Mohon tunggu...
Mohamad Ali Mustofa
Mohamad Ali Mustofa Mohon Tunggu... Guru - Guru di Pondok Modern Daaruta'awun Lempuyang Tanara dan petani di Serang Banten

Menulis Saat Mendapatkan Inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hari Santri dan Spirit Masa Depan Kaum Muda

22 Oktober 2024   22:32 Diperbarui: 23 Oktober 2024   20:36 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Santri Nasional (HSN) yang jatuh setiap tanggal, 22 Oktober merupakan hari raya santri yang diperingati dengan penuh rasa syukur atas kontribusi para santri dan kiyai dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa heroik 10 November 1945 yang dikemudian dikenal dengan Hari Pahlawan merupakan tonggak perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dipicu oleh Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tanggal 22 Oktober 1945 setelah para pemuda membaca kedatangan tentara sekutu ternyata membonceng tentara Belanda yang diduga kuat hendak menjajah kembali.  

Maka jika merujuk pada perjuangan dakwah Rasulullah SAW, meletusnya pertempuran antara para pemuda santri yang dipimpin Bung Tomo melawan tentara sekutu yang menewaskan Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby, atau yang biasa disebut AWS Mallaby pada tanggal  10 November 1945 mirip dengan perang Badr. Gambarannya adalah sesudah Rasulullah SAW memproklamirkan berdirinya Negara Madinah dengan konstitusi berupa Piagam Madinah kemudian diserang oleh pasukan kafir Mekah dimana pertempuran kemudian dimenangkan oleh pasukan Rasulullah SAW. Demikian juga yang terjadi dengan pertempuran pasukan sekutu melawan pasukan santri dimenangkan oleh pasukan santri pimpinan Bung Tomo.    

Kemenangan Badr menjadi spirit bagi Rasulullah SAW dalam beragam perang selanjutnya dalam mempertahankan dan memajukan Negara Madinah. Demikian juga kemenangan pasukan santri pada peristiwa 10 November 1945 yang dilandasi oleh Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 menjadi spirit bagi kaum muda santri bersama komponen pejuang bangsa lainnya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Namun demikian seluruh perjuangan komponen Bangsa Indonesia baik yang ditempuh melalui perjuangan fisik maupun diplomasi pada hakikatnya adalah "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya", sebagaimana termaktub pada aline ketiga pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Ungkapan Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa menunjukan adab yang tinggi dari para founding father Negara kita. Sekaligus juga menjadikan rahmat Allah Yang Maha Kuasa  sebagai landasan, pusat spiritualitas dan engine movement bagi perjuangan kemerdekaan baik fisik maupun non fisik. Artinya ikhtiar manusia sehebat apapun dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia tanpa rahmat (pertolongan) Allah Yang Maha Kuasa tidak ada apa-apanya. Ini mengindikasikan keinsyafan dan kerendahan hati Insan Indonesia bahwa keberhasilan yang secara lahiriah dikerjakan oleh manusia pada hakikatnya secara batiniah berada dalam kendali Allah Yang Maha Kuasa.      

Ditengah kehidupan yang serba individualis yang nihil empati dan kehidupan yang narsis didominasi ke-aku-an dimana keberhasilan dan aneka prestasi dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, berbangsa dan Negara seringkali diklaim sebagai prestasi pribadi sebagai Aku -seraya menegasikan peran orang lain-, maka menumbuhkan  makna atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa bisa menjadi oase dalam kegersangan jiwa yang melanda kehidupan individualis dan narsis baik pada kaum muda maupun kaum tua.   

Kaum muda yang dalam perspektif usia akan melakoni kehidupan lebih panjang dibandingkan dengan kaum tua tentu memiliki tantangan yang lebih berat. Beragam serangan seperti narkoba, miras, sex bebas, perjudian dan beragam penyakit masyarakat (Pekat) lainnya datang silih berganti menyasar kaum muda. Demikian juga ada upaya sistematis menjauhkan kaum muda dari kehidupan religius diganti dengan budaya hedonis, kehidupan individualis dan narsis yang cenderung mengesampingkan peran Tuhan Yang Maha Kuasa.

Jika kehidupan kaum muda yang cenderung hedonis, individualis dan narsis tersebut dibiarkan tanpa ada upaya pengendalian maka potret kaum muda yang diharapkan menjadi penopang Indonesia Emas 2045 bisa jadi ambruk, berubah dari Indonesia Emas menjadi Indonesia Cemas.

Karena itu dalam momentum memperingati hari santri kali ini, kehidupan kaum muda masa kini sebagaimana digambarkan diatas perlu menjadi perhatian bersama. Mengajak kaum muda  untuk melakukan refleksi (muhasabah) terhadap apa peran kaum muda sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia hingga saat ini, pada momentum hari santri maupun hari besar lainnya perlu dilakukan.

Setelah itu kaum mudah perlu diajak melihat lebih dekat (muroqobah) realitas kehiduan bangsa Indonesia dari masa kemasa untuk menimbulkan rasa empati dan tanggungjawab akan masa depan bangsa dan negaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun