Mohon tunggu...
Kaiv
Kaiv Mohon Tunggu... Hoteliers - Hospitality Squad

Blogging

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Menelisik Filosofi Ketupat Lebaran; Kuliner Berbasis Kearifan Lokal

17 April 2023   11:06 Diperbarui: 17 April 2023   11:09 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Salah satu ciri bangsa,masyarakat atau entitas budaya dengan dimensi budaya  konteks tinggi (high context) menurut  teori Edward Hall adalah cara berkomunikasi masyarakat tersebut dengan kelompoknya yang tidak langsung. Komunikasi dilakukan secara implisit,tidak langsung dan tidak vulgar. Pesan-pesan komunikatif dilakukan secara non verbal melalui media-media secara tersembunyi .

Dalam tatanan masyarakat tempo dulu, pesan-pesan komunikasi banyak mengandung makna dan sarat filosofi . Melalui  gestur tubuh, penggunaan pakaian, penataan ruangan,dan penyajian makanan.

Dalam  komunikasi  high context culture   mengharuskan pendengar,lawan bicara menyimpulkan dan menafsirkan simbol atau siloka di balik itu semua. 

Lalu apa hubungannya dengan ketupat lebaran? Ini yang akan kita bahas.

Sudah berpuluh bahkan mungkin beratus tahun lamanya, kudapan  yang bernama ketupat ini menjadi bagian tak terpisahkan dalam khasanah kuliner Indonesia.  Namun kemunculannya bersifat seasonal,artinya berdasarkan moment tertentu, seperti pesta,upacara adat dan yang lebih kental eksistensinya adalah di saat umat muslim merayakan Lebaran.

Catatan-catatan  mengenai cikal bakal ketupat atau kupat, secara teoritis  belum penulis temukan.Namun beberapa literasi yang menyatakan bahwa ketupat sudah ada muncul di tanah Jawa sejak abad ke-15 ,pada  masa kerajaan Demak. Ada juga sumber yang menyatakan bahwa  makanan yang satu ini  muncul sejak masa Sunan Kalijaga. Benarkah? Ini perlu ditelisik secara ilmiah.

 Pertanyaannya adalah kenapa pada saat hari raya Idul Fitri atau Lebaran,kuliner ini banyak diburu dan nyaris ada disetiap rumah,umat muslim yang merayakannya. Di luar konteks, penjual ketupat sayur,lontong atau ketupat tahu harian yang ada di kedai-kedai.

Massive,sistematis ,sporadis dan wajib adanya., mungkin  ungkapan yang tepat ketupat di bulan Syawal,Hari Raya Idul Fitri ini. Apa hubungannya dengan ini semua?

Penelusuran  secara etimologi kata  ketupat atau kupat berasal  memiliki dua makna, yang pertama  kata Kupat  adalah akronim dari "Ngaku Lepat" yang berarti mengakui kesalahan.  Yang kedua kupat  bermakna"Laku Papat" atau melakukan hal yang empat,yaitu Lebaran,Luberan,Leburan dan Laburan.  

Lebaran menandakan usai nya menjalankan puasa, Luberan berati saling memberi,berderma, Leburan artinya saling melebrukan dosa dan kesalahan dan Laburan ditandai dengan pembersihan ruangan-ruangan dengan cara dilabur atau dicat.

Jika dikaitkan dengan moment  hari raya idul fitri, makna ini memiliki hubungan yang  sarat filosofi. Pasca ramadhan, setelah selesai menjalankan puasa ( ibadah secara vertikal  kepada Maha Pencipta), ditutup dengan permohonanan maaf kepada sesama manusia. Jika dikaitkan dengan model dimensi  budaya high context,  masyarakat timur seperti Indonesia umumnya,  khususnya masyarakat di tanah Jawa cenderung implisit, selalu menjaga perasaan lawan bicara sehingga ungkapan-ungkapan yang muncul dilambagkan dingan simbol atau siloka. 

Maka untuk impelementasi sikap dan perasaan permohonan maaf tersebut disimbolkan dalam satu bentuk makanan sederhana dekat dengan kehidupan masyarakat yaitu Kupat atau Ketupat sebagai simbol ungkapan rasa  bersalah atau  ngaku lepat. Dan moment saling memafkan dan mengakui kesalahanterkumpul pada  saat hari raya idul Fitri,maka Lebar,Luber,Lebur, dan Labur pada makna yang kedua juga memberi makna serupa yang saling berhubungan. Semua itu terkumpul pada hidangan ketupat atua kupat.

Ketupat dari Janur (daun kelapa muda) yang  secara etimologi berasal dari bahasa Arab ' ja'a nnur' yang artinya telah datang cahaya. Secara  filosofi adalah suatau keadaan hidup yang terang benderang. Hati yang saling memafkan,saling mencintai,menyayangi akan melahirkan  cahaya di dalam hati manusia.

Beras adalah makanan pokok sebagaian msayarakat Indonesia, yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Putih  lambang kesucian yang kemudian diikat dalam simpul-simpul janur yang kuat,bersilangan dan terkesan rumit. Hal ini memiliki makna agar tali silaturahmi,ikatan batin dan hati yang suci itu gar kuat tidak rapuh 

Lantas hidangan ketupat berpadu satu di meja makan dengan lauk  bersantan,  umumnya dengan opor ayam ,santan sama-sama berasal dari kelapa  diperas dan menhasilkan warna putih. 

Ini bukan cocoklogi, namun jika dilihat dari pendekatan pola budaya bangsa kita yang cenderung bertipe high context   di mana pranata sosial yang berlaku selalu mengedepankan  unsur kearifan lokal,bisa jadi hal ini dapat diterima.Namun apapun pemahamannya kiranya tidak menghilangkan esensi dari  esensi Lebaran itu sendiri, yaitu kembali menjadi manusia yang paripurna mengetahui tugas dan fungsinya sebagai hamba Tuhan sejati, yaitu mengabdi**

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun