"Kaki gue tersangkut nih, tolongin dooong."
"Oooh. Bentaar". Mbah Janggut pun menolong kaki si mahluk yang tersangkut di pohon bambu. "Lhaa, ini mah gara-gara panci yang diiketnya kegedean, Luk."
"Oh gitu. Ya udah, tolongin deh."
Si Mbah Janggut mengeluarkan panci dari kaki si mahluk. Saat dibantu si Mbah, si mahluk pun bertanya, "Kenapa elu manggil gue, Luk?"
"Lha si Babeh yang ngarang cerita ini kan nulisnya pake kata "mahluk", bukan "setan", jadi ya gue panggil "Luk" lah." Si mahluk pun manggut-manggut.
"Ini apa-apa sih, kok setan kaya elu bawa-bawa panci? Mana bau jengkol pancinya."
"Trend baru Mbah, kaya Nenek Gayung atawa Kakek Pacul." Gantian si Mbah yang manggut-manggut. "Lha Mbah sendiri ngapain di sini?"
"Saya memang kerja di sini. Buka praktek."
"Oh ya?"
"Iya, semacam konsultasi gitu. Penerawangan. Sampeyan mau konsul ama saya? Monggo silakan curhat. Tenang, nama sampeyan bakal amaaan."
"Oh, boleh Mbah."