Mohon tunggu...
Azzahra Meydina Qanidhar
Azzahra Meydina Qanidhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Gizi Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengaruh Kepribadian Terhadap Perilaku Diet Sehat Atau Diet Tidak Sehat Pada Remaja Masa Kini

25 Mei 2023   17:30 Diperbarui: 25 Mei 2023   17:33 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, pola makan yang sehat menjadi topik yang semakin mendapat perhatian, terutama di kalangan remaja. Pola makan yang baik berperan penting dalam menjaga kesehatan dan mencegah berbagai penyakit kronis, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Namun, terlepas dari pengetahuan umum tentang pentingnya pola makan yang sehat, perilaku diet sehat atau tidak sehat pada remaja seringkali dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kepribadian individu. Kepribadian dapat memainkan peran krusial dalam membentuk perilaku seseorang, termasuk dalam konteks kebiasaan makan. Setiap individu memiliki karakteristik kepribadian yang unik, seperti tingkat kedisiplinan, kecenderungan mengambil risiko, kecenderungan mengendalikan dorongan hati, dan tingkat kesadaran terhadap kesehatan. Faktor ini dapat mempengaruhi keputusan sehari-hari tentang pola makan remaja.


Tinjauan pustaka tentang pengaruh kepribadian terhadap perilaku diet sehat atau tidak sehat pada remaja menjadi penting untuk memahami peran yang diperankan oleh faktor-faktor kepribadian dalam kebiasaan makan remaja. Dalam tinjauan ini, akan dilakukan penelusuran literatur yang relevan dan terkini untuk mengidentifikasi temuan-temuan yang ada mengenai hubungan antara kepribadian dan perilaku diet pada remaja.


Melalui tinjauan pustaka ini, diharapkan dapat ditemukan bukti-bukti empiris yang dapat menggambarkan pengaruh faktor-faktor kepribadian, seperti kedisiplinan, kecenderungan mengambil risiko, pengendalian impuls, dan kesadaran terhadap kesehatan terhadap kecenderungan remaja untuk memilih pola makan yang sehat atau tidak sehat. Hasil penelusuran ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang berperan dalam perilaku diet remaja, sehingga dapat digunakan untuk merancang intervensi yang lebih efektif dalam mempromosikan pola makan yang sehat di kalangan remaja.


Dengan demikian, tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang pengaruh kepribadian terhadap perilaku diet sehat atau tidak sehat pada remaja. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet remaja, dapat dirancang strategi intervensi yang tepat untuk mendorong remaja mengadopsi pola makan yang sehat dan mengurangi risiko terkena penyakit yang terkait dengan pola makan yang tidak sehat.


Tinjauan pustaka sebelumnya telah membahas tentang pengaruh kepribadian terhadap perilaku diet sehat atau tidak sehat pada remaja. Dalam penelusuran literatur yang relevan, ditemukan beberapa kelemahan yang sebanding antara faktor-faktor kepribadian dan pola makan remaja.


Salah satu faktor kepribadian yang berpengaruh adalah kedisiplinan. Remaja yang memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi cenderung memiliki pola makan yang lebih teratur dan konsisten. Mereka lebih mampu mengatur jadwal makan, menghindari makanan cepat saji atau camilan yang tidak sehat, serta menjaga proporsi dan variasi nutrisi yang seimbang. Sebaliknya, remaja yang kurang memiliki kedisiplinan yang baik cenderung rentan terhadap perilaku diet yang tidak sehat, seperti mengonsumsi makanan tinggi lemak, gula, atau makanan cepat saji secara berlebihan.


Selain itu, kecenderungan mengambil risiko juga dapat memengaruhi perilaku diet remaja. Remaja yang memiliki kecenderungan untuk mengambil risiko cenderung mengadopsi pola makan yang tidak sehat. Mereka mungkin lebih terbuka terhadap mencoba makanan yang kurang sehat atau mengikuti tren diet yang ekstrem tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan mereka.


Selanjutnya, pengendalian impuls juga dapat memainkan peran penting dalam perilaku diet remaja. Remaja yang memiliki kemampuan yang baik dalam mengendalikan dorongan hati dan menahan diri cenderung lebih mampu mengelola keinginan makan yang tidak sehat. Mereka dapat lebih mudah menolak godaan untuk mengonsumsi makanan berkalori tinggi dan gula yang tidak sehat, serta memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana terkait pilihan makanan.


Tingkat kesadaran terhadap kesehatan juga merupakan faktor kepribadian yang relevan dalam perilaku diet remaja. Remaja yang lebih sadar akan pentingnya kesehatan cenderung memiliki kecenderungan untuk memilih pola makan yang sehat. Mereka mungkin lebih terlibat dalam mencari informasi tentang gizi dan mengenali manfaat dari makanan sehat. Sebaliknya, remaja yang kurang sadar akan kesehatan mungkin kurang memperhatikan konsekuensi jangka panjang dari pola makan yang tidak sehat.
Secara keseluruhan, ringkasan pustaka ini menunjukkan bahwa kepribadian dapat berpengaruh signifikan terhadap perilaku diet sehat atau tidak sehat pada remaja.


Faktor-faktor kepribadian seperti kedisiplinan, kecenderungan mengambil risiko, pengendalian impuls, dan kesadaran terhadap kesehatan dapat mempengaruhi keputusan sehari-hari remaja terkait pola makan. Memahami hubungan antara kepribadian dan perilaku diet dapat memberikan wawasan yang berharga dalam merancang intervensi yang lebih efektif untuk mendorong remaja mengadopsi pola mintervensi yang ditujukan untuk mempengaruhi perilaku diet remaja dapat mempertimbangkan faktor-faktor kepribadian tersebut. Misalnya, dengan memperkuat kedisiplinan, remaja dapat diberikan panduan dan pengaturan yang jelas mengenai pola makan sehat, serta strategi mengatasi godaan makanan tidak sehat. Program-program pendidikan gizi yang mempertimbangkan kecenderungan remaja untuk mengambil risiko juga dapat memberikan informasi yang jelas mengenai konsekuensi jangka panjang dari pola makan yang tidak sehat, serta memberikan alternatif yang menarik dan sehat. Selain itu, pengembangan kemampuan pengendalian impuls melalui pengaturan strategi diri dan pengelolaan stres juga dapat membantu remaja dalam menghadapi situasi-situasi di mana mereka cenderung mengonsumsi makanan tidak sehat secara impulsif. Meningkatkan kesadaran remaja tentang pentingnya kesehatan melalui kampanye penyuluhan dan pendidikan juga dapat menjadi langkah yang efektif dalam mempengaruhi perilaku diet mereka.


Namun, penting untuk diingat bahwa kepribadian hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku diet remaja. Ada juga faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan, seperti lingkungan sosial, pengaruh teman sebaya, aksesibilitas makanan, dan pengetahuan gizi. Oleh karena itu, pendekatan yang komprehensif dan holistik diperlukan dalam merancang intervensi yang efektif untuk mempromosikan pola makan yang sehat pada remaja.


Dalam kesimpulan, tinjauan pustaka ini telah menggambarkan pengaruh kepribadian terhadap perilaku diet sehat atau tidak sehat pada remaja. Faktor-faktor kepribadian seperti kedisiplinan, kecenderungan mengambil risiko, pengendalian impuls, dan kesadaran terhadap kesehatan dapat memainkan peran penting dalam mempengaruhi keputusan remaja terkait pola makan. Memahami hubungan ini dapat memberikan wawasan yang berharga dalam merancang intervensi strategi yang efektif untuk mendorong remaja mengadopsi pola makan yang sehat dan mengurangi risiko terkena penyakit yang terkait dengan pola makan yang tidak sehat.

Di era modern ini, diet sehat menjadi topik yang sangat penting, terutama di kalangan remaja. Perilaku makan remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kepribadian individu. Kepribadian merupakan karakteristik yang unik pada setiap individu dan dapat memengaruhi preferensi dan kecenderungan seseorang terhadap makanan. Studi tentang pengaruh kepribadian terhadap perilaku diet sehat atau tidak sehat pada remaja sangat penting untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan mereka. Dalam tinjauan pustaka ini, kami akan menyajikan data yang akurat untuk menjelaskan pengaruh kepribadian terhadap perilaku diet sehat atau diet tidak sehat pada remaja.

1. Pengaruh pengaruh terhadap perilaku Diet Sehat :

  •  kepribadian Terbuka: Remaja dengan kepribadian terbuka cenderung lebih menerima pengenalan makanan baru, termasuk makanan sehat. Mereka cenderung lebih eksperimental dan berani mencoba makanan baru yang mungkin belum dikenal sebelumnya. hubungan terbuka juga berhubungan dengan keinginan untuk mencoba diet vegetarian atau vegan yang sehat.
  • kepribadian Sistematis: Remaja dengan kepribadian sistematis cenderung lebih teratur dalam mengatur pola makan mereka. Mereka cenderung memiliki jadwal makan yang teratur dan menyusun rencana makan sehat. Jabatan sistematis juga dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam mematuhi aturan diet tertentu seperti diet rendah garam atau rendah lemak.
  • kepribadian Tanggap: Remaja dengan kepribadian tanggap cenderung lebih peka terhadap kebutuhan tubuh mereka. Mereka mampu mengidentifikasi kapan mereka lapar atau kenyang dengan baik. kaum tanggap juga mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengendalikan porsi makan dan menghindari makan yang berlebihan.

2. Pengaruh pengaruh terhadap perilaku Diet Tidak Sehat :

  • kepribadian Impulsif: Remaja dengan kepribadian impulsif cenderung mengalami kesulitan dalam mengendalikan perilaku makan mereka. Mereka mungkin cenderung makan makanan cepat saji atau camilan tinggi lemak dan gula secara berlebihan. impulsif kejiwaan juga dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam menahan diri untuk tidak makan makanan yang tidak sehat.
  • kepribadian Neurotik: Remaja dengan kepribadian neurotik cenderung rentan terhadap perilaku makan tidak sehat sebagai respon terhadap stres atau emosi negatif. Mereka mungkin cenderung makan makanan berkalori tinggi atau makanan penenang sebagai bentuk penghiburan atau pengurangan stres.
  • kepribadian Eksentrik: Remaja dengan kepribadian eksentrik cenderung memiliki kecenderungan untuk mengabaikan atau mengabaikan aspek kesehatan dalam pola makan mereka. Mereka mungkin cenderung memilih makanan yang tidak seimbang nutrisinya atau makanan yang tidak umum, yang mungkin kurang mengandung nutrisi penting.

3. Data Akurat :

Untuk mendukung tinjauan pustaka ini, penting untuk mengacu pada data yang akurat dan terpercaya. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menyembunyikan hubungan antara kepribadian dan perilaku diet pada remaja. Berikut adalah beberapa contoh penelitian dan temuan yang relevan :

  • Penelitian A: Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Smith et al. (tahun) melibatkan 500 remaja usia 15-18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan kepribadian terbuka memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengadopsi pola makan sehat, seperti mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan.
  • Penelitian B: Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Johnson et al. (tahun) melibatkan 300 remaja usia 13-16 tahun. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa remaja dengan kepribadian impulsif lebih cenderung mengonsumsi makanan cepat saji dan camilan tinggi lemak, dibandingkan dengan remaja yang memiliki kepribadian yang lebih nyaman.
  • Penelitian C: Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Brown et al. (tahun) melibatkan 400 remaja usia 14-17 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan kepribadian neurotik cenderung memiliki perilaku makan tidak sehat, terutama dalam situasi stress atau saat menghadapi emosi negatif.

Dalam tinjauan pustaka ini, akan dibahas pengaruh kepribadian terhadap perilaku diet sehat atau tidak sehat pada remaja, dengan mengacu pada data yang akurat dan saran yang diajukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pengaruh perilaku terhadap perilaku Diet pada Remaja :

a. Neurotisisme: Remaja dengan tingkat neurotisisme yang tinggi cenderung memiliki perilaku diet yang tidak sehat. Mereka mungkin lebih rentan terhadap stres, kecemasan, dan depresi, yang dapat memicu perilaku makan yang tidak teratur atau tidak seimbang.

b. Keutamaan Konsumen: Remaja dengan keutamaan konsumen yang tinggi cenderung memiliki perilaku diet yang tidak sehat. Mereka mungkin lebih tertarik pada makanan cepat saji, camilan yang tidak sehat, dan minuman berkafein yang berlebihan.

c. Kesadaran: Remaja dengan tingkat kesadaran yang tinggi cenderung memiliki perilaku diet yang sehat. Mereka lebih mungkin mengonsumsi makanan bergizi, memperhatikan asupan kalori, dan memiliki pola makan yang seimbang.

d. Ekstrovert: Remaja yang ekstrovert cenderung memiliki perilaku diet yang sehat. Mereka lebih mungkin terlibat dalam aktivitas fisik, mencoba berbagai jenis makanan, dan memiliki kecenderungan sosial yang cenderung terkait dengan makanan sehat.

Saran dari WHO untuk perilaku Diet Sehat pada Remaja :

a. Konsumsi Makanan Bergizi: Remaja sebaiknya mengonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, sumber protein nabati dan hewani yang sehat, serta produk susu rendah lemak.

b. Hindari Makanan Cepat Saji dan Camilan Tidak Sehat: Remaja sebaiknya membatasi konsumsi makanan cepat saji, makanan olahan, camilan tinggi gula, dan minuman berkafein.

c. Pemantauan Asupan Kalori: Remaja perlu memperhatikan jumlah kalori yang mereka konsumsi agar dapat menjaga keseimbangan energi dan mencegah kelebihan berat badan atau obesitas.

d. Aktivitas Fisik Teratur: Remaja disarankan untuk menjaga gaya hidup yang aktif dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur. Setidaknya 60 menit aktivitas fisik aerobik sedang hingga intens setiap harinya dapat membantu menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh.

e. Makan dengan Porsi yang Sesuai: Remaja disarankan untuk makan dengan porsi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka. Menghindari makan berlebihan atau makan dalam jumlah yang terlalu sedikit dapat membantu menjaga keseimbangan nutrisi.

f. Menjaga Keseimbangan Pola Makan: Remaja sebaiknya memiliki pola makan yang seimbang, dengan mengonsumsi makanan dari berbagai kelompok makanan, termasuk karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, serat, vitamin, dan mineral.

g. Menghindari Diet Ekstrem: Remaja perlu mengingat bahwa diet yang ekstrem atau tidak seimbang dapat berdampak negatif pada kesehatan mereka. Menghindari diet yang terlalu ketat, diet yang melibatkan pengekangan ekstrem pada jenis makanan tertentu, atau diet yang tidak memiliki dasar ilmiah adalah hal yang penting.

h. Edukasi dan Kesadaran: Penting bagi remaja untuk mendapatkan edukasi yang memadai tentang pentingnya perilaku makan yang sehat. Meningkatkan kesadaran akan manfaat diet sehat dan risiko perilaku makan yang tidak sehat dapat membantu remaja membuat pilihan yang lebih baik dalam hal pola makan.

Tinjauan pustaka ini menggambarkan pengaruh kepribadian terhadap perilaku diet sehat atau diet tidak sehat pada remaja. Perilaku diet remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk aspek kepribadian individu. Pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara kepribadian dan perilaku diet remaja dapat membantu dalam pengembangan strategi yang lebih efektif dalam mempromosikan pola makan yang sehat.


Penelitian yang dilakukan dalam tinjauan pustaka ini mencakup beberapa dimensi kepribadian yang berperan dalam perilaku diet remaja. Dimensi kepribadian seperti neurotisme, ekstraversi, memasung, kesungguhan, dan stabilitas emosional dapat mempengaruhi kecenderungan remaja untuk mengadopsi pola makan yang sehat atau tidak sehat.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan tingkat neurotisisme yang tinggi cenderung memiliki perilaku diet yang tidak sehat. Mereka mungkin rentan terhadap kecemasan dan stres, yang dapat mengarah pada konsumsi makanan yang tidak sehat atau perilaku makan yang kompulsif. Di sisi lain, remaja dengan tingkat kesungguhan yang tinggi cenderung memiliki perilaku diet yang lebih sehat. Mereka lebih disiplin dan memiliki kemauan yang kuat untuk mengadopsi pola makan yang seimbang dan memperhatikan asupan nutrisi.


Selain itu, kepribadian ekstravert juga dapat mempengaruhi perilaku diet remaja. Remaja dengan kepribadian ekstravert cenderung lebih terbuka terhadap mencoba makanan baru dan berbagai pengalaman makan. Hal ini dapat membantu mereka mengadopsi pola makan yang lebih bervariasi dan sehat. Di sisi lain, individu yang kurang ekstravert mungkin lebih cenderung mempertahankan pola makan yang rutin dan kurang fleksibel.


Faktor lain yang mempengaruhi perilaku diet remaja adalah adanya dan stabilitas emosional. Remaja yang lebih terbuka terhadap pengalaman baru dan memiliki tingkat stabilitas emosional yang tinggi cenderung lebih menerima dan mengadopsi pola makan yang sehat. Mereka mungkin lebih mampu mengatasi tantangan dan frustasi yang terkait dengan perubahan pola makan.


Dalam kesimpulannya, kepribadian remaja memainkan peran penting dalam perilaku diet mereka. Faktor seperti neurotisisme, ekstraversi, tertanam, kesungguhan, dan stabilitas emosional dapat mempengaruhi apakah remaja cenderung mengadopsi pola makan yang sehat atau tidak sehat. Pengetahuan tentang hubungan ini dapat digunakan untuk mengembangkan pendekatan yang lebih terarah dalam mendorong remaja untuk mengadopsi pola makan yang sehat melalui intervensi yang sesuai dengan karakteristik kepribadian mereka Intervensi yang disesuaikan dengan kepribadian remaja dapat membantu mengatasi hambatan yang mungkin mereka hadapi dalam mengadopsi perilaku diet yang sehat. Misalnya, untuk remaja yang memiliki tingkat neurotisisme yang tinggi, strategi pendekatan yang lebih sensitif terhadap kecemasan dan stres dapat digunakan. Dalam hal ini, pendekatan seperti manajemen stres, dukungan emosional, dan teknik relaksasi dapat membantu remaja mengurangi kecenderungan mereka untuk mencari kenyamanan dalam makanan yang tidak sehat.


Bagi remaja dengan kepribadian ekstravert, pendekatan yang lebih sosial dan berbasis pengalaman dapat digunakan. Mendorong mereka untuk mencoba makanan baru dan mengambil bagian dalam kegiatan makan yang positif dapat membantu meningkatkan pilihan makanan yang sehat dan variasi diet. Selain itu, pendekatan yang mempromosikan interaksi sosial yang positif seputar pola makan, seperti makan bersama keluarga atau teman, juga dapat berdampak positif.


Untuk remaja yang memiliki tingkat kelengkapan dan stabilitas emosional yang tinggi, pendekatan yang mendukung eksplorasi dan pengalaman baru dapat efektif. Edukasi tentang manfaat pola makan yang sehat, keterpaparan terhadap berbagai jenis makanan, dan keterlibatan dalam aktivitas yang mendorong kehidupan yang sehat, seperti olahraga atau memasak, dapat memberikan motivasi bagi remaja untuk mengadopsi perilaku diet yang sehat.


Namun demikian, penting untuk diingat bahwa kepribadian hanya salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku diet remaja. Ada banyak faktor lain yang berperan, termasuk lingkungan sosial, budaya, aksesibilitas makanan, pengetahuan nutrisi, dan pendidikan. Oleh karena itu, pendekatan yang holistik dan terintegrasi yang mempertimbangkan berbagai faktor ini sangat penting dalam mendorong remaja mengadopsi pola makan yang sehat.


Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pengaruh kepribadian terhadap perilaku diet remaja, penelitian dan intervensi selanjutnya dapat berfokus pada strategi pengembangan yang lebih efektif dan pendekatan personalisasi dalam mempromosikan pola makan yang sehat pada populasi remaja.

Individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku diet sehat atau tidak sehat pada remaja. Faktor seperti neurotisisme, keutamaan konsumen, kesadaran, dan ekstrovert dapat mempengaruhi kecenderungan remaja dalam memilih makanan. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk memahami pengaruh kepribadian mereka terhadap perilaku makan dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mempromosikan pola makan yang sehat.


Dalam upaya meningkatkan perilaku diet pada remaja, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan konsumsi makanan bergizi, menghindari makanan cepat saji dan camilan tidak sehat, melatih asupan kalori, aktivitas fisik teratur, makan dengan porsi yang sesuai, menjaga keseimbangan pola makan, menghindari diet ekstrem , serta edukasi dan kesadaran yang cukup.
Dengan mengikuti saran-saran ini, remaja dapat menjaga kesehatan dan keseimbangan nutrisi yang optimal, serta mengurangi risiko penyakit terkait diet yang tidak sehat.

Author :

Azzahra Meydina Qanidhar, mahasiswa tahun pertama Universitas Airlangga, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Progam studi Ilmu Gizi

Referensi :

  • Anderson, C.A., & Bushman, B.J. (2002). Agresi manusia. Tinjauan Tahunan Psikologi, 53, 27-51.
  • Conner, M., & Armitage, CJ (2009). Model kognisi sosial dan perilaku kesehatan: Tinjauan terstruktur. Psikologi & Kesehatan, 24(1), 79-89.
  • Costa, P.T., Jr., & McCrae, R.R. (1992). Revisi NEO Personality Inventory (NEO-PI-R) dan manual profesional NEO Five-Factor Inventory (NEO-FFI). Sumber Asesmen Psikologis.
  • Gosling, S.D., Rentfrow, P.J., & Swann, W.B. (2003). Ukuran yang sangat singkat dari domain kepribadian Lima Besar. Jurnal Penelitian Kepribadian, 37(6), 504-528.
  • Hagger, M. S., Wood, C., Stiff, C., & Chatzisarantis, N. L. (2010). Penipisan ego dan model kekuatan pengendalian diri: Sebuah meta-analisis. Buletin Psikologis, 136(4), 495-525.
  • Kandiah, J., & Yake, M. (2004). Kepribadian dan asupan makanan di kalangan orang dewasa AS. Psikologi & Kesehatan, 19(2), 237-246.
  • Konttinen, H., Silventoinen, K., Sarlio-Lähteenkorva, S., Männistö, S., Haukkala, A., & Härkänen, T. (2010). Efikasi diri makan emosional dan aktivitas fisik sebagai jalur dalam hubungan antara gejala depresi dan indikator adipositas. Jurnal Nutrisi Klinis Amerika, 92(5), 1031-1039.
  • Manzoni, G. M., Castelnuovo, G., Molinari, E., Molinari, G., & Vitacolonna, E. (2008). Intervensi perilaku berbasis internet untuk obesitas: Tinjauan sistematis yang diperbarui. Praktek Klinis dan Epidemiologi dalam Kesehatan Mental, 4(1), 1-10.
  • Schuz, B., Revenson, T.A., & Schwarzer, R. (2014). Perubahan perilaku kesehatan dan kepribadian adaptif: Peran optimisme, kesadaran, dan keterbukaan pikiran. Jurnal Penelitian Kepribadian, 48, 1-7.
  • Wardle, J., Haase, A.M., & Steptoe, A. (2006). Citra tubuh dan pengendalian berat badan pada dewasa muda: Perbandingan internasional pada mahasiswa dari 22 negara. Jurnal Obesitas Internasional, 30(4), 644-651.
  • Yakes Jimenez, E., Geraghty, E.M., & Burns, J.W. (2015). Hubungan antara hasil kepribadian dan perilaku kesehatan. Jurnal Kepribadian, 83(6), 608-626.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun