Dari pantai ini, kami melanjutkan perjalanan ke Puskemas Uitao. Menjumpai sahabat seperjuangan Bruno yang berkarya di sana. Enu Henny sudah menunggu kami di teras rumah. Menyambut kami dengan sebuah senyum ramah. Kami berisitirahat sejenak. Mengisi lambung yang mulai terkuras.
Meskipun waktu terus berangsur senja, kami bergegas ke spot wisata unggulan Semau. Kami berpamitan dengan Enu Heny dan temannya. Kami berjanji bila kami memiliki cukup waktu, kami akan mampir minum kopi sore (kopi mane, dalam bahasa Manggarai) sebelum kembali ke Kota Karang.
Sejak di atas kapal motor, Bruno berjanji akan mengantar saya ke Gunung Liman yang terletak di Semau Selatan. Rasa penasaran membuncah. Membayangkan ketinggian gunung. Seperti apa panorama alam sekitarnya. Menurut Bruno, jarak Uitao ke Gunung Liman dekat sa. Wah, bagi kami orang Kupang jika bilang dekat sa itu berarti patut dicurigai. Biasa terbalik dengan apa yang diucapkannya. He he he ....Â
Bruno percaya diri mengemudi tunggangan besi. Melewati jalan yang sepi. Sementara saya semakin ragu dalam bertanya dalam hati, "Akankah kami sampai tujuan, Gunung Liman?" Tak ada penunjuk jalan memaksa kami harus bertanya kepada beberapa orang yang kami jumpai di jalan.
Setelah melewati jalan yang tak semulus jalan di Kota Kupang, akhirnya, kami tiba di bibir pantai yang eksotik. Pasir berwarna putih bersih. Lautnya biru bersih. Ritmenya teratur, warna laut biru berubah warna putih seperti barisan gigi kala gulungan ombaknya memecah. Menyentuh bibir pantai.
"Itu di sana, Ame."
Tak tampak sebuah gunung. Lebih tepatnya itu bukan gunung melainkan bukit. Tapi masyarakat setempat menyebutnya dengan nama gunung. Ya, Gunung Liman. Gunung ini diapiti oleh dua pantai yang sebelah menyebelah. Orang mengenalnya dengan Pantai Liman. Bukit Liman ibarat pembatas yang memisahkan dua sisi pantai nan seksi.Â
Pengunjung dapat menapaki bukit ini. Medannya mudah dilintasi. Saat kami tiba, bukit ini tampak gersang. Rerumputan mengering. Pohon duri (orang Kupang menyebutnya) berdiri berjejer di landai bukit. Mempercantik Gunung Liman.
Dari atas puncak Gunung Liman, kami menghadap hamparan laut Sawu. Sebuah pulau kecil nan anggun tampak di depan mata kami. Bagaikan sebuah benteng yang melindung Pantai Liman dari gelombang samudera.
Kita dapat melihat Pantai Liman yang sebelah menyebelah. Garis Pantai Liman yang sebelah kanan lebih panjang dan lebar daripada Pantai Liman sebelah kiri. Tapi keduanya sama cantiknya bak sosok seorang bidadari.