Sampailah mereka ke tempat tersebut, tempat yang ramai itu ternyata benar pasar, ramai sekali orang berjual beli di tempat itu dan di tengah-tengah pasar itu tampak beberapa orang sedang memaikan alat musik tradisional dengan hikmat. Gio pun segera berlari masuk ke pasar itu dikarenakan perutnya yang semakin lapar.
"Tasya jadi benar yang kita dengar suara keramaian tadi itu benar adanya ucap Alya."
"Iya Alya tapi kok ada ya pasar di tengah hutan ini mana hutan nya serem lagi ucap Tasya."
Gio pun dengan lahap memakan makanan yang terdapat di sana dan membukus beberapa makanan untuk makan di jalan. "Putra kamu mau gk makanan nya? tanya Gio." Putra pun mengelengkan kepalanya dan berjalan menuju Tasya dan Alya yang berada di luar pasar.
"Tasya Alya! kita lanjut jalan lagi teriak Putra."
Mereka pun lanjut berjalan, ketika sedang berjalan perut Gio kembali berbunyiÂ
"untung aku tadi ada bungkus beberapa makanan hehehe ujar Gio."
Gio pun membuka makanan yang ia bungkus tadi, ketika terbuka ternyata isi bungkusan itu bangkai dari hewan yang telah mati dan masi ada darah nya reflek Gio langsung membuang bungkusan itu.
"Jadi yang aku makan tadi itu apa!! teriak Gio."
Mereka berempat pun tanpa berkata-kata langsung mencari jalan untuk keluar dari hutan itu dengan cepat, tetapi sayang mereka hanya berputar-putar melewati jalan itu berkali-kali tiba tiba ketika mereka sedang berjalan ada seorang nenek-nenek yang melihat mereka dengan tatapan tajam dan menghilang begitu saja.
Hari semakin malam dan suasana semakin mencekam mereka tidak kunjung menemui jalan keluar dari hutan itu.Â