Mohon tunggu...
zaza azza
zaza azza Mohon Tunggu... Tutor - S1 Farmasi, ingin berbagi manfaat

hanya seorang amatiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akankah Paradigma "Nilai" di Indonesia Berubah?

19 April 2018   17:04 Diperbarui: 19 April 2018   17:12 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

1.Edukasi

Menurut penulis, edukasi mengenai urgensi "nilai" sangatlah penting. Bukan hanya nilai numerik, tetapi juga nilai moral. Walaupun kesannya membosankan untuk terus-menerus membahas idealitas ini, tetapi edukasi seperti ini sangat berpengaruh. 

Edukasi mengenai nilai-nilai ini pun sebaiknya disepakati bukan hanya oleh siswa (i) tetapi juga guru, kepala sekolah, dan orangtua/wali murid. Jika bisa, membuat gerakan-gerakan kejujuran di lingkungan sekolah, sosial media, kelompok-kelompok sosial, dan lainnya bukan hanya menjelang ujian nasional atau sekolah.

2.Kejelasan

Adanya kejelasan 'aturan main' yang disesuaikan dengan tingkat kesulitan soal juga harus dipahami oleh guru dan murid. Jika menilik kembali tujuan nilai, sebaiknya guru atau pengajar pun memberikan aturan main yang sepadan dengan tingkat kesulitan soal. 

Jika soal diperuntukkan logika dan nalar, open book bisa diterapkan. Bisa saja nantinya ada ujian dengan model diskusi menanggapi sebagian siswa (i) yang menganggap bahwa menyontek adalah 'kerjasama'. Bukan hanya mengurangi ketidakadilan situasi dalam ruang kelas, tetapi juga bisa mengajarkan model lain untuk menghadapi kesulitan hidup dengan tetap berlaku jujur.

3.Penanaman nilai agama

Di antara semua usaha, penanaman nilai agama adalah hal yang terpenting. Agama yang membuat seseorang mampu melakukan kebaikan bahkan tanpa ada imbalan duniawi. Agama yang membuat seseorang takut dan khawatir melakukan keburukan bahkan tanpa ada yang mengawasi.

4.Memberikan fasilitas "ruang tanya" yang fleksibel dan dinamis untuk siswa-siswi

Seringkali, kelompok belajar dan ruang tanya terkesan hanya untuk anak-anak yang dianggap "gila ranking" sehingga membuat segan atau terkesan membosankan bagi siswa (i) lain. Padahal kelompok belajar atau ruang tanya bisa menjadi alternatif yang berguna untuk siswa (i) yang kesulitan belajar di kelas. 

Jika memang masih banyak siswa (i) yang menganggap bahwa belajar adalah hal yang tidak menyenangkan di kelas, keberadaan kelompok belajar atau ruang tanya yang fleksibel diharapkan mampu membawa suasana yang menyenangkan tetapi tetap dalam konteks belajar. Seperti skateboard group misalnya yang memasang prinsip pelajaran di ujung-ujung track-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun