Dari titik ini, terlihat jelas bagaimana perbukitan tersebut menyatu dengan lembah-lembah yang dipenuhi pepohonan dan vegetasi yang subur, menciptakan mozaik warna hijau yang indah, ditambah dengan hamparan ilalang sepinggang  memberikan suasana yang berbeda.
Perjalanan ke tempat seperti ini tidak hanya menawarkan keindahan visual, tetapi juga memberikan pengalaman yang memperkaya jiwa. Berjalan di jalur yang sunyi, diapit oleh bukit-bukit hijau yang megah, adalah cara untuk melarikan diri dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari dan menemukan kembali hubungan kita dengan alam.
Hari semakin beranjak siang ketika kami memutuskan untuk kembali ke Kota Takengon sebelum melanjutkan perjalanan ke Kota Sigli. Meskipun enggan meninggalkan keindahan dan ketenangan di Puncak Melaya, kami tahu bahwa perjalanan ini harus berakhir untuk sementara waktu. Namun, perasaan puas dan penuh harap mengiringi langkah kami menuruni bukit, dengan keyakinan bahwa suatu hari nanti, kami akan kembali ke tempat ini. Puncak Melaya, dengan segala pesonanya, telah meninggalkan jejak yang mendalam di hati kami, memanggil untuk kembali mengunjungi dan menikmati keindahan yang tiada duanya. Hingga saat itu tiba, kenangan ini akan tetap hidup, menjadi sumber inspirasi dan kerinduan.
Ini adalah kisah kami beberapa tahun yang lalu, yang malam ini kembali hadir dalam ingatan seiring dengan kehangatan secangkir Kopi Panas. Aroma kopi yang pekat membawa kenangan itu kembali, seperti film lama yang diputar ulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H