Namanya tidak asing lagi bagi keluarga besar LPP RRI , sebab wanita yang lama di Kantor Pusat RRI ini memiliki peran didalam memajukan RRI sejak UPT , Perjan sampai kepada LPP . Ketika di jaman Perjan RRI ia banyak berkecimpung dibidang siaran terutama menangani kerjasama RRI dengan lembaga Penyiaran luar Negeri termasuk dengan Radio Swedia . Ia juga lama di SLN ( Siaran Luar Negeri ) Voice Of Indonesia , dalam meningkatkan kualitas siaran yang ditujukan kepada masyarakat Luar Negeri guna meningkatkan Citra Indonesia . Dalam mutasi tahun 2005/2006 Awanda Erna mendapat tugas baru diluar SLN , antara lain di RRI Jakarta sebagai Kepala Bidang . Awanda Erna kemudian dipromosikan sebagai pejabat eselon II/b dan ditempatkan sebagai Kepala Pusat Litbangdiklat LPP RRI di Radio Dalam Jakarta . Tugasnya sangat berat yaitu meningkatkan kualitas SDM LPP RRI melalui pendidikan dan Pelatihan di berbagai bidang mulai bidang siaran , teknologi , administrasi , Layanan dan Pengembangan Usaha , dan bidang keuangan . Disamping itu ia juga mendapat tugas dalam menyiapkan pendidikan jenjang bagi para pejabat yang meliputi Diklatpim IV , Diklatpim III dan Diklatpim II dikalangan LPP RRI . Di tempat ia bertugas sekarang Awanda juga akan lebih mengoptimalkan pengembangan dan peneltian , sebab bagaimanapun diperlukan suatu penelitian di berbagai bidang untuk mengetahui bagaimana RRI dikalangan pendengarnya atau masyarakat pada umumnya .
Arianti Astuti ( Kepala RRI Madiun ) .
Ia lama sebagai karyawan RRI Jayapura di Papua . Sebagai reporter RRI yang saat itu memegang jabatan Kasi Reportase Ary , panggilan akrabnya , harius mampu menyesuaikan diri dengan kondisi Papua yang penuh dengan tantangan . Pernah dalam kapasitasnya sebagai reporter , ia harus melakukan liputan ke Markas utama Theys Eluway bersama Sahbana Bahdar yang juga menjadi reporter . Sebagai wanita rasa takut wajar berkecamuk dibenaknya , sebab saat memasuki markas itu disepanjang jalur yang dilalui pengawal-pengawal Theys Eluway berjaga-jaga dengan senjata seperti panah dan senjata tajam lainnya . Ia sempat merinding tetapi karena tugas maka ia harus sampai ke markas Pimpinan Papua itu untuk melakukan wawancara yang ditugaskan .
Wanita cantik istri seorang pengusaha ini rendah hati . Tidak pernah muncul kalimat atau kata keras terhadap anak buahnya ketika bertugas di Jayapura maupun di tempat lain seperti Madura dan Madiun . Lama malang melintang di Papua , Ary Astuti lalu dipromosikan sebagai Kepala RRI Sumenep di Madura sebagai salah satu wilayah yang memiliki karakteristik tersendiri . Sumenep yang sangat santun didalam bersikap , tidak merupakan hal baru bagi Ary sebab ia juga orang Jawa yang memiliki tata krama yang menjunjung tinggi kesantunan . Cara mengatasi masalah
menyebabkan ia dekat dengan semua karyawannya termasuk karyawan yang dinilai keras . Dari Yogyakarta Ari dipindahkan ke Madiun . Pada peringatan 1 Suro , Ary menggelar pekan Suro antara lain menyelenggarakan acara Ruwatan dan berbagai pagelaran seni .
Sofrani Razak ( Kepala RRI Sungai Liat ).
Ini juga termasuk wanita besi dari Makassar . Ia dibesarkan di RRI sebagai wartawati yang tangguh . Ketika mendapat tugas melakukan liputan Haji tahun 1997 ia memperlihatkan kemampuan sebagai seorang jurnalis . Tidak banyak waktu istirahat baginya dalam liputan Haji , tetapi hal itu merupakan kepuasan bathin tersendiri bagi Sofrani Razak . Mendaki Jabal Nur di Mekkah untuk berziarah ke Gua Hiro dimana Nabi Muhammad Menerima Wahyu pertama tidak sulit baginya . Sebagai orang yang dibesarkan di Kota Makassar , Sofrani Razak terbuka . Ia katakan salah kalau memang menurut dia hal itu salah . Dan ia tidak pelit memuji orang ketika orang itu memiliki prestasi dan kemampuan . Lama ia malang melintang di Pemberitaan RRI Makassar bersama Perdy Kusno yang sekarang Kabid Programa Siaran RRI Makassar setelah setahun memegang posisi Kabid Pemberitaan RRI Surabaya . Ketia Sofrani sebagai Kasi dibawah Kabid Pemberitaan RRI Makassar Minaryo yang saat ini Kepala RRI Denpasar Bali . Prestasinya di Makassar sebagai Kepala Bidang Pemberitaan membawa wanita lajang ini mendapat promosi sebagai Kepala RRI Sungai Liat di Bangka Belitung . Ia termasuk baru di Sungailiat , tetapi menggagas berbagai kegiatan seperti studio terapung dan Go Green untuk membantu masyarakat tetap melestarikan lingkungannya .Bahkan dalam kontribusi berita untuk Pusat Pemberitaan tahun 2010 menempati ranking teratas di seluruh stasiun RRI .
Sumarlina ( Kepala RRI Jember ) .
Wanita yang satu ini adalah asli Madura , Ia lahir dan dibesarkan di Sumenep sebagai salah satu daerah yang sangat santun didalam pergaulan . Di Sumenep orang hampir tidak pernah menunjukkan sesuatu dengan telunjuk , tetapi yang digunakan ibu jari ( Jempol ) . Itulah lingkungan dimana Sumarlina dibesarkan . Lama ia menimba pengalaman di RRI Sumenep dibidang siaran dan Layanan Usaha . Pada saat memegang posisi kepala Seksi Pemasaran dan Pengembangan Usaha ( PPU ) Perjan RRI Sumenep ia berusaha menggali pemasaran tidak saja di Sumenep , tetapi di Malang , Jember dan Surabaya . Sumarlina juga mencoba melakukan kerjasama pemasaran dengan Radio Swasta dan ternyata banyak meningkatkan pemasukan Iklan bagi RRI Sumenep.
Dari Sumenep ia diangkat sebagai Kepala Bidang Layanan dan Usaha ( LU) LPP RRI Jakarta . Baginya tugas di Jakarta merupakan perubahan besar sebab dari Stasiun kecil lalu merambah ke Stasiun di Ibukota Negara Jakarta . Tentunya tidak mudah baginya untuk menyesuaikan tugas . Tetapi wanita tangguh yang satu ini tidak mau menyerah . Direksi melihat prestasinya yang cukup bagus sehingga sempat diprogramkan sebagai Kepala RRI pada tahun 2009 . Namun jabatan sebagai kepsta diperolehnya pada penghujung tahun 2010 di RRI Jember Jawa Timur . Dengan tekad keras ia mencoba membuat kejutan kejutan besar untuk memberi arti bagi keberadaan RRI di Jember . Salah satunya adalah gagasan " Rumah " bagi generasi Muda di wilayah itu . Sumarlina dan jajarannya menjadikan RRI Jember sebagai " Rumah " bagi kaula muda . Artinya RRI dijadikan pusat kegiatan kaula muda dan pemberdayaan masyarakat .Dan pada Pekan Kreatif bulan ini Sumarlina menjadikan RRI sebagai " Rumah Rakyat " untuk berkreasi .
Saraswati ( Kepala RRI Surakarta ) .