Jadi benar apa yang dikatakan penulis Laskar pelangi, Andrea Hirata yang dikutip dalam Bahasa Inggris. Happiness actually found in simple things such as taking my nephew around the island by bicycle or seeing the star at night. Luar biasa…..
Ada baiknya kita flash back ke masa-masa awal penemuan sepeda. Penemu sepeda pertama kali adalah seorang berkebangsaan Jerman bernama Baron Karls Drais von Sauerbronn (susah bener namanya ya, guys…..) pada tahun 1818. Baron Karls bekerja sebagai pengawas hutan Baden dan menciptakan alat transportasi roda dua untuk memudahkan mobilisasi di dalam hutan. Eits, tapi jangan dibayangkan modelnya seperti sepeda jaman sekarang. Sepeda ciptaan Baron Karls ini masih mendua antara bentuk sepeda dengan kuda. Dibilang kuda bukan, dibilang sepeda juga bukan. Oleh masyarakat setempat dinamakan sebagai dandy horse.
[caption caption="Dansy Horse (sumber : id.wikipedia)"]
Bentuk dandy horse disempurnakan oleh orang Prancis bernama Ernerst Michaux (1855) denan membuat pemberat engkol sehingga laju sepeda lebih stabil. Lalu Pierre Lallement (1865) menciptakan lingkaran besi untuk memperkuat ban sepeda (sekarang dikenal sebagai pelek). Tapi jangan salah, karena belum ditemuka teknologi supensi macam per dan lain-lain, pengguna sepeda Lallement ini serang sakit pinggang ketika mengendarai. Habis naik sepeda bukannya bugar malah pinggang keseleo dan harus ke tukang urut. Tak aneh jika sepeda Lallement dijuluki boneshaker (penggoyang tulang) dan terlarang buat wanita hamil untuk mengendarainya (don’t try this at home because dangerous, jabang bayi bisa brojol duluan, xixixi…)
Awal tahun 1880 nge-hits sepeda berbentuk roda tiga sehingga lebih tepat disebut sebagai tricycle dibandingkanbicycle. Nah sepeda baru menemukan momentumnya pada tahun 1888 setelah John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Sepada menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
Awal popularitas sepeda di Indonesia adalah pada masa kolonial Belanda namun masih terbatas dimiliki oleh para penguasa dan bangsawan. Rakyat jelata hanya bisa melongo dan memandangi saja dari kejauhan (kasihan ya….). Pada tahun 1950-an dan 1960-an sepeda mulai bergeser bukan menjadi kendaraan mewah lagi setelah masuknya motor dan mobil. Sepeda justru mulai banyak digunakan kaum rakyat jelata. Maka tak aneh kalau kaum jelata lebih sehat, wong setiap hari berolah raga dengan bersepeda.
Bersepeda ternyata membakar kalori lebih banyak dibandingkan olahraga lainnya. Orang dengan berat tubuh 80 kg (seperti saya) bisa membakar lebih 500 kalori setalah melakukan satu jam bersepeda dengan kecepatan moderat.
Nah, pasti Kompasianer pade bertanya : “berapa sih kecepatan moderat itu?”
Kecepatan moderat sekitar 16 km/jam. Kecepatan tinggi lebih dari 16 km/jam. Kecepatan rekreasi seperti melihat wainta-wanita cantik yang lagi olahraga kecepatan sepeda cukup sekitar 8 km/jam. Kalau terlalu cepat ya tidak sempat melihat dong……
Saya dan isteri niat mencari sepeda yang cocok. Ada yang cocok, tetapi harganya tak cocok, he…he…. Nah akhirnya dapat sepeda yang cocok dan harga juga cocok. Sepeda merek apa coba? Yap, tepat sekali merk-nya Wimcycle. Coba deh kompasianer jalan-jalan ke toko sepeda atau mall-mall besar, selalu ada sepeda Wimcycle. Tapi jangan cari di toko besi atau toko pakaian, pasti tidak ada…..
[caption caption="Salah satu contoh sepeda anak di website Wimcycle (sumber : wimcycle.com)"]