Mohon tunggu...
Azzahra Zhifa Putri Syahrina
Azzahra Zhifa Putri Syahrina Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Nama: Azzahra Zhifa Putri Syahrina NIM: 46123110040 Jurusan: Psikologi Fakultas: Psikologi Kampus: Universitas Mercu Buan, Warung Buncit Angkatan: 43 Mata Kuliah: Kewirausahaan 1 Dosen: Prof. Dr, Apollo, M. Si.Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis12_Diskursus Pendanaan UMKM Pendekatan Pecking Order Theory Myers Maljuf

16 Juni 2024   00:48 Diperbarui: 16 Juni 2024   00:50 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Myers dan Majluf, asimetri informasi memainkan peran penting dalam menentukan urutan preferensi pendanaan. Manajer perusahaan cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang prospek, risiko, dan nilai perusahaan dibandingkan dengan investor eksternal. Ketika perusahaan membutuhkan dana, mereka cenderung:

  1. Menggunakan dana internal terlebih dahulu karena tidak menimbulkan biaya informasi tambahan dan tidak mengirimkan sinyal negatif ke pasar.
  2. Jika dana internal tidak mencukupi, perusahaan akan beralih ke utang karena biaya penerbitan utang lebih rendah dibandingkan dengan ekuitas dan utang dianggap sebagai sinyal positif karena menunjukkan bahwa manajer percaya perusahaan mampu membayar kembali utangnya.
  3. Penerbitan ekuitas adalah pilihan terakhir karena dianggap sebagai sinyal bahwa saham perusahaan mungkin overvalued, yang dapat menurunkan harga saham perusahaan tersebut.

Studi Kasus dan Implementasi

Beberapa studi menunjukkan bahwa UMKM cenderung mengikuti pola pecking order dalam praktiknya. Misalnya, penelitian oleh Shyam-Sunder dan Myers menemukan bahwa perusahaan lebih memilih pendanaan internal dan utang sebelum beralih ke ekuitas, sesuai dengan prediksi Pecking Order Theory (Wikipedia). Namun, dalam konteks UMKM di Indonesia, akses ke utang juga bisa menjadi tantangan karena tingginya tingkat bunga dan persyaratan jaminan yang ketat.

Studi Kasus : Warung Makan Sukses

  • Deskripsi: Warung Makan Sukses adalah bisnis keluarga yang dirintis 10 tahun lalu. Mereka awalnya menggunakan tabungan keluarga sebagai modal awal.
  • Analisis: Sesuai teori Pecking Order, Warung Makan Sukses menggunakan sumber pendanaan internal terlebih dahulu. Laba ditahan dari keuntungan selama bertahun-tahun memungkinkan mereka untuk membuka cabang baru tanpa perlu berutang atau mencari investor.

Implementasi Teori Pecking Order

UMKM dapat mengimplementasikan Teori POT dengan cara:

  1. Menggunakan Sumber Daya Keuangan Internal: UMKM harus menggunakan sumber daya keuangan internal seperti keuntungan dan arus kas untuk membiayai operasional dan investasi.
  2. Menggunakan Hutang: UMKM dapat menggunakan hutang untuk membiayai proyek-proyek yang memiliki potensi tinggi dan untuk meningkatkan kinerja bisnis.
  3. Menggunakan Ekuitas: UMKM dapat menggunakan ekuitas untuk meningkatkan nilai perusahaan dan untuk meningkatkan kinerja bisnis.
  4. Fokus pada Profitabilitas:  Meningkatkan profitabilitas dan mempertahankan laba ditahan adalah langkah awal penting. Ini membuat mereka memiliki sumber pendanaan internal yang lebih kuat.
  5. Membangun Riwayat Kredit:  Membayar tagihan tepat waktu dan membangun hubungan baik dengan bank dapat membantu UMKM mendapatkan akses ke pinjaman di masa depan (utang berjaminan/tanpa jaminan).
  6. Mencari Alternatif Pendanaan:  UMKM dapat mengeksplorasi alternatif pendanaan selain bank, seperti program pemerintah, investor malaikat, atau crowdfunding (ekuitas).

Implikasi Pecking Order Theory pada UMKM

Pada konteks UMKM, teori ini juga relevan meskipun skala dan dinamika pendanaannya berbeda dengan perusahaan besar. UMKM seringkali menghadapi keterbatasan dalam mengakses pendanaan eksternal karena risiko yang lebih tinggi dan kurangnya jaminan yang memadai. Dalam hal ini, preferensi untuk menggunakan dana internal lebih kuat karena:

  1. Mengurangi ketergantungan pada kreditur dan investor eksternal yang mungkin tidak memahami sepenuhnya bisnis UMKM.
  2. Menghindari biaya dan persyaratan ketat yang sering kali menyertai pinjaman bank atau modal ventura.
  3. Menghindari dilusi kepemilikan yang bisa terjadi dengan penerbitan ekuitas baru.

Selain itu Teori Pecking Order memiliki beberapa implikasi penting untuk pendanaan UMKM:

  • Pentingnya Dana Internal: UMKM harus fokus pada meningkatkan profitabilitas dan mempertahankan laba ditahan untuk memperkuat pendanaan internal.
  • Peran Lembaga Keuangan: Lembaga keuangan perlu menawarkan produk pinjaman yang dirancang khusus untuk UMKM, dengan mempertimbangkan asimetri informasi dan biaya transaksi.
  • Kebijakan Pemerintah: Pemerintah dapat mendukung UMKM dengan menyediakan insentif untuk meningkatkan profitabilitas, memberikan pelatihan manajemen keuangan, dan memfasilitasi akses ke pendanaan.

Tantangan dan Kritik terhadap Pecking Order Theory

Teori Pecking Order Myers Majluf memberikan kerangka kerja yang bermanfaat untuk memahami perilaku pendanaan UMKM. Namun, seperti teori lainnya, teori ini memiliki beberapa tantangan dan kritik.  Berikut ini dijelaskan tantangan dan kritiknya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun