Di dalam ruang chat aku temukan kamu yang penuh amarah.
Raut wajahmu tidak terlihat tapi amarahmu semakin tampak.
Di dalam ruang chat
aku adalah notifikasi yang tidak kamu harapkan ketika rindu itu datang.
Kamu salahkan aku yang semakin rindu. Lalu aku salahkan kamu yang tak pernah merindu.
Kamu bilang aku miskin, aku bilang kamu terlalu sering habiskan harta ayah.
Jarimu terus bergelut dengan layar, untuk memastikan kata yang keluar adalah kutukan ter-update untuk diriku.
Di dalam ruang chat yang tak ada ruangan lain aku mulai sesak.
Aku hanya bisa terdiam di dalam ruang chat yang tak bisa kutempati.
Aku ingin keluar dari ruang chat namun foto pfofilmu memakuku.
Ketika aku ingin mengetik untuk mengucapkan selamat malam, yang tertulis adalah air mata tanpa kalimat.