Mohon tunggu...
Azzriel Bintang Tegar Ichsani
Azzriel Bintang Tegar Ichsani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hello! I am Tegar A Second-year Undergraduate ocean engineering at Sepuluh Nopember Institute of Technology. Outside of studies, I actively participated in several organizations, where developed teamwork, leadership and communications skills. Interested in event organizing, communications, marketing, and partnership. Have a strong determination to learn new things and consistenly seek oppurtunities for personal and professional growth.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Proses Erosi Pantai dan Strategi Pengendalian Ekosistem Hutan Bakau

7 Oktober 2024   20:12 Diperbarui: 8 Oktober 2024   00:26 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

        Efisiensi mereduksi energi gelombang oleh hutan bakau tergantung pada spesies penyusun ekosistem, kondisi komunitas vegetasi, kedalaman air, dan kondisi gelombang yang terjadi yang saling bersinergis. Hutan bakau juga berfungsi menjaga kualitas air serta mendukung perikanan di ekosistem pesisir dan lepas pantai . Selain itu, hutan bakau bermanfaat langsung sebagai sumber bahan makanan, bahan bangunan, bahan bakar, dan bahan obat-obatan. Valuasi peran hutan bakau menjaga kestabilan lahan dan melindungi pantai tererosi di Thailand diprediksi sebesar US$ 11,67 m-1 dengan ketebalan vegetasi hutan bakau 75 m. Nilai ini lebih menguntungkan daripada mengkontruksi bangunan pemecah gelombang berbiaya US$ 875 m-1. Keuntungan finansial bersih dari tambak udang selama lima tahun di Thailand bervariasi antara US$7700 -- 8300 ha-1tahun -1. Namun dampak dari konstruksi tambak yaitu kondisi tanah sangat asam, padat, dan miskin hara sehingga sulit untuk kegunaan lainnya. Setiap 1km2 tambak intensif minimal merusakan 1,44 km2 ekosistem hutan bakau.dengan waktu merestorasi hutan bakau pasca tambak selama 6 -- 20 tahun. Berarti, umur merestorasi hutan bakau pasca tambak lebih besar 400% daripada umur produktifnya. Pembukaan ekosistem hutan bakau yang sangat luas dapat mengurangi jumlah dan kualitas benih alami untuk budidaya tambak, serta masuknya spesies baru intruder dan membawa penyakit kedalam ekosistem.

Penanggulangan Erosi

Penanggulangan erosi dapat menggunakan upaya rekayasa sipil, penghijauan dan pendekatan sosial. Rekayasa sipil seperti dinding pantai (seawall), tameng pantai (revetment), sekat pantai (bulkhead), groin, jetty, dan pemecah gelombang (breakwaters). Pembuatan bangunan pantai harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik setempat, karena kesalahan dalam suatu konstruksi mengakibatkan kerugian yang lebih besar. Menurut Badola dan Husain  besarnya biaya merenovasi setiap rumah akibat badai dan gelombang di permukiman pantai yang terlindungi: hutan bakau, bangunan pelindung pantai, dan tanpa perlindungan pantai, berurutan US$33.31; US$ 44.02 dan US$153.74. Akibat salah mendisain bangunan pelindung pantai tersebut menyebabkan biaya dampak sosial ekonomi pasca bencana lebih parah di permukiman yang terlindungi bangunan pantai daripada permukiman yang terlindungi hutan bakau dan tanpa perlindungan. Hal ini karena tertahannya aliran air surut sehingga menggenangi dan merusak persawahan dan permukiman. Di Cina, dinding pantai dan revetment sangat efektif untuk menghentikan erosi pantai skala lokal, namun upaya ini hampir pasti mengubah besaran transport sedimen sepanjang pantai, dan hasilnya adalah erosi yang lebih parah. Bahkan bangunan pantai di Taiwan yang dirancang untuk melindungi pantai selama 50 tahun, saat ini tidak berfungsi dengan baik karena beberapa lokasi pantai terjadi erosi yang parah walaupun ada bangunan pantainya. Prediksi dan manajemen evolusi garis pantai dibutuhkan untuk melindungi pantai, dengan perhitungan jangka panjang dan pendek pengaruhnya sebagai bahan pertimbangan akan ada atau tanpa bangunan pantai Selain itu, pembuatan breakwaters untuk melindungi pantai Bongpyeong, di Korea Selatan bukan cara yang terbaik untuk melindungi erosi pantai karena membuat erosi disisi pantai yang lain

Rehabilitasi Ekosistem Hutan Bakau 

Rehabilitasi hutan bakau merupakan upaya untuk mengembalikan fungsi hutan bakau seperti semula, umumnya dengan penanaman. Berbagai upaya telah dilakukan untuk merehabilitasi hutan bakau sehingga mempunyai fungsi seperti semula, yang tergantung pada tujuan dan metode pendekatannya. Menurut Field (1998) ada tiga metode pendekatan merehabilitasi hutan bakau berdasarkan tujuannya yaitu 1) metode konservasi dan pembentukan bentang lahan bertujuan mengembalikan nilai konservasi atau bentuk lahan suatu wilayah. 2) Metode sistem multiguna untuk kelestarian hasil, pendekatan ini hanya dilakukan jika degradasi hutan bakau telah mempengaruhi kegunaan lahan. 3) Metode perlindungan daerah pesisir berupa penanaman hutan bakau di daerah yang rawan badai, angin ribut, pasang surut, dan erosi untuk menjaga kestabilan lahan dan perlindungan pantai. Kriteria pengukuran kesuksesan kegiatan rehabilitasi hutan bakau adalah efektivitas, tingkat biodiversitas hayati dan efisiensi. Namun demikian, tingkat keberhasilan rehabilitasi hutan bakau di berbagai negara berkembang tidak lebih dari 20%. Kegagalan rehabilitasi hutan bakau -- Beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan rehabilitasi hutan bakau adalah pemilihan lokasi penanaman yang tidak sesuai, penggunaan spesies tanaman yang tidak tepat untuk penanaman, kurangnya pengetahuan silvikultur petugas lapangan, dan kurangnya koordinasi yang baik antar pemerintahpenyandang dana-masyarakat. Seorang pakar menambahkan bahwa kegagalan tersebut terjadi karena program rehabilitasi lebih berorientasi pada kepentingan manusia, kekurangan semai alami, sampah dan gangguan dinamika hidrologi di lokasi penanaman, serta kurangnya publikasi informasi dan referensi kegagalan rehabilitasi terdahulu. Mengkonservasi hutan bakau mempunyai nilai manfaat jangka panjang yang lebih besar daripada nilai finansial eksploitasi hutan bakau menjadi tambak, pembuatan bendungan dan kegunaan lain dalam jangka pendek . Kerusakan lingkungan pantai di negara tropis: erosi pantai dan ekosistem hutan bakau; pada prinsipnya terjadi secara alami. Kerusakan lingkungan pantai diperparah oleh prilaku ekonomi manusia dalam memperluas lahan pertanian, permukiman, jaringan jalan, dan pertambakan di ekosistem pantai dan hutan bakau yang memiliki kerentanan terhadap gangguan yang ekstrim. Dampak kerusakan lingkungan pantai akibat perilaku manusia tersebut menyebabkan jaringan jalan, sarana -- prasarana publik, permukiman, lahan pertanian, dan pertambakan yang telah dibangun menjadi rusak, bahkan hilang tergerus abrasi pantai. Rusak dan hilangnya aksesibilitas jalan, sarana -- prasarana publik, serta harta kepemilikan merupakan salah satu faktor utama menurunnya tingkat sosial ekonomi masyarakat pesisir. Upaya penanggulangan erosi pantai dan rehabilitasi ekosistem hutan bakau membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit, sehingga keuntungan ekonomi sesaat dapat berdampak pada kesengsaraan kehidupan manusia pada waktu yang lama pada masa yang akan datang.

KESIMPULAN 

Sistem di alam dapat berjalan secara alamiah membentuk kesetimbangan, sehingga tidak dikenal konsep kerusakan lingkungan karena faktor alam. Kerusakan lingkungan terjadi karena ulah campur tangan manusia yang mengakibatkan kesetimbangan alam terganggu. Disamping itu, konsep kerusakan lingkungan yang lebih dikenal apabila gangguan yang terjadi pada alam berimplikasi terhadap kehidupan manusia. Apabila gangguan manusia melebihi daya dukung lingkungan alam maka alam tidak mampu untuk merehabilitasi secara alami, sehingga dibutuhkan campur tangan manusia untuk memperbaiki alam tersebut. Namun kurangnya informasi, lemahnya metode yang tepat, tidak adanya kajian strategi penanggulangan kerusakan lingkungan jangka pendek -- panjang, konflik antar institusi dan ketidak sinergisan antar komponen masyarakat; serta lebih dominannya kepentingan ekonomi manusia sesaat, mengakibatkan upaya rehabilitasi kerusakan lingkungan menyebabkan kerusakan lingkungan yang lebih parah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun