Mohon tunggu...
Azwar Radhif
Azwar Radhif Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Paruh Waktu

Be a Critical Jurnalist

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mau Jadi Apa Mahasiswa Unhas Tanpa Workshop?

9 Mei 2020   00:59 Diperbarui: 9 Mei 2020   01:09 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjamurnya mini resto dengan nuansa kekinian dan menu yang sungguh pop memiliki peminat tersendiri dikalangan penjajak, termasuk mahasiswa. Harga makanan yang ditawarkan cukup variatif, ya bisa dikatakan agak cukup untuk kategori mahasiswa yang diterpa kemiskinan musiman (memasuki akhir bulan). 

Mulai dari bentuk bangunan ruko hingga dalam bentuk box, tetap menarik perhatian. Apalagi jika diberi label ke barat-baratan dan ke korea-koreaan, niscaya dapat menghegemoni pembeli.

Kehadiran mini resto juga ditopang oleh fenomena Gojekisasi yang dalam beberapa waktu terakhir sangat terasa. Gojekisasi merupakan istilah yang merujuk pada aktivitas distribusi makanan dari produsen (mini resto) kepada pembeli melalui aplikasi Gojek X Grab. Dengan Gojekisasi, konsumen warung mini resto tak perlu lagi repot-repot mendatangi meja kasir sembari menyapa penjual dan memesan makanan, sungguh idaman naks-naks rebahan.

Namun sadar atau tidak, kemunculan gojekisasi merubah wajah konsumerisme modern. Kalau dulunya pembeli harus mengantri untuk memesan makanan, membayar dan mengangkut sendiri makanannya ke meja makan ala-ala MC*, KF* dan semacamnya. Kini, transportasi daring sanggup membawa warung makan kepada pembeli tanpa terbatas ruang dan waktu (asal warung masih buka).

Belum lagi persaingan antara dua perusahaan transportasi daring ini yang saling menurunkan harga tarif pengantaran kepada pengguna (promo). 

Tak tanggung-tanggung, aplikasi kadang memberikan promo yang dibawah batas kesadaran, demi mempertahankan penggunanya. Namun, maraknya gojekisasi tentu memberi berkah tersendiri bagi para driver yang notabenenya merupakan masyarakat sekitar (termasuk penulis dulunya). 

Sehingga antara produsen (mini resto), distributor (driver) dan konsumen (generasi milenial) terjalin hubungan yang saling menguntungkan.

Kehidupan masyarakat workshop Unhas rasa-rasanya memiliki daya tarik tersendiri. Workshop dengan segala kesederhanaannya mampu bertahan di tengah arus pembangunanisme yang turut mendera Makassar, dengan slogan utamanya Makassar World City. 

Tantangannya adalah merawat keharmonisan antara kampus, mahasiswa dan masyarakat yang saling bergantung satu sama lain. Apalagi di sekitar Workshop bukan hanya mahasiswa Unhas semata, ada juga mahasiswa dari beberapa kampus dan masyarakat sekitar, yang hidup dari sepetak tanah dan Hablumminannasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun