Akan tetapi, beberapa ibu setelah melahirkan ini malah bertolak belakang ketika melihat sang bayi lahir ada yang tiba-tiba menangis, mood sering berubah, dan lain-lain.
Baby Blues Syndrome adalah gangguan mood atau afek ringan sementara yang terjadi pada hari pertama sampai hari ke 10 setelah persalinan. Faktanya, sebanyak 4 dari 5 ibu yang baru melahirkan mengalami baby blues. Angka ini setara dengan 80 persen ibu. Baby blues bisa menyerang ibu manapun, terlepas dari ras, budaya, tingkat pendidikan, dan tingkat ekonomi.
Gejala baby blues syndrome ditandai dengan sedih, mudah menangis, perasaan kesepian atau ditolak, merasa dirinya memiliki kesalahan, merasa tidak mampu merawat bayi, memiliki rasa takut yang berlebih jika menyakiti diri sendiri atau bayinya, tidak sabaran, mudah tersinggung, mudah panik, sensitif, menurunnya berat badan, tidak percaya diri jika bertemu seseorang, nafsu makan menurun, bingung, gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat tidur.
Dilansir dari The Conversation, kebijakan untuk tetap berada di rumah dan jaga jarak di masa pandemi seperti sekarang membuat ibu lebih sering bertemu suami dan anak yang justru membuatnya rawan terkena konflik yang mana dapat mengganggu adaptasi dengan bayi yang baru lahir.
Selain itu, ibu juga tidak bisa mendapat bantuan oleh ibu atau mertua untuk menjaga sang bayi saat sekadar ditinggal untuk mandi, kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah, bayi merengek tak henti-henti, merasa stress mengurus bayi sendirian, banyaknya berita di medsos tentang hal-hal negatif, serta khawatir akan menularkan virus kepada bayi dan isolasi sosial.
Hal-hal yang dulunya dianjurkan untuk mengurangi tingkat stres pada ibu pasca persalinan bahkan tak bisa dilakukan. Hal tersebut meliputi bertemu dengan orang lain, sekadar jalan-jalan pagi, berlibur bersama keluarga, hingga berkomunitas dengan sesama ibu.
Faktor penyebab baby blues syndrome lainnya yaitu faktor hormon. Pasca melahirkan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone yang drastis disertai dengan penurunan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan mudah lelah, penurunan mood, dan perasaan tertekan.
Kehadiran bayi dalam keluarga dapat menyebabkan perubahan kehidupan sosial dalam keluarga, terutama ibu. Kehamilan hingga persalinan dan mengasuh si kecil bukanlah fase ringan, tanpa kita sadari ternyata sangat menguras energi, menyebabkan berkurangnya waktu istirahat, sehingga terjadi penurunan ketahanan dalam menghadapi masalah dan tentu dapat membuat dampak psikologis pada ibu. Bahkan di dalam Al-Qur'an sendiri mengakui bahwa betapa beratnya beban yang dipikul oleh seorang ibu.
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Artinya:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. (QS.Luqman :14)