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar: (1) Umur panjang dan hidup sehat, (2) Pengetahuan, dan (3) Standar hidup layak. 

IPM merupakan indikator penting mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia.   IPM Indonesia mencapai 69,55 dari target asumsi makro APBN 2015 sebesar 69,4.,   Ada tiga dimensi yang membentuk IPM, yaitu dimensi kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Setiap dimensi, ada indikator masing-masing.

Dalam dimensi kesehatan, indikatornya adalah angka harapan hidup masyarakat. Angka harapan hidup saat lahir masyarakat Indonesia pada 2015 mencapai angka 70,78 tahun atau naik 0,19 persen dari dibanding pada 2014, yaitu 70,59 tahun. Selama periode 2010-2015, Indonesia berhasil meningkatkan angka harapan hidup saat lahir sebesar 0,97 tahun.

Dimensi pendidikan ditentukan indikator harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Pada 2015, harapan lama sekolah di Indonesia telah mencapai 12,55. Artinya, anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMA atau D-1.

Sedangkan rata-rata lama sekolah di Indonesia mencapai angka 7,84. Angka itu naik 0,11 dari angka pada 2014, yaitu 7,73.  Tumbuh 1,02 persen per tahun selama periode 2010-2015.

Laporan Indeks Pembangunan Manusia 2015 yang dikeluarkan Badan PBB Urusan Program Pembangunan (UNDP) baru-baru ini menyatakan Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami kemajuan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menempati peringkat ke 110 dari 187 negara, dengan nilai indeks 0,684. Jika dihitung dari sejak tahun 1980 hingga 2014, berarti IPM Indonesia mengalami kenaikan 44,3 persen.

Perencanaan yang Baik

Kesejahteraan itu bukan dicari, tetapi diciptakan.   Salah satunya adalah dengan perencanaan pendidikan dan kesehatan yang matang.    Ada kredo, gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan itu sendiri.    Atau berabad-abad lalu ahli strategi Cina bernama Sun Tzu mengajarkan bahwa kemenangan harus diawali dengan penyusunan rencana strategi yang matang.  Jangan sekali-kali bertindak gegabah atau ceroboh pada tahap yang paling mendasar ini.   Caranya adalah dengan menyiapkan asuransi pendidikan dan kesehatan sedini mungkin.   Semakin cepat semakin baik, as soon as possible.  

Banyak orangtua yang bekerja bantung tulang untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka.   Sekarang saja untuk biaya pendidikan dasar sudah cukup memberatkan.   Bagaimana bila nanti saat memasuki jenjang sekolah menengah atau universitas.   Fenomena ini bisa kita lihat di pengadaian setiap awal ajaran baru.   Penuh oleh mereka yang akan mengadaikan emas, peralatan elektronik, bahkan cincin kawin.   Ini dialami oleh rekan saya di kantor.

“Cincin kawin kamu dan isteri digadaikan toh, Mas?  Apa tidak sayang?   Cincin kawin kamu itu punya nilai historis tinggi lho.”

“Cincin mah bisa dibeli lagi, Kang.  Tapi kalau pendidikan anak itu bekal dia seumur hidup.”

Dulu waktu pacaran ke mantan pacar (alias isteri) ia bilang :  Everything I Do, I Do It For You.   Sekarang, Everything I Do, I Do It For My Children.

Jangan sampai biasa pendidikan anak membuat orangtua pusing tujuh keliling dan akhirnya melakukan perbuatan melanggar hukum.   Contohnya pada Februari 2016, seorang bapak  berinisial SU di Klaten nekat mencuri diesel rangkaian mesin perontok padi milik kelompok tani di wilayah Pakem.   Ia nekat mencuri dengan alasan untuk membiayai pendidikan sekolah anaknya yang menunggak pembayarannya.  

Contoh lain, Seorang ayah berinisial BS, warga Desa Bauran di Kabupaten Bantul, nekat mencuri burung untuk membayar uang sekolah anaknya. Namun, belum sampai membawa burung curiannya, sang pemilik dan warga memergoki aksinya, menangkap, dan menyerahkan ke pihak berwajib.

Anak adalah investasi terbesar kita di dunia dan akhirat.   Sehingga wajar mereka harus mendapatkan pendidikan serta pelayanan kesehatan yang terbaik melalui jalan terbaik.  Salah satunya memberikan perlindungan asuransi pendidikan dan asuransi kesehatan terbaik.

Jika kita sudah melakukannya, berarti hal itu sudah bagus.   Anda satu langkah di depan yang lain.  Sebaliknya, jika belum maka mulailah dari sekarang.  Sesal kemudian tak ada gunanya.   Hidup hanya sekali, buatlah berarti.   Ingat, harus ada perencanaan.   Tong mikir “kumaha engke”, tapi kudu mikir teh “engke kumaha?”(bahasa Sunda : jangan berpkir “bagaimana nanti”, tapi pikirkan “bagaimana nanti”).

Dalam epilog Rich Dad, Poor Dad karya Robert T. Kiyosaki (1997), dikemukan kalau anda membagikan pengetahuan ini dengan anak anda, maka anda menyiapkan mereka memasuki dunia yang menantikan mereka.  Orang lain tidak akan melakukannya.   Anda dan masa depan anak-anak anda akan ditentukan oleh pilihan yang anda buat sekarang, bukan besok.

Bukan apa-apa, banyak yang tidak melek finasial termasuk asuransi karena kurangnya informasi terkait hal ini.   Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, kelak anak akan belajar pula untuk berasuransi dari kebiasaan orangtuanya.    Kesadaran inilah yang perlu ditumbuhkan.   

Paling tidak ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tujuan perencanaan asurasi demi  mewujudkan kesejahteraan keluarga . Yakni, SMART: specific, measurable, achievable, realistic, dan time-frame.

Pertama, spesific. Artinya, kita harus dapat membayangkan tujuan kita secara detail.  Misalkan kita sudah punya perkiraan calon universitas mana yang ada dituju. 

Kedua, measurable (dapat diukur). Alat ukurnya adalah besaran uang. Berapa dana yang tersedia untuk dana asuransi.  Ingat, dana asuransi ini harus disisihkan, buka sisa dari pendapatan kita.   Kalau disisikan berarti kita sudah mengalokasi pendapatan untuk hal tersebut.   Sedangkan sisa berarti tergantung pengeluaran kita.  Kalau ada sisanya ya syukur, kalau tidak ya kita harus putar otak.  Untuk mengikuti program asuransi kita harus disiplin mengalokasi dana untuk membayar premi.  

Ketiga, achievable atau dapat kita capai. Agar tidak menjadi pungguk merindukan bulan, sebaiknya tujuan keuangan disesuaikan dengan kemampuan keuangan kita.

Keempat, realistic atau masuk akal, bukan khayalan yang tidak dapat diwujudkan. 

Kelima, time-frame. Artinya, kita harus memiliki jangka waktu yang jelas untuk mencapainya. Tetap waktu untuk kapan dana pendidikan tersebut.   Apakah saat ia masuk SMA atau saat masuk universitas.

                                                              

Memilih Asuransi Pendidikan dan Asuransi Kesehatan

Saat ini sudah begitu banyak perusahaan yang menawarkan asuransi pendidikan dan kesehatan.   Coba saja browsing di internet, ratusan link terkait akan muncul.   Namun pilihlah yang terpecaya dengan track record terbaik.   Salah satunya adalah AJB Bumiputera 1912 (selanjutnya AJB Bumiputera).   Dari namanya saja kita sudah tahu seberapa lama perusahaan ini berdiri.  Sudah melampaui satu abad.   Tak banyak perusahaan yang bisa bertahan selama itu.  

Bumiputera sudah dikenal oleh banyak masyarakat sejak dulu karena merupakan salah satu perusahaan asuransi tertua di Indonesia. Bumiputera sendiri banyak mengeluarkan produk asuransi yang membantu masyarakat. Dalam website AJB Bumiputera menyediakan banyak pilihan asuransi.   Khusus asuransi pendidikan tersedia  dua jenis asuransi pendidikan Bumiputera yang didesain khusus dengan manfaat berbeda yaitu Mitra Beasiswa Berencana dan Mitra Cerdas

Mitra Beasiswa Berencana.

Merupakan program asuransi berbasis tabungan dengan type asuransi jenis konvensional (tradisional), yang menjamin biaya pendidikan anak mulai Taman Kanak-Kanak, hingga Perguruan Tinggi, dengan nomilal dana yang sudah pasti dan diketahui sejak awal kontrak asuransi.

Melalui Mitra Beasiswa, manfaat yang Anda akan dapatkan meliputi:

  • Dana Kelangsungan Belajar (DKB) yang dibayarkan secara bertahap, sesuai dengan tingkat usia anak, baik Tertanggung hidup atau meninggal dunia.
  • Dana Beasiswa anak, dibayarkan pada saat periode asuransi berakhir, baik tertanggung masih hidup atau meninggal dunia.
  • Santunan meninggal dunia sebesar 100% dari uang pertanggungan.
  • Bebas premi bagi polis jika Tertanggung meninggal dunia.
  • Pengembalian simpanan premi bagi polis saat Tertanggung meninggal dunia jia premi dibayarkan secara penuh setelah jumlah premi diperhitungkan.
  • Hak untuk mendapatkan Reversionary Bonus, jika Tertanggung meninggal dunia, penebusan polis, atau habis kontrak.

Mitra Cerdas

Sedangkan produk asuransi yang kedua adalah Mitra Cerdas.   Merupakan program asuransi dalam mata uang Rupiah yang menyediakan biaya pendidikan yang terkait dengan investasi. Sehingga, dana yang dirancang untuk biaya pendidikan akan meningkat sejalan dengan hasil investasi.

Menabung untuk pendidikan masa depan anak merupakan gagasan yang bijaksana, tetapi biaya pendidikan dapat naik lebih cepat dari tabungan yang kita simpan, dan menimbulkan masalah nyata ketika hanya dapat memenuhi sebagian kecil saja kebutuhan pendidikan anak.

Mitra Cerdas dirancang secara khusus untuk mengembangkan dana yang dialokasikan untuk pendidikan anak. Berbeda dengan asuransi pendidikan pada umumnya yang hanya menawarkan perlindungan dan tabungan, program ini memberikan Anda kesempatan untuk mendapatkan hasil investasi yang kompetitif dari premi asuransi yang kita bayar.

Mitra Cerdas adalah program dengan beragam manfaat yang menawarkan keuntungan-keuntungan, seperti:

  • Dana Kelangsungan Belajar (DKB) yang dibayarkan secara bertahap sesuai dengan tingkat usia anak-anak, baik Tertanggung hidup atau meninggal dunia.
  • Jaminan perolehan hasil investasi sebesar 4,5% per tahun dari akumulasi premi tabungan.
  • Tambahan hasil investasi jika dana investasi yang diperoleh AJB Bumiputera 1912 melebihi hasil investasi yang dijamin pada poin 2.
  • Santunan kematian 100% dari Uang Pertanggungan.
  • Bebas premi bagi polis untuk Tertanggung yang meninggal dunia.
  • Pengembangan investasi sebagaimana dinyatakan pada butir 2 dan 3 untuk Dana Kelangsungan Belajar (DKB), yang tidak dapat diambil pada saat jatuh tempo.
  • Jika Pemegang Polis menghendaki, setelah Tertanggung meninggal dunia, polis dapat diakhiri dengan penarikan Dana Kelangsungan Belajar (DKB) sekaligus, tanpa mengurangi hak-hak lain yang diuraikan sebelumnya pada butir 2, 3 dan 4.

Persyaratan: berusia minimum 21 tahun dan maksimum saat mulai asuransi ditambah dengan masa asuransi tidak lebih dari 65 tahun, maka kita berhak menjadi Tertanggung. Masa asuransi minimum 3 tahun dan maksimum 17 tahun.

Mitra Sehat

Sedangkan untuk mewujudkan perlindungan kesehatan bagi keluraga, AJB Bumiputera menyediakan produk Mitra Sehat.  Produk ini merupakan sebuah program kesehatan yang memberikan jaminan berupa biaya pengobatan dan juga biaya perawatan rumah sakit bagi pemegang polis dan juga keluarganya.   Asuransi kesehatan ini banyak dipilih oleh masyarakat yang menyadari pentingnya menjaga dan melindungi kesehatan keluarga dari resiko berbagai penyakit guna investasi masa depan

Dengan membayar premi Asuransi Kesehatan AJB Bumiputera, Anda bisa mendapatkan berbagai macam manfaat seperti:

  • Jaminan biaya rawat inap di rumah sakit
  • Santunan meninggal dunia yang diambil dari biaya pertanggungan sebesar 100%
  • Mendapatkan hasil investasi dari seluruh akumulasi dana simpanan premi
  • Mendapatkan tambahan hasil investasi
  • Biaya pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita pun juga akan mendapatkan jaminan biaya pertanggungan sesuai dengan aturan yang diberlakukan oleh bumiputera.

Mitra Amanah

Tersedia pula Mitra Amanah dengan mendaftar sebagai nasabah Asuransi Kesehatan Bumiputera Syariah yang menggunakan sistem gotong royong dan pengelolaannya didasarkan pada syariat agama. Produk ini merupakan solusi perlindungan kesehatan pemegang polis sebagai pencari nafkah dan juga kesehatan keluarga.

Pentingnya Asuransi (sumber : http://fjb.m.kaskus.co.id/)
Pentingnya Asuransi (sumber : http://fjb.m.kaskus.co.id/)
Sudah tahu asuransi pendidikan dan kesehatan itu sangat penting kok masih santai-santai saja sih? 

Minat masyarakat untuk memanfaatkan produk-produk asuransi di Indonesia memang masih minim, hal itu tercermin dari indeks penggunaan produk dan jasa asuransi, yaitu hanya 11,81 persen.    Begitu pula dengan indeks literasi keuangan dan indeks penggunaan produk dan jasa perasuransian.  Masyarakat Indonesia yang melek terhadap asuransi hanya 17,84 persen atau dari 100 orang hanya ada 17 yang memahami asuransi.    Dari data-data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tersebut memang jelas menunjukkan bahwa penetrasi asuransi masih rendah. 

Masih banyak yang menganggap asuransi adalah barang mewah (tersier), padahal AJB Bumiputera memiliki produk asuransi yang bisa disesuaikan dengan kemampuan finansial kita.   Kabar baiknya, kesadaran masyarakat  akan pentingnya asuransi pendidikan dan kesehatan setiap tahunnya.  Berdasarkan data, perasuransian di Indonesia tiap tahunnya naik lebih dari 15 persen per tahun.

Meski demikian, angka rasio antara premi bruto asuransi dibandingkan dengan produk domestik bruto hanya 2,16 persen. Rasio ini memang masih dikatakan sangat kecil bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang rata-rata sudah di atas 5,5 persen.

Ingat bahwa mencegah lebih baik, dari mengobati.   Lebih baik kita dan keluarga sedini mungkin ikut program asuransi kesehatan sebelum salah satu keluarga terdiagnosa penyakit sehinggga biaya perawatan dan juga pengobatan akan lebih murah dan tabungan investasi pun meningkat.  Pelajari dengan seksama produk-produk asuransi AJB Bumiputera yang cocok untuk mewujudkan rencana keluarga.

Atau kalau mau lebih rinci lagi, minta petugas AJB Bumipitera untuk mengilustrasikan serta menjelaskan program dan manfaat asuransi tersebut.   Nanti akan ketahuan berapa besar premi asuransi yang harus dibayar dan sesuaikan kemampuan finansial kita.  

Hidup banyak pilihan, kita yang menentukan masa depan.   Mau dibawa kemana keluarga kita dan masa depan anak-anak Anda?   Mengutip John C. Maxwell dalam Make Today Count (2008), bahwa keputusan yang baik hari ini akan memberikan hari esok yang lebih baik.

My Twitter

My Facebook

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun