Mendengar itu, para pandawa dan semua orang di kelas itu saling pandang keheranan.
Sigit : (heran) Lho, tadi Guru menggebrak meja, bukannya itu artinya siap dengan latihan seni bela diri?
Jenni : Iya, Guru, tenang aja, Guru, kami sudah siap tempur nih.
Gugun : Walaupun kami sedang puasa, kami sanggup latihan kok. Nih kan kami sudah buka baju, Guru.
Mereka berlima kembali memamerkan otot-otot di badannya yang lucu-lucu itu.
Babeh Helmi : Memangnya yang suruh kalian buka baju itu, siapaaaaa?
Jiaaaaaaaaaaaaaaahh … Para pandawa langsung melongo mendengar ucapan Babeh. Mereka saling pandang.
Hendra : Lha, bukannya kami disuruh ke sini untuk berlatih seni bela diri, Guru?
Babeh Helmi : Yang bilang kalau berlatih seni bela diri itu harus buka baju itu, siapaaaaaaaa?
Jiaaaaaaaaaahhhhh. Salah lagi. Kelima pandawa pun langsung tertunduk malu. Sementara di samping mereka terdengar suara tertawa yang keras dari Unyil dan Ika Maria. “Hahahahahahahaha, emang enaaaaaaaaaakkk!!!!!! … Cuci’aaaaaaaaaaaaaaaann dueeehhhhhhhh!!!! .. Hahahahahaha” Unyil dan Ika Maria pun saling menepukkan tangan mereka, tanda toss. Hahahahahahaha. Sambil bersungut-sungut, para pandawa pun memakai bajunya kembali. Suara cekikikan bertambah, karena ternyata Ibu Guru Gendis dan Ibu Guru Meisha Shasha tidak bisa menahan tawa mereka, namun karena menghormati Babeh Helmi, mereka hanya bisa cekikikan. Mendengar itu, para pandawa makin malu, makin membuat mereka menundukkan kepala mereka ke kolong meja. Hahahaha.
Tiba-tiba Sigit nyeletuk, “Oh, Guru mau mengajarkan kami seni jathilan, ya?”