Mohon tunggu...
Babeh Helmi
Babeh Helmi Mohon Tunggu... profesional -

Babehnya Saras n Faiz . Twitter : @Babeh_Helmi . . @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Humor

Menuju Kompasianival

12 Oktober 2012   08:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:54 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13500297451847867931

Malam pun makin pekat. Angin berhembus agak kencang, membuat rimbunan pohon bambu di sekitar situ berdesir. Suasana hening. Kalau kalian ada di situ, pasti bulu kalian bergidik. (Bulu?? Hush, ngeres ajah nih, kebiasaan browsing situs XXX, ya? Ini Bulu Romaaaa, temennya Ricca).

Tiba-tiba pohon bambu yang rimbun itu bergoncang. Dari sela-sela rimbunan pohon, keluarlah tangan berkuku panjang, disusul menyembul tampang yang buruk, rambutnya panjang acak-acakan, bertaring dan menggeram, "Hoarrhhh." Berbaring terseok-seok mahluk menyeramkan itu keluar dari rimbunan bambu. Sepertinya mahluk itu sangat sulit mengeluarkan tubuhnya, yang dibalut baju putih panjang, dari cengkeraman pohon bambu.

"Hoaarrhh...  Tolongin dooooong. ... Hoaarrhhhhh!!"  (lhaa, setan kok minta tolong?)

Tiba-tiba ada suara muncul di samping mahluk itu. "Kenafaaaaa?"

"AJALABAWAJABAAAAAAAAA." Keluarlah latahan si mahluk karena dikagetkan oleh suara di sampingnya.

"Lhaa, setan kok latah?"

"Eh aseem lu yee, ngagetin gue ajaaa!" Si mahluk  nyerocos ke arah suara. Dan ternyata ada seseorang di sampingnya, berkostum hitam-hitam dan berjanggut panjang. Mereka akhirnya saling bertatapan.

"BAHH!" ujar si janggut panjang kaget.

"Lha kok? Kenapa Mbah? Eh, saya panggil mbah aja, ya, soalnya janggutnya panjang."

"Ngga... ngga kenapa-napa," Mbah janggut tidak mau menjelaskan kenapa dia juga tiba-tiba kaget melihat tampang buruk si mahluk. Tapi, terawangan dari sini, di dalam hati mbah janggut tersembul kalimat, "Kok mirip gue, ya?" (gubraaaaaakk)

"Eh, kenafa tadi menggeram di situ, Luk?" ujar Mbah Janggut.

"Kaki gue tersangkut nih, tolongin dooong."

"Oooh. Bentaar". Mbah Janggut pun menolong kaki si mahluk yang tersangkut di pohon bambu. "Lhaa, ini mah gara-gara panci yang diiketnya kegedean, Luk."

"Oh gitu. Ya udah, tolongin deh."

Si Mbah Janggut mengeluarkan panci dari kaki si mahluk. Saat dibantu si Mbah, si mahluk pun bertanya, "Kenapa elu manggil gue, Luk?"

"Lha si Babeh yang ngarang cerita ini kan nulisnya pake kata "mahluk", bukan "setan", jadi ya gue panggil "Luk" lah." Si mahluk pun manggut-manggut.

"Ini apa-apa sih, kok setan kaya elu bawa-bawa panci? Mana bau jengkol pancinya."

"Trend baru Mbah, kaya Nenek Gayung atawa Kakek Pacul." Gantian si Mbah yang manggut-manggut. "Lha Mbah sendiri ngapain di sini?"

"Saya memang kerja di sini. Buka praktek."

"Oh ya?"

"Iya, semacam konsultasi gitu. Penerawangan. Sampeyan mau konsul ama saya? Monggo silakan curhat. Tenang, nama sampeyan bakal amaaan."

"Oh, boleh Mbah."

Si Mbah pun bersila ke samping pohon bambu. Di sana ada dinding tikar berdiri, dengan tulisan, "Konsultan Curhat. ILUMINATI"

"Monggo curhat sekarang, Luk, biar saya catat di sini," si Mbah mengeluarkan baskom putih berisi air. Di sampingnya baskom tertera "iCOM".

"Wih canggih alat tulisnya, Mbah. iCOM. Apa itu, Mbah?"

[caption id="attachment_217648" align="alignleft" width="350" caption="iCOM, cikal bakal iMAC, iPHONE, iPAD buatan Stip Jow"][/caption] "Oh iCOM ini kaya iPAD gitu, Luk. Kalo iPAD kudu disentuh, kalo iCOM ngga perlu disentuh, cukup gerakkan jari-jari kita di atas air ini."

"Wah, kaya buatan Stip Jow itu ya, Mbah"

"Lhaa, Stip Jow saat masih miskin ke sini, Luk, minta petunjuk, trus liat iCOM ini, trus pulang kampung, trus di sana bikin iMAC, iPHONE dan iPAD."

"Emang artinya iCOM apa Mbah?"

"Huruf 'i'-nya berarti 'isin' (malu), 'COM' ya baskom. Jadi ini baskom tempat nampung isin, Luk."

"Oooh gituuu."

"Nah kalo si Stip Jow plesetin arti, Luk. iPHONE itu artinya Handphone yang bikin isin handphone lain. Awalnya sih cuma ngebully produknya sendiri, iMAC, Macintosh yang bikin malu MACpro Desktop. Gituuu."

"Widiiih, canggih juga si Mbah Janggut ini."

"Hehehe," ketawa Mbah Janggut sambil nyeruput gelas berisi kopi. "Kopi, Luuk," basa-basi si Mbah.

"Ice Cappucino-nya satu Mbah, yang dingin ya."

SEMBRUUURRRR .. Muka si mahluk pun tersembur kopi si Mbah.

"Mbaaaaaaah, kok disembuuurrrr??!!!" marah si mahluk sambil melap mukanya.

"Gue cuma basa-basiiiii, bukan berarti nawarin elu kopiiiiiiiiiii. Lagiaaaaan, mintanya es kapucinooo. Gila lu Ndro."

"Yaa, maap, Mbaah. Namanya juga aus."

"Ya udah, elu mau curhat apa, Luk?"

"Gini, Mbah, saya ini sedih, Mbah."

"Setan kok sedih? Bukannya setan itu gila, ketawa terus di pojokkan?"

"Ini beda, Mbah. Sedihnya beda. Saya sedih karena saya tidak bisa mengikuti tren, Mbah."

"Wow, trend. Trend apa ya? Joget Gangnam Style ya?"

"Bukan, Mbah. Ini Blateng Style. Belah Tengah Style. Saya mau rambut saya rapih model belah tengah, berminyak dan licin, Mbah."

Si Mbah manggut-manggut sambil memainkan jarinya di iCOM.

"Mbah bisa ngasih solusinya?"

"Kalo itu guampang, Luk. Tuh di sono, ada beberapa salon. Sampeyan nyalon aja di situ, ya."

Di kejauhan terlihat beberapa bangunan kotak kecil berukuran luas 1 meter dan tinggi 1 meter. Terbuat dari bambu dan triplek.

"Itu Salon, Mbah?"

"Iya. Salon."

"Kok kaya jamban, Mbah?"

"Fungsinya emang itu, siang buat modol, malam buat nyalon. ZHAM-BAN."

Si Mahluk manggut-manggut. "Oke lah, Mbah, saya ke sana deh sekarang."

"Ikuuuuuuuuutt." teriak si Mbah.

"Lho kok ikut?"

"Saya juga pengen Blateng, Luk. Biar guanteng."

Si mahluk pun ngakak. Hahahaha. Sambil berjalan menuju ZHAM-BAN, si mahluk pun bertanya kepada si Mbah. "Eh, Mbah, kenapa mau guanteng blateng sih?"

"Lha sampeyan sendiri mau ngapain rambutnya dijadiin belah tengah?

"Kompasiana kan lagi ngadain Kompasianival. Saya mau ikut hadir. Kali ajaa bisa jadi terkaporit, Mbah."

"Husss. Yang lagi dicari kaporitnya, guruuu, bukan mahluk macam sampeyaaan."

"Lhoo, saya juga guruu. Ini catatan CV saya," sambil menunjukkan pahanya yang tertulis banyak rincian sejarah pekerjaannya.

Mbah pun melotot. Mungkin karena melihat paha kali, ya? Hahahaha.

"Widiiih, canggih si Mahluk ini. Jelek-jelek pernah ngajar juga, ya."

KEPRUUKKK, si mahluk menggetok kepala si Mbah. "Sembarangan aja ngatain gue jelek. Berarti elu juga jelek, dong."

"Lha kok aye ikut-ikutan jelek?"

"Lha kan kita miriiiiip."

BERSAMBUUUUNG .. cape nulisnyaaaaa .. hihihihi

Diselenggaraken oleh KOPLAK-YO-BAND

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun