Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Selain Tuntutan Milenial, Ini 5 Alasan Esports Layak Dipertimbangkan Masuk Sekolah

3 Februari 2019   18:18 Diperbarui: 4 Februari 2019   12:37 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Asian Games 2018, esports "dilombakan" meskipun tak masuk jenis perlombaan resmi. Dengan kata lain, esports hanya diuji coba saja. Semula jawara esports Asian Games 2018 seperti "dianaktirikan" pemerintah hingga akhirnya mereka mendapat penghargaan dari Presiden Joko Widodo.

Ternyata, perhatian pemerintah berlanjut. Kementerian Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi mewacanakan untuk menggiatkan esports. Langkah konkretnya, ia merencanakan untuk memasukan esports dalam kurikulum sekolah sebagai pengetahuan formal tingkat sekolah menengah. Tak hanya itu, pemerintah bahkan mempersiapkan dana sekitar Rp 50 miliar untuk menstimulus perlombaan esports di tingkat SMA.

Sebelum penulis membahas lebih jauh, kita perlu pahami apa itu esports? Menurut media esportsnesia (03/02/2019), esports merupakan permainan video game yang bersifat kompetitif. Olahraga ini menggunakan game sebagai bidang kompetitif utama yang dimainkan oleh para profesional. Meskipun permainan video game ini bersifat kompetitif, pada dasarnya, esports adalah tingkatan yang lebih tinggi atau berskala besar.

Lalu, apa bedanya esports dan game? Olahraga elektronik (esports) memang berawal dari dunia gaming tetapi keduanya tidak bisa disamakan.

"Main game itu rekreasi, esports itu profesi. Ini satu perbedaan," jelas Dedy Irvan, pengamat gaming dan esports, seperti dilansir Kompas.com (25/05/2018).

"Esports itu sebenarnya game yang dipakai buat profesi, kerjanya itu game, istirahatnya itu tidak main game," lanjutnya.

Merujuk pada definisi di atas, maka disimpulkan bahwa esports itu pada dasarnya adalah game itu sendiri. Yang membedakannya adalah esports berhubungan erat dengan profesionalisme sedangkan game sekadar mengisi waktu senggang atau hiburan belaka.

Dalam berbagai referensi yang dibaca, sesungguhnya esports memiliki beberapa keunggulan. Pertama, esports merupakan permainan yang menyenangkan. Mengapa disebut menyenangkan? Karena esports itu sendiri ada game atau permainan elektronik. Untuk mengikuti esports, orang menyiapkan segala sesuatu layaknya olahraga yang riil seperti sepak bola dan basket.

Kedua, kaum penyandang disabalitas dapat berpartisipasi dalam esports karena banyak opsi permainan seperti Fortnite, PUBG, dan H1Z1.

Ketiga, esports memungkinkan anak-anak yang sebelumnya pasif menjadi aktif untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Karena esports dapat membangun kerjasama tim, strategi, dan memberikan hiburan bagi orang lain.

Penelitian mengungkapkan 72 persen dari semua remaja baik pria maupun wanita memainkan video game. Kebiasaan ini adalah modal mereka untuk menjadi pemain yang professional karena esports dapat menjadi pilihan pekerjaan yang pantas bagi mereka yang memberikan cukup waktu dan usaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun