Mohon tunggu...
Azwar Sutan Malaka
Azwar Sutan Malaka Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Kompasianer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Memperingati Sumpah Pemuda dengan Bincang Buku

28 Oktober 2017   20:46 Diperbarui: 28 Oktober 2017   21:23 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Bincang Buku BBBRH dan CSN. Sumber Foto Mayadah el Hawani Jurnalistik.

Dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda tahun 2017, mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan acara bincang buku dengan tema "Grand Launching Al Maktubat", pada hari Sabtu, 28 Oktober 2017. Rangkaian acara ini selain membedah novel terbaru Cinta Seribu Nyawa (Azwar Sutan Malaka) dan buku kumpulan cerpen yang berjudul Bincang di Bawah Rembulan, Bintang dan Hujan(Laras Sekar Seruni) juga menampilkan kegiatan-kegiatan kreatif mahasiswa seperti pembacaan puisi dan musikalisasi puisi.

Selain kedua penulis buku, hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut adalah Rohmatul Hikmah yang membedah Kumcer Bincang di Bawah Rembulan, Bintang dan Hujan,Balqis Al Baihaqi membedah novel Cinta Seribu Nyawa, danMuhammad Ikhdan Khafiddin yang bicara tentang kegiatan menulis dalam dunia mahasiswa.

Acara yang diadakan di ruang Teater Lantai 2 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM),  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut dihadiri lebih kurang 200 mahasiswa. Peserta yang didominasi oleh anak-anak muda ini terlihat antusias mengikuti rangkaian kegiatan acara ini.

Foto Bersama Pembicara Bincang Buku. Foto Galuh Alisha.
Foto Bersama Pembicara Bincang Buku. Foto Galuh Alisha.
Muhammad Ikhdan Khafiddin dalam kesempatan tersebut bicara tentang manfaat aktivitas menulis bagi mahasiswa saat ini.

"Menulis adalah bentuk nyata kontribusi mahasiswa dalam membangun Indonesia," jelas mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), FIDIKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Rohmatul Hikmah dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa kumpulan cerpen Bincang di Bawah Rembulan, Bintang dan Hujan yang ditulis Laras Sekar Seruni adalah karya yang pantas untuk dibaca anak-anak muda, karena tema yang ditawarkan oleh penulisnya adalah tentang kisah anak-anak muda.

"Bahasanya mudah dicerna, khas anak-anak muda, kumpulan cerpen yang terdiri dari 20 judul itu memiliki benang merah yaitu tema-tema seputar remaja," jelas Rohmatul Hikmah yang juga merupakan mahasiswi Prodi Jurnalistik, FIDIKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Sementara itu Balqis Al Baihaqi yang membedah novel Cinta Seribu Nyawa (CSN) mengungkapkan bahwa novel CSN ini mengangkat tema romantisme anak muda, tapi bukan cinta-cinta biasa seperti dalam sinetron atau novel-novel remaja.

"Novel ini bergenre sastra, jadi dia tidak mengangkat cinta yang biasa, novel ini mengangkat kisah menarik dengan latar realis, puncak cerita ini adalah Gempa 30 September 2009 di Padang yang menimpa tokoh utama dalam cerita ini," jelas Balqis.

Peserta Bincang Buku dalam Rangka Sumpah Pemuda. Foto Galuh Alisha.
Peserta Bincang Buku dalam Rangka Sumpah Pemuda. Foto Galuh Alisha.
Lebih jauh novel CSN menceritakan tokoh Mahatantri Narisha dan Sutan Alamsyah. Sutan Alamsyah seorang wartawan yang sedang berada di puncak kariernya di Jakarta. Tiba-tiba tanpa alasan yang tidak logis menurut teman-temannya, Alam mengundurkan diri sebagai wartawan dan memilih pulang ke kampung halamannya di Bukittinggi. Narisha, wartawan baru di koran tempat Alam bekerja merasa kehilangan atas kepergian Alam. Ia jatuh cinta pada seniornya yang idealis itu.

Singkat cerita, Narisha mencari Alam ke Padang hanya berbekal fotocopy KTP Alam. Karena semua nomor kontak Alam sudah tidak bisa dihubungi. Novel ini berkisah tentang perjuangan perempuan muda lulusan Universitas Indonesia itu mencari Alam dan mendapatkan cinta lelaki unik itu.

Sesampai di Bukittinggi, Narisha tahu ternyata Alam pulang ke kampung halamannya untuk merawat Ibunya yang sedang sakit. Alam anak tunggal dalam keluarganya, sementara Ayahnya sudah duluan meninggal dunia. Ibunya yang sebatangkara itu selama Alam di Jakarta dirawat oleh Alia, janda beranak satu yang merupakan mantan pacar Alam.

Cover Novel Cinta Seribu Nyawa. Sumber ASM.
Cover Novel Cinta Seribu Nyawa. Sumber ASM.
Kisah ini berlanjut pada perjuangan Narisha yang jatuh bangun membunuh rasa cemburu dalam dirinya. Dalam hidup yang rumit itu, Ibu Alam yang sedang sakit meminta agar Alam menikah dengan Alia. Demi baktinya pada Ibunya, Alam mengikuti kemauan Ibunya untuk menikahi Alia, sementara itu Narisha menunggu jawaban cinta dari Alam.

Narisha ternyata memiliki batas perasaan juga, betapapun dia jatuh cinta, akhirnya rasa putus asa membawanya kembali ke Jakarta. Alia sadar Narisha sangat mencintai Alam, dia menolak pinangan Alam. Tapi Alam sudah bulat tekadnya untuk menikahi Alia demi Ibunya.

Alia akhirnya pasrah tapi dia menyampaikan syarat mau dinikahi Alam asalkan Alam sudah menikahi Narisha terlebih dahulu. Alam menyusul Narisha ke Padang untuk menyampaikan perasaannya yang sebenarnya bahwa dia juga mencintai Narisha. Tapi Alam terlambat, karena Narisha menjadi korban gempa 30 September 2009.

Pada kesempatan yang sama, Laras Sekar Seruni yang sudah menulis dua buku tunggal dan 44 buku antologi bersama ini menceritakan proses kreatifnya dalam menulis. Laras, begitu alumni UIN Jakarta itu dipanggil juga memotovasi peserta untuk terus menulis.

"Meminjam istilah Pramoedya Ananta Toer, menulis adalah kerja untuk keabadian, jadi kalau ingin abadi maka menulislah," begitu pesan Laras pada peserta acara itu.

Lebih jauh Laras menyampaikan banyak hal terkait proses kreatif menulis dan juga industri buku saat ini. Laras bahkan menyinggung proses penerbitan buku fiksi secara indie dan juga secara mayor. Menurut Laras, kedua proses penerbitan itu ada untung dan ruginya. Persoalannya bukan pada proses penerbitannya, yang penting itu adalah proses menuliskan karya itu. (asm)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun