Mohon tunggu...
Kaiv
Kaiv Mohon Tunggu... Hoteliers - Hospitality Squad

Blogging

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Menelisik Filosofi Ketupat Lebaran; Kuliner Berbasis Kearifan Lokal

17 April 2023   11:06 Diperbarui: 17 April 2023   11:09 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka untuk impelementasi sikap dan perasaan permohonan maaf tersebut disimbolkan dalam satu bentuk makanan sederhana dekat dengan kehidupan masyarakat yaitu Kupat atau Ketupat sebagai simbol ungkapan rasa  bersalah atau  ngaku lepat. Dan moment saling memafkan dan mengakui kesalahanterkumpul pada  saat hari raya idul Fitri,maka Lebar,Luber,Lebur, dan Labur pada makna yang kedua juga memberi makna serupa yang saling berhubungan. Semua itu terkumpul pada hidangan ketupat atua kupat.

Ketupat dari Janur (daun kelapa muda) yang  secara etimologi berasal dari bahasa Arab ' ja'a nnur' yang artinya telah datang cahaya. Secara  filosofi adalah suatau keadaan hidup yang terang benderang. Hati yang saling memafkan,saling mencintai,menyayangi akan melahirkan  cahaya di dalam hati manusia.

Beras adalah makanan pokok sebagaian msayarakat Indonesia, yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Putih  lambang kesucian yang kemudian diikat dalam simpul-simpul janur yang kuat,bersilangan dan terkesan rumit. Hal ini memiliki makna agar tali silaturahmi,ikatan batin dan hati yang suci itu gar kuat tidak rapuh 

Lantas hidangan ketupat berpadu satu di meja makan dengan lauk  bersantan,  umumnya dengan opor ayam ,santan sama-sama berasal dari kelapa  diperas dan menhasilkan warna putih. 

Ini bukan cocoklogi, namun jika dilihat dari pendekatan pola budaya bangsa kita yang cenderung bertipe high context   di mana pranata sosial yang berlaku selalu mengedepankan  unsur kearifan lokal,bisa jadi hal ini dapat diterima.Namun apapun pemahamannya kiranya tidak menghilangkan esensi dari  esensi Lebaran itu sendiri, yaitu kembali menjadi manusia yang paripurna mengetahui tugas dan fungsinya sebagai hamba Tuhan sejati, yaitu mengabdi**

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun