Dengan demikian pemilihan gerakan dengan nama “Orang Kita” semata-mata bertujuan untuk menjegal Ahok yang adalah WNI keturunan yang dicap pro developer yang seketurunan dengannya. Tampak terbaca, gerakan ini bukan lahir dari idealismenya untuk membangun ibukota, sebaliknya menarik batas antara kaum pribumi dan non pribumi.
Pemilihan nama “Orang Kita” telah menjadi sarana propaganda politik sempit ala Ahmada Dhani. Ia memanfaatkan perangkap kesukuan, agama dan golongan untuk memuluskan hasrat politik.
Ungkapan “Orang Kita” bukanlah sebuah frasa yang baru, penulis kerap mendengarnya pada setiap perhelatan Pilkada/Pilgub atau Pilpres di negeri ini. Ironisnya, ketika kandidat meraih kursi kekuasaan (kepala daerah/legislatif), mereka dengan mudah membalik kata ini – yang semulanya “Orang Kita”, dalam sekejap berubah menjadi “Kita Orang”. Tentu saja maknanya pun berubah. Orang dengan mudah mengabaikan peran orang lain jika mencapai posisi tertentu. Dengan angkuhnya sembari membusung dada dan berkata “kita gitu loh” (baca: kita orang). Bukan orang lain.
Kita patut waspada dan cerdas merespon gerakan “Orang Kita” milik Ahmad Dhani. Karena jika ditelusuri lebih jauh, makna frasa ini bercabang – apalagi dibalik menjadi “Kita Orang”. ***(gbm)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H