Jalan terjal Ahok menuju gelanggang politik Pilgub DKI 2017 kian menganga. Jika ia tidak hati-hati ia akan terjungkal ke jurang terdalam. Gempuran demi gempuran terus menghantam Ahok dari segala penjuru. Ahok benar-benar biang politik yang memicu pro kontra di kalangan masyarakat dan politisi.
Berbagai upaya telah dilakukan rival politik Ahok, satu per satu gugur. Tidak terbukti. Ahok melenggang. Berawal dari niat melalui jalur independen, kemudian menempuh jalur politik menuju DKI 1. Lawan-lawannya semakin gemas sembari menyiapkan langkah atau strategi untuk menjungkalnya dari medan pertarungan nanti.
Salah satu bakal calon Gubernur DKI yang gagal seleksi, Ahmad Dhani, adalah salah satu sosok yang gemas dengan Ahok. Genderang perangnya dengan Ahok belum berakhir. Ia tidak tinggal diam. Berbagai cara pun dilakukan.
Langkah terkini, Dhani mendeklarasikan Rizal Ramli-Sandiaga Uno sebagai penantang petahana. Gerakan dukungan kepada Ramli-Uno diberi nama “Orang Kita”.
“Orang Kita” adalah nama yang bagus. Tapi kita harus mengais maknanya lebih dalam. Ungkapan “Orang Kita” kerap menghiasi percakapan pada setiap pilkada/pilgub dan pileg. Lebih pilih orang kita daripada pilih orang lain adalah kalimat yang sering meluncur dari para jurkam atau tim sukses.
Menulusuri jejak “Orang Kita” secara serampangan kita akan menemukan makna yang biasa-biasa saja. Tetapi, jika kita membaca dengan seksama dan meresapinya lebih dalam, frasa “Orang Kita” menimbulkan multi tasfir. Salah satunya, nama gerakan bermuatan rasis.
Mendeklarasikan “Orang Kita” secara sadar maupun tidak sadar Ahmad Dhani telah mendikotomikan “Orang Kita” dan “Orang Lain”. Dikotomi ini ditujukan kepada para kandidat Gubernur DKI.
“Orang Kita” hanyalah sebuah upaya penghalusan makna dari kata “Pribumi”. Karena dikotomi “Pribumi” dan “Non Pribumi” kerap menjadi senjata ampuh untuk komoditas politik. Kali ini Dani tampil cerdas, membungkus niatnya di balik kata yang secara sepintas tidak bermakna apa-apa.
Lalu pertanyaannya, siapakah kandidat yang lain? Apakah mereka tetap dianggap sebagai “Orang Lain”? Secara tidak langsung, Dhani telah memantik politik rasis yang tidak disadari oleh para pendukungnya.
“Orang Kita” hanya sebuah permainan kata. Di baliknya terbungkus makna primodial yang mengkerdilkan demokrasi di negeri ini. Dengan kata lain, jangan pilih “orang lain”, pilihlah “orang kita”. “Orang Kita” bisa diterjemahkan “orang pribumi” (baca: bukan Ahok).
Dhani mungkin punya argumentasi yang mendasar soal pemilihan nama gerakannya. Sayangnya, ia sendiri tidak dapat mengurai secara mendalam makna balik nama gerakan ini. Ia justeru hanya menyampaikan alasan menduetkan Rizal-Uno karena mereka tidak memiliki hubungan atau keterkaitan dengan para developer atau pengembang. Lantas siapakah para developer itu? Jelas mayoritas pengembang adalah WNI keturunan.
Dengan demikian pemilihan gerakan dengan nama “Orang Kita” semata-mata bertujuan untuk menjegal Ahok yang adalah WNI keturunan yang dicap pro developer yang seketurunan dengannya. Tampak terbaca, gerakan ini bukan lahir dari idealismenya untuk membangun ibukota, sebaliknya menarik batas antara kaum pribumi dan non pribumi.
Pemilihan nama “Orang Kita” telah menjadi sarana propaganda politik sempit ala Ahmada Dhani. Ia memanfaatkan perangkap kesukuan, agama dan golongan untuk memuluskan hasrat politik.
Ungkapan “Orang Kita” bukanlah sebuah frasa yang baru, penulis kerap mendengarnya pada setiap perhelatan Pilkada/Pilgub atau Pilpres di negeri ini. Ironisnya, ketika kandidat meraih kursi kekuasaan (kepala daerah/legislatif), mereka dengan mudah membalik kata ini – yang semulanya “Orang Kita”, dalam sekejap berubah menjadi “Kita Orang”. Tentu saja maknanya pun berubah. Orang dengan mudah mengabaikan peran orang lain jika mencapai posisi tertentu. Dengan angkuhnya sembari membusung dada dan berkata “kita gitu loh” (baca: kita orang). Bukan orang lain.
Kita patut waspada dan cerdas merespon gerakan “Orang Kita” milik Ahmad Dhani. Karena jika ditelusuri lebih jauh, makna frasa ini bercabang – apalagi dibalik menjadi “Kita Orang”. ***(gbm)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI