Mohon tunggu...
Azzriel Bintang Tegar Ichsani
Azzriel Bintang Tegar Ichsani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hello! I am Tegar A Second-year Undergraduate ocean engineering at Sepuluh Nopember Institute of Technology. Outside of studies, I actively participated in several organizations, where developed teamwork, leadership and communications skills. Interested in event organizing, communications, marketing, and partnership. Have a strong determination to learn new things and consistenly seek oppurtunities for personal and professional growth.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Proses Erosi Pantai dan Strategi Pengendalian Ekosistem Hutan Bakau

7 Oktober 2024   20:12 Diperbarui: 8 Oktober 2024   00:26 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

            Indonesia adalah negeri yang indah dan terdiri atas banyak kepulauan. Namun, di balik keindahan itu, air laut, angin, dan manusia membuat garis pantai makin terkikis. Erosi pantai terjad dengan cepat dan menggerus pasir dan tanah pantai. Per tahun, pantai kita terkikis antara 5 hingga 20 cm. Perlu diketahui, banyak bagian dari wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau kecil. Erosi pantai adalah suatu hal yang sering terjadi di daerah kepulauan. Daerah yang memiliki garis pantai. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan hal ini bisa terjadi. Salah satunya adalah kelangkaan pohon bakau. Pohon bakau yang menjadi komponen utama penyangga pantai banyak dibabat. Air laut dan angin bisa leluasa menggerus pantai. Jika dampaknya tidak bisa dirasa sekarang, efeknya akan terlihat beberapa tahun kemudian. Hal yang diperlukan adalah menumbuhkan kesadaran semua orang tentang hal ini. Selain itu, manusia juga menjadi penyebab terjadinya erosi pantai. Faktor tidak meratanya penyebaran penduduk serta serakahnya mereka dalam mengeruk sumber daya alam menjadi penyebab juga. Pasir yang menjadi pembatas antara laut dan darat ditambang dengan membabi buta sehingga membuat pantai menjadi menyusut. Manusia- manusia membangun banyak hunian di pantai, yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan tanah di lokasi tersebut.

           Hal yang perlu dilakukan sekarang adalah menumbuhkan kecintaan terhadap pantai dan segala yang ada di sekitarnya, yang bisa menyelamatkannya dari erosi pantai yang terus menggerus. Selain itu,juga diperlukan tindakan nyata untuk mencegah yang sudah terjadi agar tidak diteruskan lagi. Misalnya adalah membatasi segala aktivitas pembangunan di pesisir, minimal dengan pengawasan ketat. Contoh lainnya adalah memperketat izin pembuatan tambak. Juga perlunya upaya peremajaan hutan bakau agar erosi yang terus mengikis pantai bisa dihentikan segera.

           Menurut Badan Informasi Geospasial (BIG), total panjang garis pantai Indonesia adalah 99.093 kilometer. Namun, garis pantai Indonesia menyusut seiring dengan menyusutnya daratan di beberapa tempat. Penyusutan ini disebabkan oleh manusia maupun secara alami.Fenomena ini menjadi salah satu penyebab ber- kurangnya wilayah daratan, terutama di wilayah Indonesia, yang merupakan negara maritim dan negara kepulauan. Hampir sebagian besar wilayahnya dikelilingi pantai.

            Erosi pantai adalah erosi yang disebabkan oleh empasan gelombang laut. Erosi pantai ini akan "memukul tebing-tebing" daratan yang berbatasan dengan pantai. Akibatnya, tebing di sepanjang pantai pun runtuh sedikit demi sedikit. Pemadatan tanah yang terjadi saat terjadi aktivitas gelombang, arus laut, serta pasang surut air laut tersebut berakibat pada penurunan permukaan tanah dan tergenangnya permukaan tanah oleh air laut. Akibatnya, garis pantai mengalami perubahan. Suatu daratan atau pantai mengalami erosi pantai jika angkutan sedimen pada suatu titik lebih besar dari jumlah sedimen yang terbawa oleh air ke luar titik tersebut. Erosi pantai didefinisikan sebagai proses mundurnya garis pantai akibat tidak adanya keseimbangan pasokan dan kapasitas angkutan sedimen.

 

 

Penyebab Erosi Pantai

Faktor Alami

  • Gelombang Laut: Gelombang yang terus-menerus menerpa pantai membawa energi yang cukup besar untuk mengikis material pantai seperti pasir dan batuan.
  • Arus Laut: Arus laut yang kuat dapat mengangkut sedimen pantai dan mengendapkannya di tempat lain, sehingga mengurangi volume pasir di pantai.
  • Pasang Surut: Perbedaan tinggi permukaan air laut antara pasang dan surut menyebabkan abrasi pada garis pantai.
  • Angin: Angin kencang dapat membawa partikel pasir dan menghempaskannya ke pantai, sehingga mempercepat proses erosi.
  • Badai: Badai dengan gelombang tinggi dan angin kencang dapat menyebabkan erosi pantai dalam skala besar dalam waktu singkat.
  • Perubahan Tingkat Air Laut: Kenaikan atau penurunan permukaan air laut akibat perubahan iklim dapat mempengaruhi garis pantai dan mempercepat atau memperlambat proses erosi.
  • Proses Geologi: Proses geologi seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, dan longsoran bawah laut dapat menyebabkan perubahan bentuk pantai dan memicu terjadinya erosi.

Faktor Manusia

  • Pembangunan di Pantai: Pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, hotel, dan jalan di sepanjang pantai dapat mengganggu aliran sedimen alami dan mempercepat erosi.
  • Penambangan Pasir: Pengambilan pasir pantai secara berlebihan untuk keperluan konstruksi akan mengurangi volume pasir di pantai dan mempercepat proses erosi.
  • Pengerukan: Kegiatan pengerukan di laut dapat mengubah pola arus dan gelombang, sehingga mempengaruhi sedimentasi di pantai.
  • Perusakan Hutan Mangrove: Hutan mangrove berfungsi sebagai penahan gelombang dan melindungi pantai dari erosi. Penebangan hutan mangrove akan memperparah masalah erosi.
  • Pembangunan Tanggul Laut: Pembangunan tanggul laut yang tidak tepat dapat mengubah pola arus dan gelombang, sehingga menyebabkan erosi pada pantai di sekitarnya

Ekosistem Hutan Bakau

Ekosistem hutan bakau (mangrove) merupakan komunitas tumbuhan yang melindungi daerah pesisir tropis dan subtropis darigelombang, badai, tsunami, dan erosi . Penamaan hutan bakau berdasarkan penjelasan Djohan dkk. (2015) mengenai penyebutan oleh nenek moyang BangsaIndonesia untuk hutan di daerah rawa pasang surut muara sungai dan pantai. Sedangkan kata "mangrove"berasal dari kata "mangue" untuk pohon dalam bahasa portugis, dan grove untuk tegakan dalam bahasa Inggris (Mitsch dan Gosselink 2000). Peran hutan bakau sebagai pelindungi pantai karena system perakaran dan batang vegetasi bakau yang dapat mereduksi kuat arus dan energi gelombang. Struktur hutan bakau spesies Sonneratia dengan ketebalan 100 m, sistem perakarannya mampu mereduksi energi gelombang hingga 45%, bahkan ketika tinggi gelombang hingga tajuk maka susunan daunnya mampu mereduksinya hingga 50%

        Efisiensi mereduksi energi gelombang oleh hutan bakau tergantung pada spesies penyusun ekosistem, kondisi komunitas vegetasi, kedalaman air, dan kondisi gelombang yang terjadi yang saling bersinergis. Hutan bakau juga berfungsi menjaga kualitas air serta mendukung perikanan di ekosistem pesisir dan lepas pantai . Selain itu, hutan bakau bermanfaat langsung sebagai sumber bahan makanan, bahan bangunan, bahan bakar, dan bahan obat-obatan. Valuasi peran hutan bakau menjaga kestabilan lahan dan melindungi pantai tererosi di Thailand diprediksi sebesar US$ 11,67 m-1 dengan ketebalan vegetasi hutan bakau 75 m. Nilai ini lebih menguntungkan daripada mengkontruksi bangunan pemecah gelombang berbiaya US$ 875 m-1. Keuntungan finansial bersih dari tambak udang selama lima tahun di Thailand bervariasi antara US$7700 -- 8300 ha-1tahun -1. Namun dampak dari konstruksi tambak yaitu kondisi tanah sangat asam, padat, dan miskin hara sehingga sulit untuk kegunaan lainnya. Setiap 1km2 tambak intensif minimal merusakan 1,44 km2 ekosistem hutan bakau.dengan waktu merestorasi hutan bakau pasca tambak selama 6 -- 20 tahun. Berarti, umur merestorasi hutan bakau pasca tambak lebih besar 400% daripada umur produktifnya. Pembukaan ekosistem hutan bakau yang sangat luas dapat mengurangi jumlah dan kualitas benih alami untuk budidaya tambak, serta masuknya spesies baru intruder dan membawa penyakit kedalam ekosistem.

Penanggulangan Erosi

Penanggulangan erosi dapat menggunakan upaya rekayasa sipil, penghijauan dan pendekatan sosial. Rekayasa sipil seperti dinding pantai (seawall), tameng pantai (revetment), sekat pantai (bulkhead), groin, jetty, dan pemecah gelombang (breakwaters). Pembuatan bangunan pantai harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik setempat, karena kesalahan dalam suatu konstruksi mengakibatkan kerugian yang lebih besar. Menurut Badola dan Husain  besarnya biaya merenovasi setiap rumah akibat badai dan gelombang di permukiman pantai yang terlindungi: hutan bakau, bangunan pelindung pantai, dan tanpa perlindungan pantai, berurutan US$33.31; US$ 44.02 dan US$153.74. Akibat salah mendisain bangunan pelindung pantai tersebut menyebabkan biaya dampak sosial ekonomi pasca bencana lebih parah di permukiman yang terlindungi bangunan pantai daripada permukiman yang terlindungi hutan bakau dan tanpa perlindungan. Hal ini karena tertahannya aliran air surut sehingga menggenangi dan merusak persawahan dan permukiman. Di Cina, dinding pantai dan revetment sangat efektif untuk menghentikan erosi pantai skala lokal, namun upaya ini hampir pasti mengubah besaran transport sedimen sepanjang pantai, dan hasilnya adalah erosi yang lebih parah. Bahkan bangunan pantai di Taiwan yang dirancang untuk melindungi pantai selama 50 tahun, saat ini tidak berfungsi dengan baik karena beberapa lokasi pantai terjadi erosi yang parah walaupun ada bangunan pantainya. Prediksi dan manajemen evolusi garis pantai dibutuhkan untuk melindungi pantai, dengan perhitungan jangka panjang dan pendek pengaruhnya sebagai bahan pertimbangan akan ada atau tanpa bangunan pantai Selain itu, pembuatan breakwaters untuk melindungi pantai Bongpyeong, di Korea Selatan bukan cara yang terbaik untuk melindungi erosi pantai karena membuat erosi disisi pantai yang lain

Rehabilitasi Ekosistem Hutan Bakau 

Rehabilitasi hutan bakau merupakan upaya untuk mengembalikan fungsi hutan bakau seperti semula, umumnya dengan penanaman. Berbagai upaya telah dilakukan untuk merehabilitasi hutan bakau sehingga mempunyai fungsi seperti semula, yang tergantung pada tujuan dan metode pendekatannya. Menurut Field (1998) ada tiga metode pendekatan merehabilitasi hutan bakau berdasarkan tujuannya yaitu 1) metode konservasi dan pembentukan bentang lahan bertujuan mengembalikan nilai konservasi atau bentuk lahan suatu wilayah. 2) Metode sistem multiguna untuk kelestarian hasil, pendekatan ini hanya dilakukan jika degradasi hutan bakau telah mempengaruhi kegunaan lahan. 3) Metode perlindungan daerah pesisir berupa penanaman hutan bakau di daerah yang rawan badai, angin ribut, pasang surut, dan erosi untuk menjaga kestabilan lahan dan perlindungan pantai. Kriteria pengukuran kesuksesan kegiatan rehabilitasi hutan bakau adalah efektivitas, tingkat biodiversitas hayati dan efisiensi. Namun demikian, tingkat keberhasilan rehabilitasi hutan bakau di berbagai negara berkembang tidak lebih dari 20%. Kegagalan rehabilitasi hutan bakau -- Beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan rehabilitasi hutan bakau adalah pemilihan lokasi penanaman yang tidak sesuai, penggunaan spesies tanaman yang tidak tepat untuk penanaman, kurangnya pengetahuan silvikultur petugas lapangan, dan kurangnya koordinasi yang baik antar pemerintahpenyandang dana-masyarakat. Seorang pakar menambahkan bahwa kegagalan tersebut terjadi karena program rehabilitasi lebih berorientasi pada kepentingan manusia, kekurangan semai alami, sampah dan gangguan dinamika hidrologi di lokasi penanaman, serta kurangnya publikasi informasi dan referensi kegagalan rehabilitasi terdahulu. Mengkonservasi hutan bakau mempunyai nilai manfaat jangka panjang yang lebih besar daripada nilai finansial eksploitasi hutan bakau menjadi tambak, pembuatan bendungan dan kegunaan lain dalam jangka pendek . Kerusakan lingkungan pantai di negara tropis: erosi pantai dan ekosistem hutan bakau; pada prinsipnya terjadi secara alami. Kerusakan lingkungan pantai diperparah oleh prilaku ekonomi manusia dalam memperluas lahan pertanian, permukiman, jaringan jalan, dan pertambakan di ekosistem pantai dan hutan bakau yang memiliki kerentanan terhadap gangguan yang ekstrim. Dampak kerusakan lingkungan pantai akibat perilaku manusia tersebut menyebabkan jaringan jalan, sarana -- prasarana publik, permukiman, lahan pertanian, dan pertambakan yang telah dibangun menjadi rusak, bahkan hilang tergerus abrasi pantai. Rusak dan hilangnya aksesibilitas jalan, sarana -- prasarana publik, serta harta kepemilikan merupakan salah satu faktor utama menurunnya tingkat sosial ekonomi masyarakat pesisir. Upaya penanggulangan erosi pantai dan rehabilitasi ekosistem hutan bakau membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit, sehingga keuntungan ekonomi sesaat dapat berdampak pada kesengsaraan kehidupan manusia pada waktu yang lama pada masa yang akan datang.

KESIMPULAN 

Sistem di alam dapat berjalan secara alamiah membentuk kesetimbangan, sehingga tidak dikenal konsep kerusakan lingkungan karena faktor alam. Kerusakan lingkungan terjadi karena ulah campur tangan manusia yang mengakibatkan kesetimbangan alam terganggu. Disamping itu, konsep kerusakan lingkungan yang lebih dikenal apabila gangguan yang terjadi pada alam berimplikasi terhadap kehidupan manusia. Apabila gangguan manusia melebihi daya dukung lingkungan alam maka alam tidak mampu untuk merehabilitasi secara alami, sehingga dibutuhkan campur tangan manusia untuk memperbaiki alam tersebut. Namun kurangnya informasi, lemahnya metode yang tepat, tidak adanya kajian strategi penanggulangan kerusakan lingkungan jangka pendek -- panjang, konflik antar institusi dan ketidak sinergisan antar komponen masyarakat; serta lebih dominannya kepentingan ekonomi manusia sesaat, mengakibatkan upaya rehabilitasi kerusakan lingkungan menyebabkan kerusakan lingkungan yang lebih parah

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun