Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Air Mata Baun, Jantung dan Paru-paru Masa Lampau yang Terjaga Hingga Kini

20 Juni 2018   09:50 Diperbarui: 20 Juni 2018   10:02 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Semau tak masuk dalam daftar 'tapaleuk' (jalan-jalan) mengisi waktu liburan lebaran. Kok bisa kami nyasar ke sana? Tentang ini saya mengabadikanya dalam dalam catatan 'tapaleuk' terdahulu (Baca: Kala Aku Jatuh Cinta dengan Sang Bidadari dari Pulau Semau).

Sayangnya, kami hanya melewatkan waktu terlalu singkat di Pulau Semau sehingga tak semua spot wisata dikunjungi. Padahal menurut cerita sahabat perjalanan saya, Bruno, sekitar 4-5 pantai eksotik yang dapat menyihir wisatawan. Toh, kami harus balik ke Kupang meskipun melewati lorong malam nan pekat serta ruas jalan yang tak bersahabat. (Baca: Terobos Lorong Malam, Sisir Selatan dan Barat Pulau Semau hingga Terjang Gelombang Teluk Kupang).

Hutan pinus Ikan Foti, Baun, Kabupaten Kupang, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Hutan pinus Ikan Foti, Baun, Kabupaten Kupang, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Pertualangan di Pulau Semau sangat melelahkan. Namun, hal itu tak menyurutkan niat kami untuk 'berkelana' spot wisata lain yang ada di Tanah Timor ini. Maka keesokan harinya, kami merealisasikan rencana kami. Bergerak ke selatan Pulau Timor. Tepatnya Baun.

Baun bukan nama yang asing. Baun memiliki sejarah masa tempo doeloe. Di sinilah, istana raja Amarasi berdiri. Singgasana raja dibangun. Istiana tersebut masih terpelihara. Kita dapat menjumpainya di tengah 'kota' Baun.

Selain istana raja Amarasi, Baun dikenal sebagai salah satu wisata kuliner yang sangat terkenal. Di sini cikal-bakal kuliner yang sangat terkenal seantero Nusantara. Ya, Se'i Baun! Daging babi yang diasapkan. Sang pemilik adalah om Ba'i, orang-orang mengenalnya. Selain pemilik, ia adalah satu-satunya yang mengantongi resep rahasia Se'i Baun yang sangat terkenal itu.

Berpose di salah satu bukit sabana di Kawasan Hutan Ikan Foti (Foto: Dok. Pribadi)
Berpose di salah satu bukit sabana di Kawasan Hutan Ikan Foti (Foto: Dok. Pribadi)
Waktu tempuh Kupang-Baun sekitar satu setengah jam dengan kecepatan normal. Baun dapat ditempuh melalui dua rute alternatif. Melalui Belo dan Taebenu. Dua rute ini akan bertemu di Bismarak. Sebelum Baun ada spot yang sangat menarik, menurut saya. Tempat ini juga sangat terkenal. Menceritakan tempat ini sangat menyeramkan. Menurut catatan geologis, tanah di kawasan ini sangat labil. Senantiasa bergerak. Ruas jalan di selalu rusak.

Meskipun ada sisi yang menyeramkan, Ikan Foti -- demikian orang menamai tempat ini, memiliki sisi keindahan. Terutama hutan pinus dan padang sabananya. Pohon-pohon pinus berjejer rapih di sisi jalan. Memicu hasrat saya dan kawan-kawan - Bruno, Ocha dan Yonas. berhenti untuk mengabadikannya. Kami memarkir motor di tikungan. Lalu kami satu per satu foto dengan latar pohon pinus.

Sepintas hasil jepretan tampak seperti di sebuah negara Eropa pada musim salju. Tentu dengan syarat mengabaikan tanah yang kita pijak. He he he he. Akan tampak seperti salju menutup dedaunan pinus. Namun itu bukan salju melainkan debu yang menempel. Jadikan pinus-pinus itu memiliki pesona tersendiri.

Bersantai di kawasan hutan sabana dan pinus Ikan Foti, Kabupaten Kupang, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Bersantai di kawasan hutan sabana dan pinus Ikan Foti, Kabupaten Kupang, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Seorang pekerja proyek menawarkan spot lain yang tak jauh dari tempat itu. Masih di kawasan Ikan Foti.

"Di tikungan depan ada pemandangan yang lebih bagus. Banyak orang yang sering foto di situ." Katanya.

Kami tak menyia-nyiakan informasi buruh ini. Kami bergerak ke tempat yang direkomendasikan.  Sebuah bukit atau gundukan tanah besar. Ditumbuhi rerumputan khas Timor. Di sela-sela padang sabana,  beberapa pohon kasuari berdiri dengan jarak tak teratur. Namun demikian, komposisi rumput dan pohon kasuari memberikan pesona istimewa. Rerumputan di bukit tersebut sudah kering karena karena musim kemarau, tapi tempat ini tetap memendam pesona bagi wisatawan. Paling tidak, tempat ini menjadi salah satu spot fotografi.

Dari Ikan Foti, Baun tak jauh lagi. Membutuhkan waktu 15 menit. Perjalanan pun dilanjutkan. Setiba di jantung Baun -- perempatan dekat Puskesmas Baun dan Pasar Baun, Bruno menerobos ke arah hutan tropis yang lebat. Segala jenis tumbuhan Anda bisa jumpai di sini. Saya sempat bertanya.

Bruno melakukan live event yang disaksikan oleh Ocha dan Yonas (Foto: Dok. Pribadi)
Bruno melakukan live event yang disaksikan oleh Ocha dan Yonas (Foto: Dok. Pribadi)
"Ame, kita kemana  nih?"

"Santai, sa."

"Tak jadi ke Rumah Makan Se'i nih?"

Ia belum sempat menjawab, mata saya tertuju pada sebuah papan nama yang bertuliskan "Air Baun".

"Kita ke Air Baun."

Jalan ke tempat ini cukup terjalan. Ruas jalan tak beraspal. Butuh kehati-hatian. Kami memarkir kendaraan 50 meter dari sumber mata air. Kami berjalan kaki. Menuruni jalan setapak  menuju kolam Baun.

Kelapa unik di mata air Baun, Kabupaten Kupang, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Kelapa unik di mata air Baun, Kabupaten Kupang, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Sepasang suami-istri sedang mandi di pancuran yang berada di gedung pemompa air. Tak peduli dengan keberadaan mereka, kami terus melangkah ke pancuran lainnya yang letaknya dekat kolam yang tak berisi air lagi. Ternyata, ada juga pengunjung lain, sekitar 4-5 orang. Saat kami turun tangga alam, mereka bergerak pulang.

(Foto: Dok. Pribadi)
(Foto: Dok. Pribadi)
Terdapat 2 buah pancuran yang terbuat dari pipa besar. Sepintas dari arah belakang, pipa-pipa ini seperti moncong meriam. Air sangat bening. Sejuk. Tiada berhenti mengalir. Saya membasuh muka dengan air yang keluar dari pancuran pipa. Yonas, Ocha dan Bruno menyusul dan melakukan hal yang sama.

Tak kalah menariknya, ada sesuatu yang unik di tempat ini, yakni sebuah pohon kelapa yang tumbuh membentuk huruf L. Tumbuh secara horisontal sepanjang 4-5 meter, lalu tumbuh secara vertikal. Di batang kelapa tersebut tertempel pesan peringatan bagi penjunjung, "HANYA MONYET YANG BUANG SAMPAH DI SINI -- BETA NTT."

(Foto: Dok. Pribadi)
(Foto: Dok. Pribadi)
Air Baun, pilihan lain yang menarik bagi wisatawan yang berkunjung Baun. Ketika motor yang saya tumpangi menuruni jalan terjal ke sumber mata air, saya membathin, "Ternyata, Baun tak hanya miliki Se'i. Masih banyak pesona lain yang memanjakan mata petualang."

Air Baun adalah mata air kehidupan. Kehidupan orang Baun. Tak hanya mata air. Di tempat yang sama pula adalah jantung kehidupan orang Baun. Di sinilah, paru-paru Baun. Hutan tropis tumbuh lebat, bebas dan liar tanpa terusik tangan jahil manusia. ***

Baun, 14 Juni 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun