Sepakbola dan politik memang dua hal yang berbeda. Tapi tak ada salahnya kita belajar dari sana. Sebuah tim tak menuai kemenangan jika kepemimpinan di lapangan hijau tak tepat. Kalah atau menang itu adalah hasil akhir. Jiwa yang ksatria memenangkan bathin kita bahwa kekalahan bukan akhir dari segala-galanya dan menyisihkan harapan akan adanya hari esok.Â
Laga Barcelona tanpa Messi ibarat pepatah "makan bagaikan sayur tanpa garam". Hambar. Makanan tak terasa lezat.
Kelezatan sepakbola Barcelona adalah menu tiki-takanya. Sajian utama Barcelona dimana mereka berlaga dan dengan siapapun lawannya.
Tiki-taka tak hanya mengangkat Barcelona sebagai raja sepakbola beberapa dekade ini, sekaligus menaikan kasta sepakbola sebagai cabang seni.
Semula orang berpendapat bahwa sepakbola adalah olahraga semata. Mengutamakan fisik, kecepatan dan goal. Barcelona sebaliknya, mewujudkan sepakbola adalah seni. Seni mengolah si kulit bundar. Seni meracik strategi berperang ala lapangan hijau. Dan, seni menciptakan kemenangan yang menjadi tujuannya.
Bila sepakbola sebagai sebuah seni, maka sepakbola itu harus mempertontonkan keindahan. Barcelona melakukan itu. Menonton Barcelona berlaga seperti kita sedang menonton Play Station di layar PC atau TV. Bola berpindah dari kaki ke kaki dengan cepat. Tendangan para pemain terukur. Bola melengket di kaki pemain serasa di punggung kaki tertanam magnit.
Penonton tak hanya disuguhkan dengan sebuah kemenangan melainkan proses atau seluruh rangkaian permainan itu. Pertandingan semalam, Barcelona versus Liverpool (Rabu, 02/05/2019), mempertontonkan kedigdayaan Barcelona. Memang tak seluruh proses itu mengalir indah, tapi tiga gol yang dilesakkan ke gawang Liverpool melalui proses yang sangat indah.
Sepakbola memang penuh rivalitas. Ejek-ejekan. Di sisi lain, sepakbola adalah kegembiraan. Kegembiraan bila sepakbola itu memberikan pesona keindahan dan memiliki daya  entertain.
Sebuah hiburan berakhir tanpa chaos. Para penonton terpuaskan. Apapun hasil pertandingan yang diraih timnya. Asalkan keseluruhan jalannya pertandingan itu benar-benar fair dan menghibur.
Messi sepanjang kariernya di dunia sepak bola telah mempertontonkan diri sebagai seniman sepakbola. Lebih dari sekedar pesepakbola. Lihatlah cara ia men-dribble bola. Pandanglah saat dia menendang si kulit bundar. Perhatikan gerak tubuhnya saat menggiring bola. Kaki, tangan, tubuhnya dan bola bergerak seirama. Kepiawaiannya membangkitkan rasa takjub pada orang-orang yang menyaksikannya -- kecuali musuh-musuhnya.
Kemenangan Barcelona semalam meninggalkan dua pesan. Pertama, pesan itu datang dari seorang Messi. Pesan itu tentang kepemiminan. Kita memang tak mengabaikan Ter Stegen yang berjibaku di bawah gawang. Tiga atau lebih upayanya yang menyelamatkan gawang Barcelona dari gempuran Salah dan kawan-kawan.