Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bonus Demografi, Bukan Bonus

21 September 2016   22:22 Diperbarui: 28 Oktober 2016   17:53 2318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : fmeindonesia.org

Bonus demografi bukan hasil instan tapi merupakan investasi jangka panjang dari rencana kependudukan yang bakal berdampak positif berupa peningkatan ekonomi masyarakat jika dikelola secara benar.    Sebaliknya jika tidak diatur dan diawasi sejak dini, maka akan menjadi petaka bagi bangsa ini.

Semestinya kita waspada dengan berjalannya bonus demographic karena bertentangan dengan teori yang disampaikan oleh Maltus.   Ahli ekonomi ini berpendapat bahwa bertambahnya populasi penduduk justru akan menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi masayarkat yang lebih dulu ada.   Thomas Hobbes juga pernah berkata: “Human society is short and brutish……the condition of man is a condition of war of everyone against everyone”. 

Mulai benahi dari sekarang,   bonus demografi masih berjalan dan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan.     Jika pemuda tidak diarahkan sejak dini maka kita tidak mendapat bonus tersebut.   Bonus itu didapat oleh remaja-remaja sehat dan berpendidikan saat ini.

Perlu segera ada antisipasi yang konkret untuk mengendalikan bonus demografi tersebut.    Perlu strategi untuk mengatasi kendala-kendala yang ada dengan meningkatkan kualitas sdm yang ada.   Perlu langkah-langkah konkrit untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan, meciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  

Ingat, Amat Victoria Curam, bahwa kemenangan butuh perencanaan.  Tanpa perencanaan maka momentum bonus demografi akan menjadi sia-sia.  Maunya untung malah buntung.

Facebook 

Twitter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun