Selalu saja ada cerita menarik yang mengalir sepanjang perjalanan. Dalam perjalanan tersebut, terkuaklah kisah masa remaja Pak Kosmas. Ia menceritakannya sendiri. Kisah-kisah masa remaja tersebut membuat kami penasaran dan mengundang tawa.
Ternyata, Pak Kosmas, meskipun berdarah Manggarai, lahir dan besar di Bajawa. Bajawa bukan hanya menjadi tempat tinggalnya, melainkan juga menjadi bagian dari hidup dan kehidupannya. Tidak heran jika ia memiliki hubungan yang akrab dan dekat dengan orang-orang Bajawa. Alasannya dapat terlihat dari kisahnya.
Ia mulai menceritakan kisah hidupnya. Ia bukanlah anak yang patuh dan disiplin. Ia bahkan sering pindah-pindah sekolah dan seringkali bolos, serta menjadi seorang kernet oto (sebutan mobil/bus kayu  untuk orang Flores).
Pak Kosmas berkisah tentang suka duka menjadi seorang konjak (menjadi kernet oto). Kadang-kadang ia sering dimarahi, dibentak, dan dicaci oleh sopirnya. Mendengar cerita Pak Kosmas, saya kontan membayangkan situasi hubungan sopir dan konjak yang umum terjadi di Flores.
Namun, tekad Pak Kosmas tetap teguh, bahwa dia akan bersabar selama dia dapat membawa mobil. Baginya, menjadi seorang konjak adalah kesempatan atau peluang. Kapan lagi dia bisa mengendarai mobil jika bukan karena kebaikan sopir?
Hubungan antara Pak Kosmas dan Om Kanis Mite, sopirnya, tidak berakhir ketika Pak Kosmas sudah meninggalkan status sebagai konjak. Hubungan mereka tetap kuat sampai saat ini.
Pada awalnya, saya tidak langsung percaya dengan cerita Pak Kosmas. Untungnya, saya sering mendengar nama Om Kanis Mite dan melalui kerabat saya, saya mendapatkan nomor hp-nya. Saya pun langsung menghubungi Om Kanis Mite untuk melakukan konfirmasi.
Ternyata, cerita Pak Kosmas benar adanya. Beberapa tahun yang lalu, ketika beliau menjadi penjabat bupati Nagekeo, tak terduga Kanis Mite bertemu dengannya di kantor bupati. Seperti biasa, Kanis Mite dengan gaya khasnya menyapa Pak Kosmas dengan sapaan khas ketika Pak Kosmas masih menjadi konjak paruh waktu. Sapaan tersebut sempat membuat Ibu Ari Ondok, istri Pak Kosmas, terkejut.
Pak Kosmas pun menceritakan awal mula kisah menjadi konjak dan mengenal sosok om Kanis Mite, hingga akhirnya Ibu Ari mengerti.
Dari segelintir kisah kecil Pak Kosmas dan setiap pertemuan dengannya, tergambarlah potret dirinya sebagai pribadi yang tidak pernah melupakan identitas dan habitus (kebiasaanya) saat karir dan statusnya berubah. Kosmas tetaplah Kosmas. Bertegur sapa dengan siapapun dan apapun kedudukannya.
Selamat merayakan ulang tahun, Bapak Kosmas D. Lana. Semoga panjang umur dan senantiasa diberkati oleh Tuhan yang maha kuasa. Â (*)