Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Revolusi Mental Bermula dari Keluarga

3 September 2015   21:59 Diperbarui: 3 September 2015   21:59 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak heran jika pada tahun 1960-an berbagai program berlatar belakang pentingnya akan sebagai investasi, berkembang di berbagai negara bagian Amerika Serikat.    Program yang dikenal antara lain Head Start dan Follow Through, adalah program kesejahteraan anak berdasarkan anak sebagai investrasi.   Umumnya program-program tersebut berpandangan bahwa, investasi yang paling berharga bagi negara adalah anak-anak.   Kalau dalam bahasa Sunda, kudu jadi gunung panangggeuhan (harus menjadi andalan rakyat).

Di Kanada pun dikembangkan berbagai istilah pendidikan karakter untuk menggembleng mental generasi muda mereka.    Ada pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan kewarganegaraan (civic education), pembelajaran sosio-emosional, pendidikan warga negara (citizen education), dan pengembangan positif generasi muda. 

Namun untuk membentuk tingkah laku positif anak dalam revolusi mental tidak hanya sesat tetapi butuh jangka waktu panjang.    Orangtua perlu memberikan contoh keteladanan misalkan berkata jujur, sikap dermawan, suka menolong orang lain.  Anak akan merekam peristiwa ini dalam memori otaknya.   

Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (1974)  ada empat jalan yang dapat dilakukan.   Pertama, dengan memberi contoh yang baik.  Kedua, dengan memberi perangsang-perangsang yang cocok.  Ketiga, dengan persuasi dan penerangan.   Terakhir, dengan pembinaan dan pengasuhan suatu generasi yang baru untuk masa yang akan datang sejak kecil dalam kalangan keluarga. 

Selain itu keteladanan yang baik itu senantiasa diulang secara terus menerus sehingga menjadi suatu pembiasaan.  Kata pepatah, bisa karena biasa.   Terakhir, jika anak melakukan perbuatan terpuji (baik) beri penghargaan atas hal tersebut.   Hadiah tidak harus dalam bentuk barang, bisa dengan mengelus kepalanya dengan lembut sambil memuji perbuatannya atau membelikan makanan kesukaannya.     Bagaimana anak-anak diperlakukan, begitulah mereka meghargai diri sendiri.

Delapan fungsi ini saling bersinergi dan saling melengkapi.   Seperti mesin, bila salah satu dari fungsi ini tidak berjalan baik maka mesin tidak akan berjalan dengan baik.    Maka revolusi mental yang diharapkan pun akan gagal.  

Apalagi pada masa pekembangan emas seorang anak (golden age) dimulai saat masih janin (dalam kandungan) hingga 5 tahun.  Bahwa dalam daur hidup manusia, periode anak di bawah lima tahun (balita) merupakan periode paling kritis dalam menentukan kualitas hidupnya di masa yang akan datang.   Hasil penelitian menunjukkan sekitar 50 persen variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun.   Peningkatan 30 persen berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20 persen sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.   

John Grey PhD dalam bukunya Children Are From Heaven (1999), anak-anak berasal dari surga dan bahwa anak-anak mempunyai tujuan potensial mereka masing-masing, masa depan mereka benar-benar ada di tangan kita (orangtua).  Bagaimana kita merawat dan mengurusi mereka sangat mempengaruhi kemampuan mereka untuk mewujudkan sepenuhnya semua potensi mereka.

Otak mereka bagai spons yang cepat menyerap pelajaran dan pengalaman.    Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.   Jangan sia-sia kesempatan ini.  Kebanyakan anak yang bermasalah berasal dari keluarga broken home atau kurang kasih sayang.  

Dalam Islam ada pula tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anak-anak mereka.   Dalam surah at-Tahrim: 6, “Hai orang-orang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”  Didiklah anak-anak kita karena kelak orangtua akan ditanya tentang pendidikan dan pengajaran apa yang telah kamu keberikan kepada anak-anak. Jadi teringat lirik lagu Hura Hura yang dinyanyikan Chrisye.  Anak dimanja dengan uang, hingga terlupakan kasih sayang, dan seterusnya..... Reff : dalam hura-hura, hatinya duka, yang didambakannya, kasih orangtua.  

Peran dan kasih sayang orangtua ini tidak dapat digantikan oleh pengasuh anak, pembantu, atau orang lain.   Orangtua menjadi role model bagi anak-anak mereka.   Ayah akan menjadi role model bagi anak lelaki yang kelak jika dewasa akan memiliki sikap seperti dirinya.   Demikian untuk anak perempuan, akan menjadi ibu mereka sebagai role model.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun