Mohon tunggu...
Baban Sarbana
Baban Sarbana Mohon Tunggu... Freelancer - Social Entrepreneur

Penulis Buku "Tapak Tilas Jejak Obama", Serial Cerita Bernilai, dan Penggagas www.YatimOnline.com. www.kampungzimba.com. Personal Website: www.babansarbana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mellihat Kampung "Zaman Now"

9 November 2017   22:11 Diperbarui: 10 November 2017   08:00 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Warga kemudian berhimpun, membentuk grup whatsapp, berkoordinasi, walaupun berkubu-kubu. Akan tetapi WA Grup ini ternyata efektif untuk menghimpun potensi warga; berdiskusi, berdialog untuk solusi yang terbaik dengan cara-cara yang sesuai koridor hukum. 

Walaupun hasutan-hasutan muncul di grup untuk mengadakan aksi; bisa diredam dengan diskusi di WA Grup; dan hampir semua bersedia mengikuti hasil musyawarah di grup tersebut yang difollow up dengan pengajian malam jum'at atau ngopi-ngopi malam minggu di rumah salah satu warga.

Ini Kampung Jaman Now, dimana, menyelesaikan masalah, tak harus dengan tatap muka; tapi menggunakan social media, saling tabayyun dan terjadilan proses seleksi alam, siapa berada di pihak mana. Tak hanya satu WA Grup; bisa banyak WA Grup, dan satu sama lain bisa bertentangan. Akan tetapi, uniknya, ada saja satu orang yang ikut di dua kubu grup; ada juga yang jadi mata-mata grup sebelahnya, sehingga grupnya 'masuk angin', istilahnya.

Ini Kampung Jaman Now, ketika proses musyawarah bisa dilakukan di dunia maya, tapi tetap ketok palu dilakukan tatap muka. Pesertanya tak harus muda, para sepuh pun turut serta dalam dinamika grup WA. 

Yang unik, baik kepala desa maupun BPD (Badan Permusyawaratan Desa), malah memilih sembunyi-sembunyi dan terkesan menghindar bertemu dan berkomunikasi dengan warga. Terbukti dari sebuah peristiwa, ketika ada isu unjuk rasa akan dilakukan warga di hari Minggu, maka Kepala Desa serta merta mengirimkan 'orang-orang' untuk berkumpul di desa, seolah menjaga desa; padahal di hari biasa, tak ada pelayanan untuk warga. Jam 11.00 sudah sepi, desa. 

Kalaupun ada pelayanan warga oleh perangkat desa, maka warga menyumbang seadanya, karena, kabarnya aparat desa pun sudah tak lagi mendapat insentif seharusnya. Sehingga warga jatuh kasihan; memberikan tips untuk beberapa aparat desa yang membantu proses kependudukan, padahal sudah ada anggarannya dari desa.

Inilah sisi lain Kampung Jaman Now, ketika politik praktis tanpa nurani meraja lela, uang setan bisa menghasilkan iblis. Orang yang tak punya iman, mendapat uang melimpah, sehingga syahwat politiknya membuncah dan menghalalkan segala cara untuk rakus mengambil apa saja yang ada di hadapannya untuk kepentingan pribadi. 

Kampung harus dijaga dari nilai-nilai warisan jaman dahulu yang membuatnya indah di mata, indah di hati. Kampung harus dihuni oleh orang-orang yang memiliki imunitas terhadap serangan politik praktis yang tahunya hanya membeli suara, tak punya strategi untuk membeli hati melalui program-program empatik yang mengutamakan kepentingan warga.

Kampung Jaman Now masih punya harapan, selama orang-orang baik masih mau kembali mengabdi bagi kampung halamannya, dan menarik sebanyak mungkin orang untuk mengelola human capital dan social capital di kampung, menjadi bagian dari upaya mewujudkan kampung yang mandiri, adil dan sejahtera.

Baban Sarbana

Orang Kampung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun