Mohon tunggu...
Babeh Helmi
Babeh Helmi Mohon Tunggu... profesional -

Babehnya Saras n Faiz . Twitter : @Babeh_Helmi . . @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(3) Tambah Ketakutan di Malam 1 Suro

17 Desember 2009   15:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:54 1737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ampuuuuun. Kenapa ini harus terjadi saat saya merasakan ketakutan di Malam 1 Suro ini? Hah, siapa yang mendesah. Haaah, saya sudah tidak bisa menjelaskan lagi dengan kata-kata, apakah saya ketakutan dengan sangat, bulu kuduk yang tambah merinding, hawa yang tambah dingin. Dan seolah-olah ada angin yang bergerak ke depan. Angin dingin. Bergerak perlahan. Huaaaah. Apa ini yang seperti di film "THE EYE" itu?

Apakah hantu itu yang kini berada di belakang saya?  Yang perlahan mendekati saya, yang mencoba mendengus di pundak saya? Huaaaa.... Apakah hantu wanita yang di lantai 12 itu? Dan kini ada di belakang saya, yang ternyata sedari tadi menunggu saya di dalam lift, karena dia tau mau tidak mau saya pasti akan menggunakan lift ini.

Lift semakin saya rasakan gerakannya, tapi angin yang bergerak perlahan ke depanpun makin saya rasakan. Saya tidak berani menoleh ke kiri dan ke kanan. Pandangan mata terus menerus melihat tombol lantai Dasar, dan saya tetap tidak mau menutup mata saya, karena saya tau jiika saya tutup mata saya, maka bayangan ketakutan akan semakin hebat.

Saya seolah ditekan batu besar, karena saya tidak bisa bergerak sedikitpun. Mungkin bukan batu, tapi gunungan es, karena hawa menjadi dingin sekali di dalam lift itu. Dalam berkecamuknya perasaan ketakutan itu, entah kenapa saya berusaha merasakan ada apa yang terjadi di belakang saya, tanpa saya harus melihat kebelakang.

Ya, saya merasakan sesuatu yang bergerak perlahan mendekati saya. Sesuatu itu makin mendekat. Makin mendekat. Saya merasakan kalau sesuatu itu sudah hampir mencapai pundak saya.  Saya makin terkungkung, mengkerut, terpaku.  Dan... saya menutup mata saya rapat-rapat. Menahan nafas.

Tiba-tiba, di saat kritis itu, ada kekuatan dalam diri saya. Pikiran saya harus logis. Dan saya membuka mata, dan langsung menoleh ke belakang.

Kosong.

Saya lihat sekeliling saya. Kosong. Ke atas. Kosong. Yang ada hanya metal dinding lift, dan lampu lift.  Tapi saya tetap merinding. Hawa dingin tetap ada.

Dan pintu lift terbuka. Hawa segar dari lobby dasar menyeruak ke dalam lift. Huh. Saya membuang nafas. Berusaha mengatur nafas kembali.  Berusaha menggerakkan kembali badan saya. Dan melepaskan jari saya yang terus menekan tombol lift.

Saya berjalan keluar lift. Bergegas mendapatkan hawa malam sesungguhnya. Bergegas mendapatkan pemandangan kota yang sesungguhnya. Berusaha mengeluarkan sepenuhnya ketakutan yang meneror saya.

Huh. Saya lihat jam tangan saya.  Jam 12.00 malam tepat. Terdengar di kejauhan lolongan anjing. Malam makin pekat. Angin bertiup. Dingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun