Mohon tunggu...
Babeh Helmi
Babeh Helmi Mohon Tunggu... profesional -

Babehnya Saras n Faiz . Twitter : @Babeh_Helmi . . @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Puisi

“Walau puasa, kami sudah siap tempur.”

14 Agustus 2010   03:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar itu, para pandawa dan semua orang di kelas itu saling pandang keheranan.

Sigit : (heran) Lho, tadi Guru menggebrak meja, bukannya itu artinya siap dengan latihan seni bela diri?

Jenni : Iya, Guru, tenang aja, Guru, kami sudah siap tempur nih.

Gugun : Walaupun kami sedang puasa, kami sanggup latihan kok. Nih kan kami sudah buka baju, Guru.

Mereka berlima kembali memamerkan otot-otot di badannya yang lucu-lucu itu.

Babeh Helmi : Memangnya yang suruh kalian buka baju itu, siapaaaaa?

Jiaaaaaaaaaaaaaaahh … Para pandawa langsung melongo mendengar ucapan Babeh. Mereka saling pandang.

Hendra : Lha, bukannya kami disuruh ke sini untuk berlatih seni bela diri, Guru?

Babeh Helmi : Yang bilang kalau berlatih seni bela diri itu harus buka baju itu, siapaaaaaaaa?

Jiaaaaaaaaaahhhhh. Salah lagi. Kelima pandawa pun langsung tertunduk malu. Sementara di samping mereka terdengar suara tertawa yang keras dari Unyil dan Ika Maria. “Hahahahahahahaha, emang enaaaaaaaaaakkk!!!!!! … Cuci’aaaaaaaaaaaaaaaann dueeehhhhhhhh!!!! .. Hahahahahaha” Unyil dan Ika Maria pun saling menepukkan tangan mereka, tanda toss. Hahahahahahaha. Sambil bersungut-sungut, para pandawa pun memakai bajunya kembali. Suara cekikikan bertambah, karena ternyata Ibu Guru Gendis dan Ibu Guru Meisha Shasha tidak bisa menahan tawa mereka, namun karena menghormati Babeh Helmi, mereka hanya bisa cekikikan. Mendengar itu, para pandawa makin malu, makin membuat mereka menundukkan kepala mereka ke kolong meja. Hahahaha.

Tiba-tiba Sigit nyeletuk, “Oh, Guru mau mengajarkan kami seni jathilan, ya?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun