Mohon tunggu...
Iwan Kempling
Iwan Kempling Mohon Tunggu... -

swasta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada

11 November 2016   04:48 Diperbarui: 11 November 2016   04:58 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

          Lantas pengharapan mesianis seperti apakah yang diharapkan? Apakah sekedar dengan terciptanya masyarakat madani seperti yang dirindukan selama ini akan menyelesaikan persoalan? Kalau memang benar bahwa masyarakat merindukan tatanan kehidupan yang lebih baik, akankah kerinduan ini terwujud? Apakah ini hanya sekedar ilusi atau utopia? Daftar pertanyaan ini dapat kita perpanjang sepanjang kompleksitas permasalahan yang dihadapi warga Jakarta.Barangkali menarik untuk melihat kembali apa yang ditegaskan oleh Kovenan Lausanne (1974) tentang masalah ini:

Kami menegaskan bahwa Allah adalah Pencipta sekaligus Hakim atas semua manusia. Karena itu, kita harus berbagi kepedulian-Nya terhadap keadilan dan rekonsiliasi di seluruh masyarakat manusia dan terhadap pembebasan manusia dari segala jenis penindasan. Karena umat manusia dijadikan menurut gambar Allah, setiap orang – tidak peduli ras, agama, warna kulit, budaya, kelas, jenis kelamin atau usia – memiliki martabat yang tertanam di dalam dirinya, maka dia harus dihormati dan dilayani, bukan dieksploitasi.

Penegasan Kovenan Lausanne ini saya kira menyiratkan sebuah diktum soteriologis (penyelamatan), yaitu kekuasaan Tuhan atas seluruh kosmos, dalam segala wilayah dan kerajaan (negara), baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Bukan dalam rangka membuka polemik tentang istilah demokrasi, tetapi saya kira manusia – dalam konteks tulisan ini adalah rakyat – tidak boleh dipandang sebagai hal yang utama, sehingga Tuhan hanya diseret masuk ke dunia politik semata-mata untuk menolong manusia yang kesusahan. Namun sebaliknya, Tuhan harus menyala di hadapan setiap bangsa karena semua bangsa adalah milik-Nya dan hanya menyembah kepada-Nya.

             Oleh karena itu ketika manusia jatuh tercerai-berai karena dosa, ketika dosa memisahkan dan mencabik-cabik umat manusia, dan ketika dosa menyatakan dirinya dalam segala tingkah laku yang menciderai kebaikan Tuhan, keagungan Tuhan menuntut agar hal-hal yang mengerikan tersebut dikendalikan, dikontrol, agar ketertiban dan tatanan ilahi dipulihkan. Dalam kerangka inilah Tuhan menetapkan adanya penguasa (pemerintah). Dengan demikian maka pemerintah adalah alat anugerah umum untuk menghambat segala kebebasan liar dan tindak kekerasan, dan untuk melindungi yang baik dari yang jahat. Tuhan melalui pemerintah berbela rasa terhadap kaum lemah.

          Namun tugas pemerintah lebih dari itu. Di samping tugas-tugas seperti tersebut di atas, pemerintah diangkat oleh Tuhan sebagai hamba-Nya, supaya ia dapat memelihara dunia cipataan Tuhan dari kehancuran akibat nafsu jahat manusia. Kejahatan menyerang dan berusaha menggagalkan pekerjaan baik yang tengah dilakukan Tuhan lewat pemerintah. Rencana kebaikan Tuhan, keadilan Tuhan dan kehormatan sebagai Pencipta, Pembentuk dan Pembangun yang tertinggi tengah diobok-obok oleh mereka yang terhasut oleh nafsu jahat.

Oleh karena itu semua yang disebut pemerintah – mulai tingkat terendah sampai tertinggi, tidak terkecuali pemerintah DKI Jakarta – harus memerintah dengan dan oleh anugerah Tuhan semata, tegas membela yang lemah, terbuka, tidak munafik, berani karena benar, siap melawan arus dan segala bentuk konspirasi jahat dan yang paling ekstrim, siap mati demi rakyat yang dipimpinnya. Pemeritah yang demikian inilah yang layak dipilih dan didukung oleh warga Jakarta. Dalam konteks pilkada DKI Jakarta, saya percaya masyarakat Jakarta dapat melihat siapa di antara ketiga balon kepala daerah yang saat ini sedang ‘bertarung’ yang memiliki kriteria tersebut.

Penutup

          Saya bukan orang Jakarta dan awam dalam politik maupun ekonomi kerakyatan. Saya rindu Jakarta dipimpin oleh orang yang tepat, tidak terkontaminasi oleh nafsu serakah dan haus sanjungan. Barangkali kata bijak yang patut disampaikan kepada siapapun yang nantinya terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta adalah cintailah rakyat seolah tak pernah dikecewakan; bekerjalah seolah tak memerlukan uang dan gaji atau fasilitas lainnya; berpolitiklah seolah tak lagi punya kepentingan dan memimpinlah seolah tak lagi memerlukan sebuah kekuasaan. Maka engkau akan mencerahkan banyak orang untuk mencapai kebebasan dan menjadi inspirasi bagi hidupnya nilai-nilai kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun