Paparan kebisingan merupakan hal yang hampir tidak terelakkan dalam dunia modern ini. Suara-suara dari kendaraan di jalan raya, alat-alat elektronik seperti televisi, dan perangkat mobile seperti handphone telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita.
Meskipun mungkin tampak sepele, penggunaan handphone yang berlebihan dan terlalu sering dengan volume suara yang tinggi dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan pendengaran kita.
Penggunaan handphone untuk mendengarkan musik telah menjadi kebiasaan yang umum, baik itu saat berolahraga, bekerja, atau bahkan saat akan tidur. Namun, penting untuk diingat bahwa terlalu lama dan terlalu sering terpapar suara keras dari alat elektronik seperti handphone dapat berdampak negatif pada pendengaran kita.
Mendengarkan musik dengan volume yang terlalu tinggi atau terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan pendengaran jangka panjang. Selain itu, menggunakan alat handsfree atau earphone juga memiliki risiko tersendiri, terutama jika volume suara tetap tinggi dan digunakan dalam waktu yang lama.
Untuk menjaga kesehatan pendengaran, disarankan untuk memperhatikan volume suara saat mendengarkan musik, mengambil istirahat teratur dari paparan suara yang keras, dan memilih lingkungan yang tenang saat akan tidur.
Suara keras sangat berbahaya bagi telinga bagian dalam atau koklea. Ini bisa berupa paparan terhadap suara yang sangat keras atau mendengarkan suara keras dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat mengakibatkan gangguan pendengaran.
Suara keras dapat merusak saraf, selaput, sel rambut, atau bagian lain di telinga Anda. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran sementara atau permanen. Pelajari lebih lanjut bagaimana hal ini terjadi, sehingga Anda dapat mengambil tindakan untuk mencegah gangguan pendengaran dan tinitus (telinga berdenging).
Kebisingan adalah salah satu penyebab utama gangguan pendengaran di antara 466 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan gangguan pendengaran sedang hingga berat.Â
Meskipun paparan kebisingan dapat merusak pendengaran orang-orang dari segala usia, penelitian menunjukkan bahwa generasi muda semakin berisiko terkena penyakit ini akibat aktivitas rekreasi yang melibatkan musik. Faktanya, WHO memperkirakan 1,1 miliar anak muda (usia 12-35 tahun) berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat paparan kebisingan saat rekreasi.
Kebisingan adalah salah satu bentuk polusi yang seringkali diabaikan, terutama di dalam ruangan. Meskipun mungkin terdengar tidak signifikan, tetapi terpapar pada kebisingan yang terus-menerus, terutama dalam jangka waktu yang panjang, dapat memiliki dampak yang serius terhadap pendengaran.
Ada ratusan, bahkan ribuan, proyek penelitian yang mendokumentasikan kerusakan yang disebabkan oleh kebisingan berlebihan pada sel-sel rambut (atau saraf) halus di telinga bagian dalam. Dentuman tekanan suara yang berulang-ulang terhadap serabut saraf pada awalnya dapat menyebabkan kerusakan sementara, dan akhirnya kerusakan permanen. Kerusakan sel-sel ini menyebabkan gangguan pendengaran permanen.
Agar pendengaran kita sehat maka kita harus membatasi paparan kebisingan, paparan suara sehari-hari dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen jika volumenya terlalu tinggi. Jadikan pemeriksaan pendengaran tahunan sebagai bagian dari program kesehatan dan kebugaran anda secara keseluruhan. Dapatkan penilaian pendengaran yang komprehensif dan pastikan untuk mengikuti rekomendasi audiolog Anda.
Paparan terus-menerus terhadap suara atau kebisingan yang keras, terutama dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang dikenal sebagai noise-induced hearing loss (NIHL).
NIHL adalah kondisi pendengaran yang terjadi saat komponen sensitif di telinga bagian dalam mengalami kerusakan akibat paparan kebisingan atau suara yang berlebihan. Kerusakan ini dapat terjadi secara langsung atau secara perlahan-lahan selama periode waktu tertentu.
NIHL dapat mengenai satu atau kedua telinga, dan bisa bersifat sementara atau permanen. Ketika seseorang tidak menyadari bahwa pendengarannya telah terganggu, mereka mungkin mengalami kesulitan mendengar dengan jelas saat berinteraksi dengan orang lain, terutama dalam situasi seperti percakapan telepon atau di lingkungan yang berisik. Gangguan ini dapat mempengaruhi siapa pun, dari segala usia.
Bunyi-bunyian yang sering terdengar di sekitar rumah juga bisa menjadi penyebab NIHL, seperti suara mesin pemotong rumput, televisi, blender, vacuum cleaner, dan lainnya. Tingkat suara diukur dalam satuan yang disebut desibel. Suara yang berada pada 70 desibel A-weighted (dBA) atau lebih rendah dianggap aman dan tidak akan menyebabkan gangguan pendengaran, bahkan setelah terpapar cukup lama. Namun, paparan yang lama atau berulang pada suara yang berada pada 85 dBA atau lebih dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
Berikut adalah peringkat desibel rata-rata dari beberapa suara yang sering didengar sehari-hari:
Percakapan normal: 60-70 dBA
Menonton bioskop: 74-104 dBA
Suara motor: 80-110 dBA
Mendengarkan music melalui earphone pada volume maksimum dan menonton konser: 94-110 dBA
Bunyi sirine: 110-129 dBA
Pertunjukan kembang api: 140-129 dBA
Dampak terhadap pendengaran dari kebisingan dapat bervariasi, mulai dari gangguan pendengaran sementara hingga kerusakan permanen pada pendengaran. Kebisingan yang berkelanjutan dapat merusak sel-sel rambut di telinga bagian dalam, yang bertanggung jawab untuk mentransmisikan sinyal suara ke otak. Kerusakan pada sel-sel ini bisa menyebabkan gangguan pendengaran yang permanen.
Selain itu, paparan kebisingan yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko gangguan pendengaran yang lebih serius, seperti tinitus, yang ditandai dengan adanya bunyi berdengung atau berdesing yang konstan di telinga, bahkan ketika tidak ada sumber suara eksternal yang sebenarnya.
Penting untuk memahami jarak kita dari sumber suara dan lamanya waktu yang kita habiskan untuk mendengarkan suara tersebut. Dengan meningkatkan kesadaran ini, diharapkan kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi polusi suara dan menciptakan lingkungan yang lebih tenang dan sehat bagi semua orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H