Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Balik Lambaian Tangan dan Senyum Jokowi

4 Agustus 2016   21:00 Diperbarui: 4 Agustus 2016   21:34 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi, 30 Juli 2016, langit Kota Kupang cerah ceriah. Seolah siap menyongsong puncak perayaan Hari Keluarga Nasional 2016 yang terpusat di kota karang ini.

Puncak perayaan Harganas 2016 ini dihadiri oleh sang presiden republik ini. Joko Widodo. Presiden populis ini datang lebih awal dan menginap di Hotel Aston Kelapa Lima Kupang.

Kehadiran Jokowi di Aston tidak ada penjagaan yang luar biasa ketat. Memang terlihat para serdadu berloreng berjaga-jaga di gang-gang tak jauh dari hotel. Adanya aparat polisi dan angkatan bersenjata yang lainnya.

Kesan yang muncul hari itu, tidak ada suasana yang mencekam. Biasa-biasa saja. Bahkan masyarakat nyaris tidak merasakan jikalau Jokowi menginap di hotel tertinggi di kota karang ini. Masyarakat tetap melakukan aktivitas biasa. Kendaraan lalu-lalang seperti biasa pula.

Suasana ini mendorong saya untuk menyaksikan Jokowi lebih dekat. Sedekat tatapan mata. Secara kebetulan juga saya sedang berada di rumah keluarga yang tidak jauh di Hotel Aston. Maka bergegaslah kami, hampir seisi rumah, berduyun-duyun ke jalan raya.

Lumayan lama menanti Jokowi. Nyaris melelahkan. Tapi semangat untuk melihat Jokowi mengalahkan kelelahan fisik akibat kurang tidur semalam. Penantian tiba, Jokowi keluar dari hotel di atas mobil Jeep hitam berplat merah. Mobil yang dibawa khusus dari Jakarta.

Kami memang berdiri pada posisi yang tepat. Sesuai arahan seorang polisi yang membocorkan bahwa Jokowi duduk di posisi sebelah kanan sopir karena stir mobil yang ditumpang Jokowi di sebelah kiri.

Meskipun terusik dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan, saya berhasil membidik Jokowi yang dibalut senyum dan senantiasa melambaikan tangan.

Senyum tulusnya menyapa warga sepanjang jalan – termasuk penulis. Lambaian tangannya mengisyaratkan keakraban dan kehangatan serta keramahan seorang presiden.

Tiada pagar betis yang mengawalnya. Masyarakat sibuk dengan aktivitas masing-masing. Suatu keadaan yang berbeda dengan rezim-rezim sebelumnya. Penulis tidak bermaksud untuk membanding-bandingkan. Hanya mau mempertegas setiap masa ada pemimpinnya, setiap pemimpin ada masanya. Setiap pemimpin memiliki karakter kepemimpinan yang berbeda-beda.

Menyaksikan Jokowi yang selalu menebar senyum sejak keluar dari Hotel Aston dan tangan tidak pernah lelah dilambaikan menunjukkan bagian dari komunikasi itu sendiri. Jokowi adalah komunikator ulung. Ia pandai dan tahu cara yang tepat untuk menyadarkan masyarakat akan kehadirannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun